Masa anak usia dini, yaitu 0-6 tahun, sering disebut golden age atau masa emas. Mengapa? karena pada usia ini otak anak berkembang sangat cepat bahkan sekitar 80% kemampuan otak terbentuk sebelum anak berusia 6 tahun. Artinya, apa pun pengalaman, pola asuh, dan stimulasi yang diterima anak sejak kecil akan mempengaruhi tumbuh kembangnya di masa depan.
Banyak orang tua yang berpikir pendidikan baru penting saat anak masuk SD. Padahal, pengalaman sehari-hari sejak bayi justru lebih menentukan kesiapan anak menghadapi pendidikan formal.
Mengapa Anak Usia Dini Harus Distimulasi?
Stimulasi untuk anak usia dini bukan hanya tentang mengajarkan huruf atau angka. Lebih dari itu, stimulasi adalah cara untuk membantu anak tumbuh secara fisik, sosial emosional, kognitif, bahasa, dan nilai agama dan moral. Berikut beberapa manfaat stimulasi sejak dini :
1. Mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasi
Anak yang sering diajak bicara, bernyanyi, atau dibacakan cerita akan lebih cepat memahami kosakata dan cara menyampaikan pikirannya. Â Misalnya, orang tua bisa bercerita tentang hewan peliharaan atau benda di rumah sambil menunjuk dan menamainya.
2. Melatih motorik halus dan kasar
Aktivitas sederhana seperti menggambar, mewarnai, bermain puzzle, menumpuk balok, atau berlari-lari di halaman membantu anak mengembangkan koordinasi tangan dan kaki serta kekuatan otot.
3. Menanamkan karakter dan kebiasaan baik
Anak belajar melalui contoh kebiasaan sederhana seperti merapikan mainan setelah bermain, mengucapkan kata "Terima Kasih" atau "Tolong", menunggu giliran, akan membentuk karakter positif sejak dini.
4. Meningkatkan percaya diri dan kreativitas
Dukungan orang tua membuat anak berani mencoba hal baru. Misalnya, saat anak mencoba menyusun balok setinggi mungkin, orang tua bisa memberi semangat, meski balok itu akhirnya jatuh. Dari situ, anak belajar mencoba, gagal, dan mencoba lagi.
5. Mengajarkan keterampilan sosial
Bermain dengan teman sebaya membantu anak belajar berbagi, bekerja sama, dan memahami perasaan orang lain. Contoh sederhana : saat bermain pasir atau bermain peran dokter-dokteran, anak belajar bergiliran dan menunggu teman selesai berbicara.
Contoh Stimulasi Sehari-hari di Rumah
Orang tua bisa melakukan stimulasi dengan cara yang menyenangkan dan mudah dilakukan :
1. Membaca buku cerita bersama anak setiap hariÂ
Misalnya membaca cerita tentang hewan, sambil menirukan suara hewan tersebut. Anak belajar kosakata baru dan melatih kemampuan mendengar.
2. Mengajak anak menghitung benda sehari-hari
Saat memasak, ajak anak menghitung sendok, buah, atau potongan sayur. Aktivitas ini melatih kemampuan berhitung sederhana sekaligus melatih motorik halus.
3. Bermain peran sederhana
Anak bisa bermain "Toko-tokoan", "Dokter-dokteran", atau "Masak-masakan". Aktivitas ini melatih kreativitas, imajinasi, dan kemampuan sosial.
4. Mewarnai dan menggambar
Selain melatih motorik halus, anak belajar mengekspresikan diri lewat warna dan bentuk. Orang tua bisa menempelkan hasil karya anak di dinding rumah untuk memberi apresiasi.
5. Melakukan aktivitas fisik ringan
Jalan-jalan di taman, lompat-lompat, atau menendang bola membantu melatih motorik kasar, menjaga kesehatan, dan membuat anak ceria.
Peran Guru PAUD : Belajar Lewat Bermain
Selain orang tua, guru PAUD memiliki peran penting. Kegiatan belajar di PAUD biasanya berbasis permainan agar anak belajar sambil senang. Contohnya :
1. Tebak gambar : Anak menebak benda atau hewan untuk melatih konsentrasi dan mengenal kosakata baru.
2. Bernyanyi sambil menari : Melatih motorik kasar, ritme, dan kemampuan bahasa.
3. Bermain peran : Misalnya bermain dokter-dokteran atau pasar-pasaran, mengajarkan anak bersosialisasi dan memahami aturan sederhana.
4. Menggambar dan mewarnai : Melatih kreativitas, motorik halus, dan kesabaran.
Tantangan Era Digital
Di zaman sekarang, anak sering dikenalkan gadget sejak dini. Jika tidak dibatasi, hal ini bisa membuat anak kurang bergerak, kurang bersosialisasi, bahkan mengalami keterlambatan bicara. Tips bagi orang tua :
1. Batasi waktu bermain gadget maksimal 1 jam per hari untuk anak usia dini.
2. Gunakan gadget untuk media edukasi, misalnya menonton video pembelajaran interaktif.
3. Ganti sebagian waktu gadget dengan aktivitas nyata, seperti menggambar, bermain di luar, atau membaca buku.
Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan rumah dan sekitar juga sangat berpengaruh. Anak yang tinggal di lingkungan aman, ramah, dan penuh kasih sayang akan merasa nyaman dan percaya diri. Misalnya, tetangga yang ramah terhadap anak, taman bermain yang aman, atau sekolah yang peduli anak-anak akan membuat anak lebih mudah belajar dan bereksplorasi.
Penutup :Â Mendidik anak usia dini bukan hanya soal membaca, menulis, atau berhitung. Pendidikan anak usia dini adalah tentang pengalaman, perhatian, dan stimulasi yang membentuk karakter, kreativitas, dan kemampuan sosial mereka. Setiap momen bersama anak adalah kesempatan belajar. Membacakan buku, menghitung buat saat belanja, bermain bersama, atau berbicara santai di rumah bisa menjadi fondasi penting bagi masa depan anak. Investasi terbaik orang tua adalah perhatian, stimulasi, dan pengalaman yang konsisten. Masa emas anak hanya datang sekali, dan pengalaman yang mereka dapatkan sekarang akan membentuk pribadi mereka seumur hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI