Mohon tunggu...
Rahmannita
Rahmannita Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tugas Kampus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aksi Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia

9 Mei 2022   22:40 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:08 3755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Rahmannita

203516516250

Ilmu Komunikasi

Universitas Nasional

Abstrak

Pada saat ini intoleransi dan radikalisme adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia. Fenomena ini bermunculan selama lima tahun terakhir dengan berbagai peristiwa yang mengemuka. Pada umumnya radikalisme muncul sebagai akibat dari suatu paham ekstrem yang disebabkan oleh ketidakpuasaan atas suatu keadaan. Terkadang aksi radikalisme pada saat ini dikaitkan dengan agama, hal ini karena sering terjadinya berbagai aksi radikalisme mengatas namakan agama yang berujung pada aksi kekerasan atau sikap tidak toleran. Imbasnya, muncul berbagai kesan negatif dan mendiskreditkan agama tertentu. Pada paper ini akan dibahas mengenai aksi radikalisme dan intoleransi di negara kita.

 
PENDAHULUAN
 
Latar Belakang
Pada umumnya radikalisme muncul sebagai akibat dari suatu paham ekstrem yang disebabkan oleh ketidakpuasaan atas suatu keadaan. Terkadang aksi radikalisme pada saat ini dikaitkan dengan agama, hal ini karena sering terjadinya berbagai aksi radikalisme mengatas namakan agama yang berujung pada aksi kekerasan atau sikap tidak toleran. Imbasnya, muncul berbagai kesan negatif dan mendiskreditkan agama tertentu.
Berbagai aksi radikalisme terjadi di Indonesia, seperti aksi intoleransi yang terjadi di Semarang selama 6 bulan di tahun 2014 ini di Jawa Tengah telah terjadi 8 kali kekerasan dengan mengatas namakan agama (Syukron, 2014). Keadaan yang serupa juga terjadi di Yogyakarta, selama 5 bulan pertama di tahun 2014 telah terjadi 7 kasus tindakan intoleransi atas nama agama (Kompas 4 Juni 2014).
Data - data diatas merupakan suatu contoh bahwa sifat toleransi masyarakat di Indonesia sangat menipis. Gesekan-gesekan kepentingan dikaitkan dengan keyakinan agama menimbulkan konflik yang menyulut kerusuhan. Berdalih mengamalkan suatu keyakinan dalam agama yang dianut, suatu kelompok atau seorang melakukan intimidasi/kekerasan/pengeroyokan kepada kelompok atau orang yang berbeda keyakinannya.
Pada era global ini, perkembangan teknologi membuat berbagai informasi dapat diperoleh secara mudah dan cepat. Kini hadirnya media sosial menjadikan semua orang dapat dengan mudah mengakses situs radikal tanpa perlu bertatap muka, sehingga memungkinkan terjadinya proses radikalisasi melalui dunia maya. Oleh karena itu media sosial bukan hanya untuk membuat propaganda terorisme baru, namun ini merupakan pola dan bentuk baru dalam radikalisme. Saat ini kaum milenial menjadi salah satu pengguna terbanyak media sosial, oleh karena itu kaum milenial sangat rentan akan terdampak paham yang intoleran dan radikal.
 
Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud radikalisme ?
2. Apa penyebab terjadinya radikalisme ?
3. Bagaimana upaya mencegah terjadinya radikalisme dan intoleransi ?
4. Mengapa kaum muda/milenial menjadi sorotan ?
 
Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dilakukanya penelitian sebagai pemahaman tentang radikalisme dan upaya meminimalisir terjadinya radikalisme di Indonesia.
 
Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pemaparan mengenai radikalisme dan intoleransi.
 
Penelitian Terdahulu
Agar menghindari kesamaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis terlebih dahulu mencari hasil penelitian yang berhubungan dengan fokus masalah yang penulis teliti dan penulis jadikan sebagai bagian dari referensi diantaranya :
1. Artikel jurnal ilmiah yang ditulis oleh Endang Supriadi, dkk, dengan judul "Intoleransi dan Radikalisme Agama; Konstruk LSM tentang program Deradikalisasi", diterbitkan pada tahun 2020 dalam Jurnal Sosiologi Walisongo (JSW), Vol 4, No 1. Dalam jurnal ini peneliti membahas mengenai program deradikalisasi oleh BNPT yang belum efektif serta upaya deradikaliasi yang dilakukan oleh Wahid Institute dan SETARA Institute.
 
2. Makalah penelitian mengenai kegiatan deradikalisasi yang dilakukan komunitas JAKATARUB terhadap pemuda/kaum milenial khususnya di wilayah Bandung Raya melalui media film pendek dan kafe religi, dengan Judul "DERADIKALISASI PADA MILENIAL DI JAKATARUB".
 
PEMBAHASAN
 

Pengertian

Radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya. Dalam sejarahnya, radikalisme merukapan hasil pemikiran dari aliran yang memiliki keterkaitan terhadap perubahan besar dan ekstrem. Radikalisme adalah gerakan yang sudah ada sejak abad ke-18 di Eropa. Kini radikalisme adalah konsep yang banyak ditentang dan diperangi karena banyak terkait dengan kekerasan.

Faktor - Faktor Terjadinya Radikalisme

1. Persoalan pemahaman keagamaan. Pemahaman keagamaan merupakan bagian penting dari kekerasan agama (radikalisme) yang 

2. Radiakalisme  juga dikaitkan dengan adanya pemahaman tentang ketidakadilan politik, ekonomi dan hukum yang berjalan dalam sebuah negara. Sebuah rezim politik dan partai tertentu dianggap berlaku tidak adil kepada sekelompok 

3. Buruknya dalam hal penegakan hukum sehingga menimbulkan apa yang sering disebut sebagai ketidakadilan hukum. Penegakan hukum yang tidak berjalan dengan maksimum, sehingga menumbuhkan kekesalan dalam perkara hukum yang ada dalam sebuah negara. Ketidakadilan hukum dianggap sebagai salah satu faktor yang masih dominan dalam sebuah negara termasuk di Indonesia, sehingga aparat penegak hukum sering menjadi sasaran kekerasan kaum radikalis.

4. Persoalan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek ajaran kekerasan dari agama, termasuk pendidikan yang lebih menekankan aspek indoktrinasi, tidak memberikan ruang diskusi tentang suatu masalah. Oleh sebab itu, pendidikan semacam itu merupakan masalah lain lagi yang sangat mungkin mendorong terjadinya radikalisasi karena kebebalan perspektif pendidikan agama. Oleh sebab itu harus dipikirkan kembali pendidikan agama yang bersifat transformatif dan pembebasan pada umat manusia.
Pencegahan Radikalisme
Radikalisme adalah paham perubahan dengan jalan kekerasan sehingga banyak ditentang masyarakat Indonesia bahkan dunia. Karena itulah ada upaya mencegah radikalisme di Indonesia.
- Memperkenalkan ilmu pengetahuan umum dan agama dengan baik dan benar.

- Memahamkan ilmu pengetahuan umum dan agama dengan baik dan benar.

- Berusaha meminimalisir kesenjangan sosial di masyarakat.

- Menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia.

- Ikut andil dan mendukung aksi perdamaian.

- Ikut andil dan berperan aktif melaporkan radikalisme dan terorisme.

- Meningkatkan pemahaman hidup kebersamaan.

- Pandai-pandai menyaring informasi yang diperoleh.

- Ikut berperan mensosialisaiskan bahaya radikalisme dan terorisme.

Kaum Muda Menjadi Sorotan

Sebagai penggerak masa depan, kaum muda menjadi sangat penting. Kaum muda merupakan masa depan sebuah bangsa. Kaum muda tidak bisa dituduh sebagai kelompok yang mengacaukan, tetapi mereka adalah kelompok masyarakat yang bergerak dan terus mencari. Mereka kaum muda tidak bisa ditempatkan sebagai entitas yang selalu dalam "kesesatan pikir" dan kesesatan tindakan atas nama agama/Tuhan. Tidaklah adil dan proporsional jika menjadikan kaum muda sebagai tertuduh.
Oleh sebab kaum muda masih mengenyam pendidikan ditingkat Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi maka tidak bisa sembarang mengajarkan materi pelajaran ataupun materi kuliah yang tidak sesuai dengan realitas sosial. Pendidikan kita harus mengajarkan realitas sehingga anak bangsa akan paham tentang realitas bukan hidup di dunia abstrak dan maya semata. Pendidikan harus mengajarkan realitas keragaman, pengakuan sosial atas keragaman kemajemukan, serta mengajarkan misi damai membangun bangsa dan manusia bermartabat dalam dimensi yang luas.
Kaum muda tidak hanya sebagai objek tetapi mereka adalah subjek yang memiliki dunianya sendiri. Oleh sebab itu perlu mendapatkan perhatian sebagaimana dunianya. Kita akan melihat beberapa fakta lapangan tentang keterlibatan kaum muda dalam aksi-aksi intoleransi yang terus menggunung dan mengepung. Kaum muda sangat penting kehadirannya di ruang publik yang penuh dengan persoalan di depan hidungnya. Kaum muda dengan begitu perlu dilibatkan dalam proses perubahan sosial yang kian keras. Kaum muda perlu mendapatkan pemahaman kondisi sosial ekonomi politik dan historis yang memadai sehingga memiliki gambar yang jelas tentang sebuah fenomena sebuah negara. Kaum muda penuh dengan kreativitas dan inisiatif karena itu berilah ruang untuk berekspresi dan berimajinasi membangun masa depannya asalkan positif dan sesuai dengan cita-cita sosialnya. (Hadiz, 2014) Dalam kaitan dakwah agama, maka elit agama, pendakwah-misionaris tidak bertugas menyiram bibit radikal serta intoleransi kepada kaum muda dengan doktrin-doktrin keagamaan yang disampaikan secara serampangan dan tidak lengkap sesuai konteks sosial historisnya. Kaum elit agama harus memberikan contoh yang nyata dalam berkata-kata (berdakwah) dengan santun, bijaksana, dan bertindak dengan damai dan menentramkan. Tidak sembarangan berkata dan bertindak.
 
 
PENUTUP

Hampir semua subyek sepakat berpandangan negatif terhadap radikalisme beragama, Mereka yang berpandangan negatif terhadap radikalisme agama karena menurutnya radikalisme agama adalah satu paham kelompok yang tidak memahami agama secara komprehensif dan mendalam sehingga seringkali menimbulkan sikap-sikap kekerasan bahkan aksi teror yang mengatasnamakan agama dalam mencapai tujuannya. Radikalisme agama ini disebabkan kurang memahami agama secara benar, berguru kepada yang bukan ahlinya, dan terlalu sempit menafsirkan dalil-dalil agama sehingga muncul sikap menyalahkan bahkan mengatakan orang lain sesat yang berbeda dengan pemahamannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun