Mohon tunggu...
Rahmawati Atjo
Rahmawati Atjo Mohon Tunggu... Lainnya - Menulislah, Karena Kau Bukan Anak Raja

Komunitas Aktif Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbeda Orientasi Salahkan Beropini

21 Februari 2021   05:27 Diperbarui: 21 Februari 2021   05:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengalaman adalah guru yang baik

Apapun yang terjadi pada si Fulan,  tentu bisa menjadi pelajaran. Bahwa isi kepala setiap orang berbeda dan itu adalah rahmat Allah atas perbedaan yang ada. Namun ejekan atas  pandangan Fulan tentu tak perlu terjadi. Yang perlu ditonjolkan adalah bahwa berbeda adalah rahmat. Terkait dengan apa isi kepala masing-masing tentu tidak perlu saling merendahkan.

Dalam Surah Al-Hujurat ayat 11 telah ditegaskan, Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). 

Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Apalagi Fulan hanya sekedar menyampaikan harapannya terkait menyuarakan penduduk yang kondisinya terdzolimi, dan tidak mengkritisi masalah besarnya perjuangan atas  hewan yang itu mendapat pujian luar biasa. Belum lagi soal khilafah.

Apa yang salah jika seseorang membawa misi khilafah dalam kehidupannya, terlebih khilafah adalah ajaran agama yang dianut Fulan. Bukankah di era demokrasi saat ini, kebebasan beragama dan berpendapat dilindungi?

Namun ternyata tidak, demokrasi tidak sama sekali menjamin kebebasan individu.  Ia hanya menjadi tameng untuk melindungi berbagai kepentingan. Bila itu menguntungkan maka senantiasa akan dikedepankan, bila merugikan demokrasi takkan disebut-sebut. Apalagi berbicara Islam, kaum muslimin, khilafah. Ide-ide yang senantiasa menjadi fokus untuk menjadi bahan bulian bagi orang-orang yang tidak menyukainya.

Apapun itu,  tampaknya Fulan telah menyadari, bahwa apa  yang ia suarakan tentu tidak bisa diterima oleh semua orang. Walau benar, ketika itu bertentangan dengan demokrasi, maka tak ada tempat baginya. Apakah Fulan akan menghentikan langkahnya?

Jelas tidak, ia hanya sesaat merenung untuk mengatur strategi dalam menyuarakan apa yang akan menjadi kebaikan bagi saudara-saudara muslimnya.
Renungan, 21 Februari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun