Mohon tunggu...
Rahma fadlilah
Rahma fadlilah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Drakor is one of the fun things in my life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KH Hasyim Asyari: Pejuang Islam Nusantara dan Kemerdekaan

7 Mei 2025   19:22 Diperbarui: 7 Mei 2025   19:22 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pinterest) 

Jika kita menelusuri sejarah Islam di Indonesia, nama KH Hasyim Asy'ari adalah sosok yang tidak bisa dilewatkan. Beliau bukan hanya ulama besar yang membangun pondasi pendidikan Islam, tetapi juga seorang nasionalis sejati. Gagasannya tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi terus hidup hingga hari ini---di tengah dinamika bangsa yang terus bergerak.

KH Hasyim Asy'ari lahir pada 14 Februari 1871 di Jombang, Jawa Timur, dari keluarga pesantren yang religius dan terpandang. Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan kecintaan luar biasa terhadap ilmu. Ayah dan kakeknya adalah ulama yang menjadi tempat berguru para santri, dan di situlah semangat menuntut ilmu tertanam kuat dalam diri Hasyim muda.

Perjalanan intelektualnya tak terbatas di tanah Jawa. Ia mengembara ke berbagai pesantren di Nusantara, bahkan hingga ke Mekkah, tempat ia berguru kepada ulama-ulama besar dunia Islam. Di tanah suci, beliau memperdalam tafsir, hadits, fiqih, tasawuf, dan berbagai cabang ilmu agama. Namun, lebih dari itu, beliau juga menyerap semangat pembaruan dan perlawanan terhadap penjajahan yang kala itu banyak digemakan di dunia Islam.

Setelah kembali ke Indonesia, beliau mendirikan Tebuireng Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Pesantren ini menjadi pelopor transformasi pendidikan Islam di Indonesia. KH Hasyim Asy'ari memperkenalkan kurikulum yang memadukan keilmuan klasik dengan wawasan kebangsaan, membentuk generasi santri yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga sadar akan tanggung jawab sosial dan nasional.

Tahun 1926 menjadi titik penting dalam sejarah Islam Indonesia. KH Hasyim Asy'ari bersama ulama-ulama pesantren lainnya mendirikan Nahdlatul Ulama (NU)---sebuah organisasi Islam yang bertujuan menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah, sekaligus mempertahankan kearifan lokal dan tradisi Islam Nusantara. Ini adalah bentuk moderasi yang brilian: tidak menolak modernitas, tetapi juga tidak kehilangan akar budaya.

Melalui NU, KH Hasyim Asy'ari meneguhkan Islam yang inklusif---yang bisa berdampingan dengan budaya lokal tanpa mencederai ajaran pokok agama. NU menjadi benteng utama dalam menjaga harmoni, sekaligus ruang konsolidasi sosial umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman.

Puncak kontribusi KH Hasyim Asy'ari dalam ranah kebangsaan tampak jelas saat Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Ketika Belanda mencoba kembali menguasai Indonesia pasca-kemerdekaan, KH Hasyim Asy'ari menyadari bahaya besar yang mengancam kedaulatan. Maka, pada 22 Oktober 1945, beliau mengeluarkan Resolusi Jihad, fatwa yang menyerukan bahwa membela tanah air dari penjajahan adalah fardhu ain---kewajiban setiap muslim.

Fatwa inilah yang membakar semangat rakyat, terutama kaum santri dan pemuda, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Arek-arek Surabaya, para santri dari berbagai pesantren, dan rakyat biasa turun ke medan tempur, dan sejarah mencatatnya sebagai Pertempuran 10 November 1945.Resolusi Jihad menjadi inspirasi perjuangan dan simbol bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.

KH Hasyim Asy'ari juga dikenal sebagai figur yang sangat menjaga adab dan akhlak. Dalam kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim, beliau menekankan pentingnya etika dalam menuntut ilmu. Bagi beliau, ilmu tanpa adab adalah bencana. Sikap ini bukan hanya relevan dalam konteks pendidikan, tapi juga dalam kehidupan sosial dan berbangsa.

Warisan beliau tetap hidup hingga hari ini. Jutaan santri di pelosok negeri masih menimba ilmu di bawah naungan pesantren yang mengikuti tradisi Tebuireng. Nahdlatul Ulama kini menjadi ormas Islam terbesar di dunia, meneruskan nilai-nilai yang diwariskan KH Hasyim Asy'ari: Islam yang toleran, nasionalis, dan membumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun