Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Operasi Sergap Serbu Bela Akhwat

30 Juni 2019   16:24 Diperbarui: 30 Juni 2019   16:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Skeeze

Siang hari itu para ikhwan mistis menghabiskan waktunya di kantin belakang kampus. Panas yang terik membuat mereka lebih memilih nongkrong dan melepaskan dahaganya dengan memesan sebuah es jeruk. Ada yang lainnya malah asyik ngobrol-ngorol saja. Mungkin tidak punya duit. Maklum saja di tanggal tua seperti ini akomodasi mereka untuk makan sudah mencapai tahap krisis.

Apalagi Dede dan Wahyu, sebagai orang yang berasal dari keluarga pas-pasan, tujuan mereka datang ke kantin kampus bukan untuk cari makan. Tetapi mencari hotspot gratis. Karena untuk makanan mereka pasti sudah membawa bekal dari rumah. Kehadiran mereka membuat suasana kantin menjadi riuh dan semarak. Kala itu padahal baru ada beberapa orang saja. Akan berbeda jika satu korps KIMBERLI sudah merapat semua, niscaya kantin seolah akan menjadi kapal pecah.

Di tengah suasana ceria itu, suara dari gawai Izal menjeda percakapan mereka. Untuk suara sebuah pesan singkat nampaknya ia terlalu berlebihan. Bagaimana tidak, kalau biasanya orang-orang cukup menggunakan nada notifikasi singkat, Izal malah menggunakan lagu Lily dari Alan Walker versi koplo yang durasinya kurang lebih 4 menit. Izal segera meraih gawai dalam saku celananya.

Dilihatnya dengan seksama pesan yang diterimanya itu. Setelah mengatur kecerahan layar, barulah diketahui bahwa ada pesan masuk dari Ivan. Isinya singkat dan lugas, namun cukup untuk membuat Izal terperanjat. Dede, Mou dan Wahyu yang ada disekitarnya sontak kaget melihat reaksi Izal ketika membaca isi pesan yang diterimanya. Terlihat wajahnya mendadak lusuh, dengan tatapan nanar dan dahi mengkerut. Setelah mulutnya berkomat-kamit sambil membaca pesan, ia lantas menoleh ke arah tiga temannya itu dengan pandangan kosong.

Dede yang tidak sabaran kemudian bertanya "Kenapa lu Zal?"

Izal masih bergeming "Heh lu kesambet Zal?" Ujar Wahyu tidak sabar

Izal meletakan gawainya di meja, lalu ia menegakan posisi duduknya "Kode merah bro!"

Seketika Wahyu terkaget, darahnya terkesiap. Wajahnya mulai menampakan ekspresi cemas "Kode merah?" Tanyanya sedikit tidak percaya

"Bener bro"

"Kapan? Dimana?" Sergah Mou

Gawai yang diletakannya, kini diambil lagi oleh Izal. Ia membuka isi pesan dari Ivan. "Alerta! Red Code!" Izal membacakan isi pesan yang diterimanya, kurang lebih lanjutan isi pesan yang dibacakannya itu begini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun