Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Nalar Surealisme Berkedok Intelektual

3 Agustus 2020   20:29 Diperbarui: 3 Agustus 2020   20:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/TheDigitalArtist

Dede yang sejak awal sudah sangat prihatin terhadap cara negara menangkal kasus sudah sangat kesal manakala berita konfirmasi kasus kini sudah ada di sekitarnya.

"Kita pada awalnya terlalu menganggap remah dan remeh terhadap virus B3B4L ini, kita terlalu minim dalam menganalisanya sehingga nyatanya virus ini sudah mendarat di negara kita. Kita hanya terlalu banyak membual tentang kondisi negara yang aman dan stabil dibanding melakukan langkah konkrit pencegahan" Ujar Dede Kesal.

Bos Aman menanggapi Dede dengan perasaan kesal yang sama

"Betul De, otoritas terlalu banyak membual dan terkesan so ilmiah, padahal isi dan praktiknya kosong. Mereka mempertontonkan kepada publik seolah olah keputusan yang mereka ambil adalah sepenuhnya ilmiah dan rasional. Lagi-lagi substansi dan aksi dari perkataannya kosong melompong" Tambah Bos Aman.

Percakapan di hari kelabu itu cukup memberikan efek dan aura yang hangat di tengah tiupan angin yang juga cukup kencang. Diskusi itu juga sedikitnya membuat perut Babe yang sejak pagi belum sempat makan menjadi sedikit berisi, karena pagi tadi nahas bekalnya terjatuh ketika melihat akhwat secara sporadis, kepalanya berputar 180 derajat dan tidak sengaja tubuhnya kemudian menabrak tiang listrik. Sialnya, nasi kuning spesial istimewa yang berada di genggamannya harus terlepas dan jatuh pada kubangan air di sebelahnya.  

Tak lama Bursh juga ikut masuk dalam pergumulan tersebut


"Kesan intelektual memang ditujukan kepada publik, mereka mengundang pakar ini dan itu dari bidang kesehatan. Tapi saya pribadi merasa skeptis terhadap kredibilitasnya yang dalam hal ini pada independensinya. Mengapa? Saya tidak melihat mereka berbicara atas dasar profesionalitasnya, tetapi lebih condong ke arah atau terpengaruh oleh hegemoni kekusaan, sehingga nada dan isi bicaranya seperti begitu berhati-hati, tidak tegas dan lugas, padahal situasi sedang krisis begini" Ujarnya.

"Atas dasar apa saya mengatakan tidak lugas? Hal ini jelas nampak bagi saya dari kebijakan yang diambil pemerintah. Contohnya saja mana penutupan atau karantina wilayah seperti negara lain? Tidak ketat, longgar. Mana tes massal bagi masyarakat luas? Minim sampai sekarang. Bahkan menurut keterangan lain dikatakan bahwa sebetulnya virus ini sudah sampai di negara kita sejak dua minggu lalu. Ucapan seolah intelek dan ilmiah tersebut mungkin benar, tapi bagi saya ini lebih benar dalam dalam substansi surealis semata," Tambahnya.

Mendengar kalimat terakhir dari Bursh, Yai Izan tampak tersenyum tipis. Entah apa yang ada dipikirannya, namun gelagatnya menunjukan simpati terhadap apa yang dikatakan oleh Bursh.

"Bursh" Kata Yai Izan Sambil menepuk bahunya. Bursh menengok dan mengangguk pelan.

"Saya tertarik dengan kata surealis yang anda maksud"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun