I. Maurice Merleau-Ponty dan Prioritas Tubuh yang Dihayati
Maurice Merleau-Ponty (1908-1961) adalah seorang filsuf Prancis abad ke-20 yang memegang posisi sentral dalam tradisi fenomenologi, dengan akar pemikiran yang kuat dari Edmund Husserl dan Martin Heidegger.1 Karyanya tidak hanya melanjutkan warisan para pendahulunya tetapi juga memberikan pengaruh signifikan pada eksistensialisme dan bidang-bidang terkait seperti ilmu kognitif.1 Merleau-Ponty dikenal karena re-deskripsi radikalnya tentang pengalaman manusia, yang secara fundamental menantang dikotomi filosofis tradisional yang telah mendominasi pemikiran Barat selama berabad-abad.1 Karya utamanya, Fenomenologi Persepsi (1945), secara luas diakui sebagai teks yang menetapkannya sebagai filsuf terkemuka tentang tubuh.3
Inti dari filsafat Merleau-Ponty adalah tesis sentralnya yang menempatkan tubuh sebagai situs utama pengetahuan tentang dunia.1 Ini merupakan pergeseran mendasar dari tradisi filosofis yang panjang yang secara historis menempatkan kesadaran atau intelek sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Penekanannya ini terangkum dalam konsep "prioritas persepsi".3 Merleau-Ponty berpendapat bahwa persepsi adalah "pengetahuan primordial" kita tentang realitas, yang mendahului bahasa dan akal.6 Bagi Merleau-Ponty, persepsi bukanlah penerimaan pasif data sensorik, melainkan keterlibatan aktif dan terwujud dengan dunia.8 Ini adalah "dialog yang berkelanjutan antara tubuh yang dihayati dan dunia yang dipersepsinya".4
Filsafat Merleau-Ponty merupakan keberangkatan mendalam dari kerangka dualistik yang secara historis mendominasi pemikiran Barat, terutama pemisahan Cartesian antara pikiran dan tubuh.1 Ia berupaya melampaui dikotomi-dikotomi ini pikiran dan tubuh, roh dan materi, subjek dan objek dengan menunjukkan keterkaitan inheren di antara mereka.1 Karyanya menjembatani kesenjangan antara subjektif dan objektif, menegaskan bahwa pengetahuan kita secara inheren terwujud.13
Pergeseran Merleau-Ponty dalam menempatkan tubuh sebagai sumber utama pengetahuan, bukan pikiran yang terpisah, secara mendasar mengubah pemahaman tentang epistemologi (teori pengetahuan) dan ontologi (teori keberadaan). Jika tubuh yang dihayati, bukan pikiran yang terlepas dari tubuh, adalah fondasi pengetahuan, maka pengetahuan tidak lagi dapat dipahami sebagai sesuatu yang abstrak atau universal dalam pengertian tradisional. Sebaliknya, pengetahuan selalu bersifat tersituasi, parsial, dan melibatkan keterlibatan aktif. Ini mengubah hubungan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui dari seorang pengamat yang terpisah menjadi seorang partisipan yang terlibat. Sifat persepsi yang "tak habis-habisnya" 4 semakin menekankan hal ini, menunjukkan bahwa realitas tidak sepenuhnya dapat digenggam oleh satu sudut pandang objektif tunggal, melainkan terus-menerus terungkap melalui interaksi yang terwujud. Realitas, dalam pandangan ini, bukanlah entitas statis yang sudah ada sebelumnya, melainkan fenomena yang muncul dalam "menjadi" yang berkelanjutan.4
Beberapa sumber juga menyoroti konsep "pemahaman pra-sadar, pra-predikatif" 4 dan "modalitas kesadaran pra-konseptual".14 Ini mengarah pada aspek krusial dari pemikiran Merleau-Ponty: gagasan bahwa sebagian besar keterlibatan kita dengan dunia terjadi sebelum refleksi sadar, kategorisasi, atau artikulasi linguistik. "Pengetahuan primordial" ini 6 bukanlah sekadar tahap perkembangan, melainkan lapisan pengalaman yang berkelanjutan dan mendasari yang menjadi dasar bagi semua aktivitas kognitif dan linguistik selanjutnya. Pemahaman ini sangat penting karena menjelaskan bagaimana tubuh dapat menjadi situs utama pengetahuan tanpa mereduksi pengetahuan menjadi sekadar refleks biologis. Ini adalah keterlibatan yang canggih, cerdas, namun non-konseptual yang membentuk kemampuan kita untuk berpikir dan berbicara. Tubuh, dalam pengertian ini, adalah "cakrawala laten dalam semua pengalaman kita" 15, yang berarti ia adalah dasar pra-reflektif yang memungkinkan semua pengalaman.
II. Kritik terhadap Dualisme Cartesian dan Tubuh Objektif
Filsafat Barat, terutama yang sangat dipengaruhi oleh Ren Descartes, membentuk dualisme pikiran-tubuh yang kaku, yang mengandaikan pikiran (substansi imaterial, berpikir) dan tubuh (substansi material, meluas) sebagai entitas yang secara fundamental terpisah.2 Pandangan ini seringkali mereduksi tubuh menjadi sekadar objek, sebuah mesin yang dikendalikan oleh pikiran yang transenden.1 "Asumsi isolasionis" ini 18 dalam model kognisi tradisional berfokus hampir secara eksklusif pada proses kognitif internal, mengabaikan faktor lingkungan esensial dan bentuk terwujud dari organisme.18
Merleau-Ponty dengan keras mengkritik kerangka Cartesian ini, berpendapat bahwa ia gagal menjelaskan sifat terwujud dan tersemat dari keberadaan manusia.2 Ia menegaskan bahwa kita keliru ketika membayangkan diri kita sebagai pikiran yang terlepas dari tubuh atau tubuh yang tidak bergerak.12 Baginya, tubuh bukanlah sekadar objek biologis, melainkan sarana untuk mempersepsi dunia eksternal dan secara tak terpisahkan terkait dengan kesadaran.9 Ia menentang pandangan "intelektualis" (pikiran mengendalikan tubuh) dan pandangan "empirisis" (tubuh sebagai kausalitas fisiologis, mekanistik), yang keduanya mengabaikan tubuh fenomenal yang dihayati.10 Sebaliknya, ia mengusulkan bahwa tubuh fenomenal membentuk korelasi antara subjektivitas dan objektivitas itu sendiri, di mana keduanya tidak ada secara terpisah dari ko-konstitusi mereka.10
Bagi Merleau-Ponty, masalah pikiran-tubuh, sebagaimana dipahami secara tradisional, adalah "masalah semu" yang muncul dari aksioma-aksioma palsu yang tertanam dalam dualisme substansi Cartesian.12 Ia berpendapat bahwa mental dan material bersifat kontinu melalui pengalaman seseorang sebagai kesadaran yang terwujud.2 Filsafatnya bertujuan untuk melampaui dikotomi subjek-objek sepenuhnya, menyatukan subjektivisme ekstrem dengan objektivisme ekstrem.12 Pandangan holistik ini menekankan bahwa "tubuh dan pikiran adalah satu dan sama, bukan sekadar biologi; kita adalah tubuh kita dan, melalui ini, melakukan keakuan".15
Kritik Merleau-Ponty yang berulang terhadap dualisme Cartesian 1 bukan hanya sekadar posisi filosofis; ini adalah re-konseptualisasi dari sifat tubuh itu sendiri. Merleau-Ponty memindahkan tubuh dari menjadi salah satu dari dua substansi terpisah (pikiran/materi) menjadi situs kontinuitas inheren dan korelasi di antara keduanya.2 Ini menyiratkan bahwa tubuh bukan hanya penerima pasif perintah mental atau stimulus eksternal, melainkan entitas yang aktif, penghasil makna, yang mengkonstitusi realitas kita. Tubuh tidak hanya memiliki pengalaman; ia adalah pengalaman. Ini mendefinisikan ulang fondasi keberadaan manusia itu sendiri.
Kritik Merleau-Ponty meluas melampaui filsafat ke pemahaman ilmiah tentang tubuh. Dengan menolak tubuh sebagai sekadar objek, ia secara implisit menantang pendekatan reduksionis dalam biologi, ilmu saraf, dan psikologi yang berupaya menjelaskan pengalaman manusia semata-mata melalui kausalitas fisiologis atau mekanistik.10 Meskipun mengakui perlunya struktur otak dan sistem saraf, ia menegaskan bahwa mereka bukanlah "tubuh yang dihayati dalam keseluruhannya".10 Ini memiliki implikasi mendalam tentang bagaimana penyelidikan ilmiah harus dilakukan, menunjukkan bahwa penjelasan yang murni objektif dan orang ketiga akan selalu kehilangan dimensi fenomenal dari pengalaman yang dihayati. Hal ini menyiapkan panggung bagi pengaruhnya pada bidang-bidang seperti kognisi terwujud, yang mencari pemahaman yang lebih holistik.8
Untuk lebih memperjelas perbedaan mendasar antara pandangan Merleau-Ponty dan dualisme Cartesian, tabel berikut menyajikan perbandingan poin-poin utama:
Tabel 1: Tubuh yang Dihayati Merleau-Ponty vs. Dualisme Cartesian
Kategori
Dualisme Cartesian
Tubuh yang Dihayati Merleau-Ponty
Sifat Tubuh/Pikiran
Substansi terpisah (res cogitans/res extensa); Tubuh sebagai objek mekanis, tidak bergerak.
Kesatuan tak terpisahkan antara tubuh-pikiran; Tubuh sebagai "subjek-tubuh," aktif, pembuat makna.
Sumber Pengetahuan/Kesadaran
Pikiran/intelek yang terlepas dari tubuh.
Persepsi yang terwujud; "Saya bisa" mendahului "Saya berpikir"; Tubuh sebagai situs utama pengetahuan.
Hubungan dengan Dunia
Pikiran mengamati dunia dari kejauhan; Tubuh berinteraksi secara mekanis.
"Berada-dalam-dunia" yang inheren; Ko-konstitusi/keterikatan timbal balik; Dialog berkelanjutan.
Masalah Pikiran-Tubuh
Masalah interaksi yang nyata dan sulit antara substansi yang berbeda.
"Masalah semu" yang muncul dari aksioma palsu; Kontinuitas mental dan material.
Tabel ini sangat penting karena secara visual merangkum konflik filosofis inti yang ditangani Merleau-Ponty. Dengan menyajikan kontras langsung, tabel ini segera memperjelas sifat radikal dari keberangkatannya dari pemikiran Barat selama berabad-abad. Ini menyederhanakan posisi filosofis yang kompleks menjadi poin-poin yang mudah dipahami, membuat perbedaan mendasar menjadi jelas bagi pembaca. Tabel ini secara eksplisit menunjukkan inovasi Merleau-Ponty dengan menampilkan apa yang ia lawan dan bagaimana alternatifnya mendefinisikan ulang konsep-konsep fundamental. Hal ini memperkuat argumen sentral bahwa tubuh bukan hanya objek fisik, melainkan entitas subjektif dan pengalaman yang secara fundamental membentuk realitas kita, secara langsung menantang gagasan pikiran yang terlepas dari tubuh. Memahami kritik mendasar ini sangat penting untuk menghargai kebutuhan dan implikasi dari konsep-konsepnya selanjutnya seperti tubuh yang dihayati, intensionalitas motorik, dan daging, karena semuanya dibangun di atas penolakan dualisme ini.
III. Konsep Tubuh yang Dihayati (Le Corps Propre)
Inti dari filsafat Merleau-Ponty adalah konsep "tubuh yang dihayati" (atau le corps propre), yang ia bedakan secara cermat dari tubuh sebagai organisme biologis belaka atau objek studi ilmiah.1 Sementara tubuh objektif adalah kumpulan organ dan proses fisiologis, tubuh yang dihayati adalah tubuh subjektif dan pengalaman kita tubuh sebagaimana kita menghayatinya.15 Ini bukan sekadar benda, melainkan "kondisi permanen pengalaman" dan "konstituen keterbukaan perseptual terhadap dunia".19 Ini adalah sarana melalui mana kita mempersepsi dan terlibat dengan dunia.8
Merleau-Ponty memperkenalkan istilah "subjek-tubuh" (le corps propre) sebagai alternatif dari "cogito" Cartesian.1 Konsep ini menekankan bahwa tubuh tidak hanya dimiliki oleh kesadaran, tetapi adalah bentuk kesadaran itu sendiri sebuah "subjektivitas yang terinkarnasi".4 Ini adalah "wahana keberadaan di dunia" 15, yang secara intim bersatu dengan lingkungan tertentu dan secara terus-menerus terlibat dalam proyek-proyek.20 Tubuh yang dihayati adalah "cakrawala laten dalam semua pengalaman kita" 15, yang berarti ia adalah dasar pra-reflektif yang memungkinkan semua pengalaman. Melalui tubuh kita, kita melakukan keakuan, berhubungan dengan orang lain, dan belajar tentang diri kita sendiri.15
Dalam tantangan langsung terhadap "Cogito, ergo sum" ("Saya berpikir, maka saya ada") yang terkenal dari Descartes, Merleau-Ponty mengusulkan "Saya bisa" sebagai pernyataan fundamental keberadaan manusia.12 Ini menandakan bahwa mode utama keberadaan kita di dunia bukanlah melalui pemikiran abstrak, melainkan melalui kapasitas dan kemungkinan tindakan tubuh kita.21 "Kesadaran pada awalnya bukanlah masalah 'Saya berpikir bahwa' tetapi 'Saya bisa'".21 "Saya bisa" ini adalah "hubungan tubuh yang intensional dengan dunia di mana dunia diungkapkan kepada kita oleh dan melalui kapasitas tubuh kita untuk berinteraksi dengannya".21 Ini menyoroti bahwa pemahaman dan keterlibatan kita dengan dunia secara fundamental didasarkan pada kemampuan motorik dan perseptual kita.8
Definisi tubuh yang dihayati sebagai "bukan objek, melainkan seperangkat kemungkinan untuk bertindak dalam lingkungan tertentu" 22 dan "orientasi terhadap dunia yang pada dasarnya adalah sarana kita untuk 'memiliki dunia' itu sendiri" 22 melampaui sekadar menyatakan bahwa tubuh bersifat subjektif. Ini menyiratkan bahwa tubuh bukanlah entitas statis melainkan sistem yang dinamis dan terbuka yang secara aktif mengkonstitusi dunia yang dipersepsinya. Ini berarti realitas kita tidak tetap tetapi muncul melalui kapasitas dan interaksi tubuh kita. Konsep "Saya bisa" 12 lebih lanjut menekankan sifat aktif dan potensial dari tubuh, menunjukkan bahwa keberadaan kita didefinisikan oleh apa yang mampu kita lakukan dan alami, daripada hanya apa yang kita refleksikan. Ini memiliki implikasi untuk memahami agensi dan kebebasan manusia, yang bagi Merleau-Ponty, muncul dari keterlibatan dengan realitas yang dihayati daripada melampauinya.7
Merleau-Ponty menyatakan bahwa "makna, dalam pengertian pengetahuan dan nilai... muncul dari keterlibatan tubuh kita dan ko-konstitusi timbal balik dengan dunia alam-sosial kita".10 Ini adalah pergeseran yang mendalam. Ini berarti makna tidak dipaksakan pada dunia oleh pikiran yang terlepas dari tubuh, juga tidak inheren dalam objek yang menunggu untuk ditemukan. Sebaliknya, makna ko-konstitusi melalui upaya tubuh yang berkelanjutan, penuh perhatian, dan terwujud untuk memahami dunia.10 Ini secara langsung menghubungkan tubuh yang dihayati dengan epistemologi dan aksiologi, menunjukkan bahwa nilai-nilai dan pemahaman kita tidaklah abstrak tetapi muncul dari interaksi praktis, sensorik, dan afektif kita. Oleh karena itu, tubuh bukan hanya wahana makna, melainkan penghasil makna itu sendiri.
IV. Persepsi sebagai Keterlibatan yang Terwujud
Konsep Merleau-Ponty tentang "prioritas persepsi" 3 menegaskan bahwa persepsi bukanlah sekadar hasil dari impuls pada organ indera, juga bukan semata-mata tindakan kognitif.5 Sebaliknya, ini adalah "pengetahuan primordial" yang terjadi sebelum bahasa dan akal.6 Pemahaman pra-kognitif, pra-predikatif ini bersifat fundamental, yang berarti bahwa keterlibatan kita dengan dunia pada awalnya melalui pengalaman langsung yang terwujud, bukan melalui pemikiran abstrak atau penilaian.4 Hal-hal disajikan kepada kita secara langsung, tanpa perlu pemikiran sebelumnya untuk memungkinkan persepsi.9
Persepsi dipahami sebagai "dialog yang berkelanjutan antara tubuh yang dihayati dan dunia yang dipersepsinya".4 Dalam dialog ini, para pengamat "secara pasif dan aktif berusaha untuk mengungkapkan dunia yang dipersepsi dalam konser dengan orang lain".4 Tubuh yang mempersepsi dan dunia yang dipersepsi tidak dapat dipisahkan satu sama lain.4 Pertukaran timbal balik ini berarti bahwa tubuh membentuk bagaimana dunia muncul, dan dunia meminta tindakan dan persepsi tubuh.13 Fenomena yang dipersepsi bukanlah objek yang tidak berubah, melainkan "korelasi dari tubuh manusia dan fungsi sensorimotoriknya".4 Tubuh memiliki "pegangan" (prise) pada benda-benda, yang merupakan fungsi dari "ko-naturalitas manusia dengan benda-benda dunia".4
Merleau-Ponty secara kritis terlibat dengan dan menawarkan "cara ketiga" yang menghindari asumsi bermasalah dari filosofi persepsi "empirisis" dan "intelektualis".6 Ia menolak pandangan empirisis bahwa persepsi hanyalah kumpulan "kesan" atau "data indera" dasar yang kemudian diterima dan ditafsirkan secara pasif.6 Ia berpendapat bahwa "sensasi" adalah gagasan yang membingungkan dan bahwa analisis tradisional yang menerimanya "melewatkan fenomena persepsi".3 Ia juga menolak pandangan intelektualis bahwa persepsi terutama merupakan konstruksi mental atau hasil interpretasi sadar.6 Bagi Merleau-Ponty, persepsi adalah "fenomena yang kompleks atau holistik" 6, yang secara inheren terstruktur dan bermakna sejak awal, bukan kumpulan kesan sensorik yang terisolasi yang harus ditafsirkan oleh pikiran.8
Merleau-Ponty memperkenalkan konsep "bidang perseptual" 8, mengkontraskannya dengan pandangan pra-Merleau-Ponty tentang persepsi sebagai "titik-titik".9 Dalam bidang perseptual, hal-hal disajikan dengan cara yang "paling primitif dan lengkap".9 Bidang ini menekankan bahwa persepsi adalah "komposit daripada monolitik" 9, mencakup tidak hanya apa yang kita fokuskan tetapi semua situasi yang dapat dipersepsi.9 Objek persepsi "secara imanen terikat pada latar belakangnya---pada hubungan makna di antara objek-objek di dalam dunia".4 Ini selaras dengan prinsip-prinsip Gestalt, di mana keseluruhan mendahului dan membuat bagian-bagian dapat dipahami.6 Persepsi adalah "persepsi ambigu yang didasarkan pada keterlibatan primordial tubuh dan pemahaman tentang dunia dan makna yang membentuk Gestalt perseptual lanskap".4
Penegasan Merleau-Ponty bahwa "dunia dan rasa diri adalah fenomena yang muncul dalam 'menjadi' yang berkelanjutan" 4 dan bahwa persepsi "tak habis-habisnya" 4 menyiratkan bahwa realitas bukanlah entitas statis yang sudah ada sebelumnya yang hanya dicerminkan oleh persepsi kita. Sebaliknya, realitas dikonstitusi dan diungkapkan melalui keterlibatan perseptual kita yang terwujud. "Parsialitas esensial dari pandangan terhadap hal-hal" 4 tidak mengurangi realitas, melainkan "menetapkannya," menunjukkan bahwa persepsi kita yang terbatas dan terikat perspektif justru adalah bagaimana realitas menjadi nyata. Ini memindahkan persepsi dari fungsi pencerminan pasif ke proses aktif dan generatif, di mana dunia terus-menerus "diuraikan" oleh tubuh.4 Hal ini memiliki implikasi ontologis yang mendalam, menunjukkan realitas yang dinamis dan cair.
Kritik terhadap pandangan empirisis dan intelektualis, ditambah dengan penekanan pada pemahaman "pra-kognitif" 6 dan "pra-predikatif" 4, menunjukkan adanya "kecerdasan" tubuh yang beroperasi sebelum dan berbeda dari pemikiran sadar dan proposisional. "Pegangan" tubuh 4 terhadap dunia, "ko-naturalitasnya" 4, dan kemampuannya untuk secara langsung mempersepsi hal-hal tanpa perlu "berpikir" 9 menunjukkan bentuk pemahaman praktis, sensori-motorik. "Kecerdasan besar" tubuh ini 15 bukan hanya biologis tetapi merupakan kapasitas adaptif yang canggih yang membentuk pengalaman fundamental kita. Ini memberikan dasar filosofis untuk perkembangan selanjutnya dalam kognisi terwujud dan enaktivisme, yang mengeksplorasi bagaimana kecerdasan tidak hanya terikat pada otak tetapi terdistribusi di seluruh tubuh dan interaksinya dengan lingkungan.8
V. Konsep Kunci dalam Fenomenologi Tubuh Merleau-Ponty
Intensionalitas Motorik
Merleau-Ponty memperkenalkan "intensionalitas motorik" sebagai konsep krusial, menggambarkannya sebagai "kesadaran tubuh akan sesuatu, arah atau orientasi subjek yang bergerak terhadap sesuatu".17 Berbeda dengan intensionalitas tradisional, yang seringkali dipandang sebagai tindakan mental, intensionalitas motorik adalah "hubungan intensional dengan objek yang secara esensial bersifat kognitif atau dapat berfungsi sebagai masukan untuk proses kognitif" tetapi secara tak tereduksi melibatkan kesiapan atau persiapan tubuh untuk menghadapi objek.24
Konsep ini menjelaskan tindakan terampil sehari-hari dan "praktik kebiasaan" yang kita lakukan tanpa pertimbangan atau perhitungan sadar.17 Contohnya termasuk berjalan melalui pintu tanpa mengukur lebarnya 17, seorang wanita menjaga jarak dengan bulu di topinya 17, atau mengetahui cara mengetik tanpa mengetahui lokasi persis setiap huruf.17 Ini adalah keterampilan yang dipelajari yang menjadi "terbiasa dalam tubuh kita".20 Intensionalitas motorik beroperasi di antara "tindakan reflektif" (gerakan yang disebabkan oleh niat sebelumnya) dan "reaksi refleksif" (perilaku tubuh belaka).17 Ini adalah "proyek motorik" atau "antisipasi atau pemahaman hasil yang dijamin oleh tubuh itu sendiri sebagai kekuatan motorik".20
Kasus sindrom anggota badan hantu secara jelas mengilustrasikan intensionalitas motorik.13 Seorang amputee mungkin mengalami nyeri atau dorongan untuk menggunakan anggota badan yang secara fisik tidak lagi ada.22 Ini karena "intensionalitas motorik spesifik pada anggota badan" tubuh tetap ada, menjaga orang tersebut "terbuka terhadap semua tindakan yang hanya mampu dilakukan oleh lengan dan tetap berada dalam bidang praktis yang dimiliki sebelum mutilasi".20 Tubuh terus merespons objek yang mengundang penggunaan anggota badan tersebut, meskipun pikiran sadar tahu bahwa anggota badan itu telah tiada.20
Skema Tubuh (Schma Corporel)
Merleau-Ponty mengadopsi dan mengembangkan gagasan neurologis "skema tubuh" (schma corporel) dari Henry Head dan Gordon Holmes.22 Ia mendefinisikannya sebagai "diagram praktis hubungan kita dengan dunia, norma berbasis tindakan yang menjadi acuan bagi hal-hal untuk memiliki makna".22 Skema ini beroperasi di bawah tingkat kesadaran sadar tetapi terbuka untuk modifikasi bertahap.22
Penting untuk membedakan skema tubuh dari "citra tubuh".22 Citra tubuh mengacu secara spesifik pada penampilan visual---dan sensorik lainnya---dari tubuh seseorang, yang tersedia untuk pemeriksaan sadar.22 Sebaliknya, skema tubuh mengacu pada "rasa yang lebih persisten dan abadi tentang kemampuan tubuh untuk bertindak dalam situasi tertentu, dan sarana di mana kebiasaan tertentu dapat diperoleh".22 Skema tubuh membentuk dasar bagi pola perilaku kebiasaan kita, mulai dari aktivitas yang sangat terampil seperti menari hingga perilaku sehari-hari.22 Ini memfasilitasi "pegangan perseptual" kita pada dunia dengan memproyeksikan "antisipasi motorik-kognitif".22 Sebuah alat, seperti tongkat orang buta, dapat diintegrasikan ke dalam skema tubuh, menjadi "transparan" dan memperluas potensi perseptual dan motorik.25 Sindrom anggota badan hantu juga menyoroti skema tubuh: citra tubuh yang sadar berkonflik dengan skema tubuh yang mendasari dan masih utuh, yang cukup kuat untuk mengesampingkan kontradiksi visual yang jelas.22 Ini menunjukkan peran fundamental skema dalam keterlibatan praktis kita dengan dunia.
Daging (La Chair du Monde)
Dalam karyanya yang belum selesai, Yang Terlihat dan Yang Tak Terlihat, Merleau-Ponty memperkenalkan konsep ontologis yang mendalam tentang "daging" (la chair du monde).4 Konsep ini mewakili "medium ontologis fundamental yang mendasari semua keberadaan, mencakup aspek subjektif dan objektif dari realitas".11
Daging menggambarkan "keterikatan mendalam antara subjek-tubuh dan dunia" 8, mengusulkan "pemahaman relasional tentang realitas" yang menantang dualisme subjek-objek tradisional.11 Ini menandakan bahwa tubuh manusia dan dunia bukanlah entitas terpisah yang berinteraksi, melainkan saling mengkonstitusi, membentuk satu kesatuan keberadaan yang dapat dibalik.8 Konsep ini memperkaya pemahaman tentang bagaimana subjek dan objek tidak dapat dipisahkan secara tajam, melainkan saling menembus dan membentuk satu sama lain dalam suatu tatanan keberadaan yang fundamental.
VI. Implikasi yang Lebih Luas dan Relevansi Kontemporer
Karya Merleau-Ponty menjembatani kesenjangan antara filsafat kontinental dan bidang-bidang ilmu kognitif dan psikologi yang sedang berkembang.8 Teori-teorinya mengantisipasi kognisi terwujud, memengaruhi pendekatan enaktif dan ekologis terhadap kognisi dan persepsi.8 Penelitian di bidang neuron cermin, integrasi sensorimotor, dan pemrosesan prediktif sangat selaras dengan penekanan Merleau-Ponty pada dasar tubuh dari kognisi dan sifat aktif serta terlibat dari persepsi.8 Ia menantang model komputasi pikiran tradisional dan menekankan pentingnya perwujudan dan situasi untuk pengembangan kecerdasan dan kesadaran sejati.8
Wawasan Merleau-Ponty tentang sifat pengalaman terwujud dan intersubjektivitas telah memengaruhi berbagai pendekatan dalam psikologi dan psikoterapi.8 Karyanya sangat berpengaruh dalam psikologi fenomenologis, terapi Gestalt, dan psikoterapi berorientasi tubuh.8
Penekanannya pada tubuh yang dihayati memberikan wawasan tentang dimensi sosial persepsi, komunikasi, dan identitas.5 Hal ini mengganggu pendekatan dualistik dalam sosiologi (budaya/alam, pikiran/materi).5 Tubuh dipandang sebagai biologis, sosial, dan budaya, serta menjadi lokus dinamika kekuasaan.5 Pemikirannya memengaruhi teori feminis dan teori ras kritis, yang menyoroti bagaimana tubuh diukir dengan makna sosial, baik dalam hal gender, ras, kelas, atau kemampuan.5 Relevansinya meluas ke studi tentang citra tubuh, disabilitas, kesehatan, interaksi sosial, emosi, dan teknologi (realitas virtual dan augmented reality, perwujudan virtual).5
Karya Merleau-Ponty terus menjadi area penelitian dan eksplorasi yang kaya.11 Perdebatan ada mengenai kontinuitas karyanya (misalnya, Fenomenologi Persepsi vs. Yang Terlihat dan Yang Tak Terlihat).3 Ia dipandang sebagai bapak pendiri enaktivisme dan kognisi terwujud, menolak dualisme substansi dan fisikalism klasik.12 Konsep "daging"nya menawarkan pemahaman yang bernuansa tentang realitas di luar metafisika tradisional.11
VII. Kesimpulan
Kontribusi inti Maurice Merleau-Ponty terhadap filsafat terletak pada pergeseran mendalam dari pemahaman tentang pikiran yang terlepas dari tubuh ke pengakuan akan tubuh yang dihayati sebagai fondasi dari semua pengalaman, pengetahuan, dan makna. Ia secara radikal menantang dikotomi pikiran-tubuh Cartesian, yang telah mendominasi pemikiran Barat, dengan menunjukkan bahwa tubuh bukanlah sekadar objek fisik atau wahana pasif bagi kesadaran. Sebaliknya, tubuh adalah "subjek-tubuh" yang aktif, sebuah "kondisi permanen pengalaman" yang secara inheren terlibat dalam dialog berkelanjutan dengan dunia.
Bagi Merleau-Ponty, tubuh bukanlah sekadar instrumen, melainkan kondisi kemungkinan bagi keberadaan kita di dunia. Konsep "prioritas persepsi"nya menegaskan bahwa pengetahuan kita yang paling mendasar adalah pra-kognitif dan pra-predikatif, muncul dari keterlibatan tubuh kita yang cerdas dan terampil dengan lingkungan. Gagasan seperti intensionalitas motorik dan skema tubuh menjelaskan bagaimana tubuh secara non-sadar mengorientasikan diri dan membentuk kebiasaan yang memungkinkan kita untuk bertindak secara efektif dan memahami dunia. Pada akhirnya, konsep "daging"nya dalam karya-karya selanjutnya menawarkan ontologi yang lebih mendalam, yang menggambarkan keterikatan timbal balik antara subjek dan objek, yang melampaui pemisahan tradisional.
Signifikansi abadi dari pemikiran Merleau-Ponty terletak pada kemampuannya untuk menawarkan alternatif yang kuat terhadap pemikiran dualistik dan penjelasan reduksionis tentang keberadaan manusia. Karyanya terus memengaruhi berbagai disiplin ilmu, dari ilmu kognitif dan psikologi hingga sosiologi dan teori sosial, memberikan kerangka kerja yang kaya untuk memahami pengalaman terwujud, intersubjektivitas, dan sifat makna itu sendiri. Dengan menegaskan kembali sentralitas tubuh yang dihayati, Merleau-Ponty telah membuka jalan bagi pemahaman yang lebih holistik dan bernuansa tentang apa artinya menjadi manusia di dunia.
Karya yang dikutip
Maurice Merleau-Ponty (1908---1961) - Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juni 5, 2025, https://iep.utm.edu/merleau/
Revisiting the Phenomenology of Merleau-Ponty in the Context of Contemporary Cognitive Science - RIT Digital Institutional Repository, diakses Juni 5, 2025, https://repository.rit.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=12845&context=theses
Phenomenology of Perception - Wikipedia, diakses Juni 5, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Phenomenology_of_Perception
Maurice Merleau-Ponty - Wikipedia, diakses Juni 5, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Maurice_Merleau-Ponty
The Work of Maurice Merleau-Ponty - Easy Sociology, diakses Juni 5, 2025, https://easysociology.com/sociology-theorists/the-work-of-maurice-merleau-ponty/
Summary, diakses Juni 5, 2025, https://filosofia.flu.cas.cz/upload/__files/Capek_MP_summary.pdf
The Phenomenology of Perception by Maurice Merleau-Ponty | EBSCO Research Starters, diakses Juni 5, 2025, https://www.ebsco.com/research-starters/literature-and-writing/phenomenology-perception-maurice-merleau-ponty
Maurice Merleau-Ponty: Embodied Perception and Existential Phenomenology - - Taproot Therapy Collective, diakses Juni 5, 2025, https://gettherapybirmingham.com/maurice-merleau-ponty-embodied-perception-and-existential-phenomenology/
Body and Perception -- A Study of Merleau-Ponty's Theory of the Body - ResearchGate, diakses Juni 5, 2025, https://www.researchgate.net/publication/387717743_Body_and_Perception_--_A_Study_of_Merleau-Ponty's_Theory_of_the_Body
Full article: Merleau-Ponty's phenomenal body and the study of religion, diakses Juni 5, 2025, https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/0048721X.2024.2420513?af=R
Merleau-Ponty's Metaphysics: A Deeper Dive - Number Analytics, diakses Juni 5, 2025, https://www.numberanalytics.com/blog/merleau-ponty-metaphysics-deep-dive
The Relationship Between Phenomenology and the Philosophy of Mind / What is the position of Phenomenology if it transcends the 'mind-body problem' created between substance dualism and physicalism? What ontological theory of mind does it defend? : r/askphilosophy - Reddit, diakses Juni 5, 2025, https://www.reddit.com/r/askphilosophy/comments/17wucas/the_relationship_between_phenomenology_and_the/
Merleau-Ponty Corps: Philosophy & Embodiment | StudySmarter, diakses Juni 5, 2025, https://www.studysmarter.co.uk/explanations/french/french-literature/merleau-ponty-corps/
Merleau-Ponty: A Phenomenological Philosophy of Mind and Body - PhilArchive, diakses Juni 5, 2025, https://philarchive.org/archive/HEIMAP-3
a phenomenological psychological perspective: The body: 3.1 Lived experience | OpenLearn - Open University, diakses Juni 5, 2025, https://www.open.edu/openlearn/society-politics-law/sociology/the-body-phenomenological-psychological-perspective/content-section-3.1
The body: A phenomenological psychological perspective - The Open University, diakses Juni 5, 2025, https://www.open.edu/openlearn/society-politics-law/sociology/the-body-phenomenological-psychological-perspective/content-section-2.1/?printable=1
Maurice Merleau-Ponty's concept of motor intentionality: Unifying two kinds of bodily agency - PhilArchive, diakses Juni 5, 2025, https://philarchive.org/archive/JACMMC/1000
Embodied Cognition | Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses Juni 5, 2025, https://iep.utm.edu/embodied-cognition/
en.wikipedia.org, diakses Juni 5, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Maurice_Merleau-Ponty#:~:text=Taking%20the%20study%20of%20perception,perceptual%20openness%20to%20the%20world.
Merleau-Ponty and the body? : r/askphilosophy - Reddit, diakses Juni 5, 2025, https://www.reddit.com/r/askphilosophy/comments/675c2c/merleauponty_and_the_body/
philpapers.org, diakses Juni 5, 2025, https://philpapers.org/archive/POLMAE-3.pdf
Merleau-Ponty's 'Body Schema' - bodyoftheory, diakses Juni 5, 2025, https://bodyoftheory.com/2021/02/08/merleau-pontys-body-schema/
plato.stanford.edu, diakses Juni 5, 2025, https://plato.stanford.edu/entries/merleau-ponty/#:~:text=In%20Phenomenology%2C%20Merleau%2DPonty%20develops,assumption%20common%20to%20both%2C%20namely%2C
MERLEAU-PONTY ON THE BODY Sean Dorrance Kelly, diakses Juni 5, 2025, https://scholar.harvard.edu/files/sdkelly/files/8_sk_merleau-ponty_on_the_body.pdf
The Concept of 'Body Schema' in Merleau-Ponty's Account of Embodied Subjectivity, diakses Juni 5, 2025, https://www.researchgate.net/publication/323318057_The_Concept_of_'Body_Schema'_in_Merleau-Ponty's_Account_of_Embodied_Subjectivity
Kirsten Jacobson, John Russon (Eds.): Perception and its Development in Merleau-Ponty's Phenomenology, diakses Juni 5, 2025, https://reviews.ophen.org/2018/01/30/perception-and-its-development-in-merleau-pontys-phenomenology/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI