Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berebut Kemenangan

24 Mei 2019   06:45 Diperbarui: 24 Mei 2019   08:55 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sebenarnya saat awal memasuki Ramadhan, saya sudah menguatkan niat untuk tidak menyentuh para pengganggu fokus ibadah, seperti televisi, media sosial, laptop, dan termasuk juga dagangan saya yang saya liburkan selama bulan Ramadhan. Namun kondisi terlihat demikian menggelitik akal sehat saya, terutama terkait pengumuman jawara pemilu 2019 tanggal 22 Mei kemarin.

Siaran breaking news baru saya tonton hari Rabu sekitar jam 10 pagi, yang ternyata menyiarkan adanya kerusuhan di beberapa titik di Jakarta sejak malam rabu. Sudah ada korban jiwa, banyak pula korban luka dari warga dan aparat pun, belum lagi fasilitas umum yang rusak karena hantaman batu atau bom molotov.

Saudaraku, sebangsa dan setanah air. Saya bukanlah seseorang yang demikian fanatik pada salah satu pasangan presiden atau partai politik tertentu. Saya hanyalah salah satu dari sekian banyak swing voters yang mengandalkan data-data objektif dari web KPU dan juga siaran debat capres yang disiarkan oleh televisi nasional.

Namun bukan berarti saya tidak ingin pilihan saya menjadi pemenang, memang bodoh jika demikian adanya, karena di dalam pilihan saya tentunya saya menaruh harapan besar terhadap kemajuan bangsa ini.

Tapi bolehkah Saya mengajak Saudaraku semua, yang merasa masih tinggal di Indonesia dan menginginkan kemakmurannya, merindukan gemah ripah loh jinawinya, dan membanggakan kesantunan dalam balutan ragam kearifan lokalnya, untuk sejenak merenung, tentang sebuah kemenangan yang sama-sama ingin kita cari.

Pemilu, bagi saya, hanyalah sebuah proses ikhtiar untuk mencari pemimpin dan wakil rakyat. Dan saya pribadi tetap yakin, bahwa tidak pernah berarti sebuah ikhtiar tanpa kekuatan doa, dan juga tanpa dukungan masyarakat dan lingkungan disekitar pemimpin tersebut dalam melaksanakan program-programnya nanti.

Pemilu ini hajatnya negara. Artinya, yang kita pilih adalah mereka yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap kemaslahatan negara ini juga. Pilihan yang kita coblos, diluar masalah akan menang atau tidak, adalah pasangan calon yang akan menjadi 'milik negara'. Segala tindak-tanduknya akan terekam sebagai simbol negara, semua perilakunya juga tetap harus tunduk pada hukum negara, terlebih lagi pekerjaan dan pelaksanaan program-programnya yang tidak lain HARUS untuk negara dan kita pun sebagai warga negara bisa melihat, merekam, dan mengkritisi dengan terbuka.

Karena siapapun yang terpilih, mereka tetaplah berasal dari warga negara Indonesia biasa yang harus patuh pada hukum negara, manakala mereka sedang tidak bertindak atas nama negara.

Poin selanjutnya, kalaupun yang dicari dan diharapkan menang adalah pemimpin negara yang beragama Islam dengan baik dan benar, karena harus sama dengan keyakinan mayoritas penduduk Indonesia sehingga akan satu visi dalam menjalankan kebebasan beribadah, maka hal tersebut justru akan lebih memperdalam lagi 'hak milik' dari pemimpin tersebut. Kenapa? Saya muslim, dan sesedikit ilmu yang saya tahu, bahwa seseorang justru dilarang untuk 'meminta jabatan', dan sebuah jabatan bukanlah sebuah prestise melainkan sebuah amanah dunia akhirat, sehingga ketika menerimanya, seseorang sangat dianjurkan untuk memperbanyak istighfar daripada ucapan syukur.

Penilaian justru akan lebih mudah jika kita mengambil kacamata Islam dalam mengawal pemimpin terpilih, karena keyakinan kita terhadap kebenaran ayat-ayat Allah sudah lebih dari cukup untuk mengingatkan mereka manakala dalam perjalanannya memimpin ada yang sedikit melenceng.

Karena (lagi-lagi) siapapun yang terpilih, mereka juga tetap manusia hamba Allah taala yang wajib taat pada hukumNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun