Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Dalam Desakan Agresi Borjuasi

26 Maret 2019   18:54 Diperbarui: 26 Maret 2019   19:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay

Seperti yang sudah diduga, hawa akan pertemuan yang diadakan Yai Izan di selasar masjid sore ini begitu menimbulkan rasa kegetiran dari kedua belah pihak yang nanti akan bertemu. Sengaja Yai Izan tidak memberitahu bahwa kedua kaum ini yang sekaligus ia undang.

Imbasnya, tatkala Bursh dari kaum ikhwan bro terkaget-kaget ketika melihat seonggok tubuh sedang selonjoran di selasar masjid yang tak lain adalah Ical. Bursh mulanya diserang perasaan tidak enak dengan adanya kejadian janggal tersebut, pikirannya mulai melayang tidak karuan.

Bursh kemudian memilih untuk menjaga jarak dari Ical, mencari tempat yang lepas dari pandangannya, mencoba bersembunyi sambil menganalisis apakah gerangan yang terjadi, mengapa Ical ada di sana? Sekedar iseng? Kebetulan? Atau? Pikiran itu jelas menganggu nalar Bursh.

Setelah menelisik beberapa lama, ia memilih bersembunyi dibalik rak sepatu, dan secara sengaja membenamkan tubuhnya dibawah tumpukan banner yang kebetulan ada di dekat rak sepatu, dan tentu saja membiarkan sedikit celah terbuka agar bisa bernafas dan melihat kondisi yang terjadi di selasar masjid.

Benar saja, dugaan Bursh nyatanya menemui titik terang, tak lama setelah kedatangannya, Izal dan Iman datang menghampiri Ical. Dengan segera mereka duduk berdampingan. Iman memulai percakapan.

"Kamerad Ical, ini ada agenda apa yah kayanya penting banget?"

"Betul kamerad Iman, penting, makanya tadi saya wajibkan buat hadir!" Ical bangkit dari sikap tidurnya.

"Terus nanti tuh agendanya apaan?" Izal masih kebingungan.

"Nanti kalo udah ada Kamerad Wahyu dan Dede saya ceritain deh"

Bursh mendengar percakapan singkat itu dengan seksama, ia mulai yakin bahwa agenda sore nanti juga akan menghadirkan kaum pro. Dengan susah payah, dalam posisi berbalut banner, Bursh mencoba merogoh kocek saku celananya, mencoba mengambil HP, memfoto kondisi terkini selasar masjid seraya membagikannya kepada ikhwan bro yang lain.

Cekrek! Terlihat jelas kilatan flash yang memancar dari HP Bursh, ia lupa tidak menonaktifkan flash, untung suaranya tidak terdengar jelas. Bursh kaget bukan main, ia khawatir kamuflasenya akan terdeteksi Ical dan yang lainnya. Namun selang beberapa saat tidak ada reaksi yang diberikan oleh mereka. Bursh menghela nafas cukup panjang, walaupun peluh jelas telah membasahi sekujur tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun