Mohon tunggu...
Bare minimum writer
Bare minimum writer Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

The past is just a story we tell ourselves -Samantha-

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Antara Depresi dan Sedih

2 Desember 2020   16:57 Diperbarui: 2 Desember 2020   17:23 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:fherehab.com

Mereka numb atau mati rasa. Mereka juga seringkali menjadi orang yang mudah tersulut emosinya dan menjadi orang yang kurang kesabarannya. Tidak ada alasan khusus seperti kesedihan untuk memicu timbulnya depresi. 

Namun, masih banyak orang yang menganggap bahwa orang yang mengalami depresi bisa keluar dari depresi itu sendiri dengan usahanya sendiri. Padahal sebenarnya depresi tersebut bukan suatu pilihan. Tetapi, suatu penyakit mental.

Lalu apa saja gejala dari depresi tersebut? Dikutip dari Medical News Today seseorang yang mengalami depresi umumya mengalami gejala seperti perasaan putus asa, kesedihan, keputusasaan, kurangnya motivasi, hilangnya minat pada aktivitas yang pernah dianggap menyenangkan oleh individu, hingga berpikir atau mencoba bunuh diri.

Dikutip dari sumber yang sama jika perasaan ragu-ragu ini bertahan lebih dari 2 minggu, seorang profesional perawatan kesehatan dapat mendiagnosis orang tersebut dengan gangguan depresi mayor atau Major Depressive Disorder (MDD).

 Gejala MDD meliputi:

  • suasana hati tertekan setiap hari yang berlangsung hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, dengan tanda-tanda keputusasaan dan kesedihan yang terlihat
  • kehilangan minat pada aktivitas normal untuk waktu yang lama
  • penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan dan tidak disengaja
  • insomnia, sulit tidur, atau peningkatan jumlah tidur yang memengaruhi jadwal normal
  • kelelahan dan energi rendah
  • perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan setiap hari
  • ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • pikiran berulang tentang kematian, pikiran untuk bunuh diri , atau upaya atau rencana bunuh diri

Berbeda dengan kesedihan yang bisa kita treat dalam waktu yang singkat dan dengan cara-cara yang sudah kita ketahui secara umum, seperti curhat. Depresi bisa diobati baik melalui konsumsi obat-obatan yang khusus untuk seseorang yang mengidap depresi, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan/atau dengan psikoterapi, seperti  terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT). Tetapi, untuk mendapatkan pengobatan tersebut tentu harus dengan resep dan hasil pemeriksaan terlebih dahulu oleh psikolog dan/atau psikiater.

Jadi kesimpulannya, kita harus dapat membedakan apakah yang kita rasakan saat ini merupakan gelaja depresi atau hanya kesedihan saja. Lalu, kita harus memulai untuk tidak membesar-besarkan atau bereaksi berlebihan terhadap kesedihan dan menganggapnya sebagai depresi. 

Namun, kita juga jangan menganggap biasa gejala-gejala yang menunjukan indikasi adanya depresi. Jika kita mengalami gejala depresi seperti merasa putus asa sampai adanya pikiran untuk mengakhiri hidup, Indonesia memiliki beberapa hotline yang bisa kita hubungi seperti:

1. Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454)

2. Into The Light
komunitas ini dapat dihubungi melalui email intothelight.email@gmail.com atau langsung membuka laman 'Pendampingan' dalam situs mereka intothelightid.wordpress.com.

3. Get Happy
Get Happy dapat dapat dihubungi melalui situs https://www.get-happy.org/ atau bisa juga lewat email get.happy.yuk@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun