Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Babad Ikhwan Mistis: Merana karena Dilema

22 Maret 2019   16:40 Diperbarui: 22 Maret 2019   16:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/O12

Perjalanan kegalauan yang dialami oleh kaum abu-abu telah sampailah kepada saat yang menentukan. Mereka kini dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa sudah saatnya mereka harus mempunyai pilihan akan kemana. Beberapa pertimbangan mulai diperhitungkan oleh mereka. Bahkan beberapa diantaranya sampai melakukan sebuah bentuk analisis SWOT terhadap kemungkinan yang akan mereka pilih.

Urip bahkan sering berkonsultasi menemui para dedengkot kaum pro dan bro. Pada kesempatan pertama ia menemui Roy dan Ivan. Ia menanyakan banyak sekali hal yang berkaitan dengan aktifitas atau keseharaian yang biasa dilakukan oleh kaum bro. Urip mendatangi Roy dan Ivan dengan wajah lusuh.

"Roy, Van saya sekarang sedang tahap pencarian pelabuhan jatidiri yang fana ini, antara gabung ke kaum pro atau bro".

"Sok tanyain aja ke kita, siapa tau kita bisa kasih solusi" Seru Ivan.

"Apa sih alasan utama saya harus merapat ke kaum bro, coba beri argumennya".

"Oke jadi gini......." Roy sedikit menghela nafas "Ikhwan borjuis itu didasarkan pada kemampuan dan modal awal kita yang memang secara fisikal itu sudah unggul dan mapan".

"Dan secara pengaruh pun kita memang sudah memiliki kualifikasi diatas rata-rata dibanding dengan golongan atau kaum lainnya (Baca: Kaum proletar), sehingga dalam kuasa pun kita jelas setingkat di atas mereka". Lanjut Roy.

"Itu emang bener, kita memang ditakdirkan sudah lebih baik dari mereka dan sudah selayaknya kita mendapat perlakuan istimewa, supremasi kaum borjuis pun saya rasa nggak masalah, dan malah itu memang keharusan bagi kita" Timpa Ivan.

Urip menyimak penjelasan dari Roy dan Ivan secara mendetail, bahkan ia juga membawa secarik kertas untuk kemudian ia mensistesiskan jawaban dari mereka. Sampai beberapa lama Ivan menutup rentetan pertanyaan yang diajukan oleh Urip dengan pernyataan yang meyakinkan.

"Saya rasa kamu harus masuk ke kaum pro, secara kualifikasi saya nilai kamu sudah memenuhi kriteria, kamu salah satu kader potensial yang bisa menggerakan massa dan itu akan mengantarkan kita pada perwujudan supremasi kaum bro di bumi manusia ini, upaya itu saya lihat ada dalam sosokmu rip!" Tegas Ivan.

Mendengar lontaran pujian yang diberikan oleh Ivan, sorot mata Urip berubah, matanya mulai berbinar, mimik wajahnya memancarkan aura keceriaan yang klimaks. Secara sekilas Roy sudah dapat menduga bahwa bualan yang dilakukan oleh Ivan telah membuahkan hasil. Usut punya usut ternyata, apa yang dikatakan oleh Ivan dan Roy sudah direncanakan jauh-jauh hari. Para ikhwan borjuis telah menyusun strategi yang mereka beri nama "Ujaran bualan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun