Mohon tunggu...
Rahma Fatima
Rahma Fatima Mohon Tunggu... Long life learner

The best way to take care of the future is to take care of the present moment

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita di Balik Teh di Dapur Saya

15 Oktober 2025   22:50 Diperbarui: 16 Oktober 2025   09:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga merek teh yang ada di dapur saya (sumber: dokpri)

Teh adalah minuman yang akrab dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Sepertinya, hampir di setiap rumah selalu tersimpan teh yang siap diseduh, termasuk di rumah saya.

Teh menjadi minuman yang menemani saat mengobrol ringan dengan keluarga, juga menjadi minuman yang disajikan untuk menjamu tamu. Bahkan, minum teh serasa jadi pertolongan pertama ketika sedang merasa tidak enak badan.

Kebetulan, saat ini saya punya tiga merek teh yang berbeda, yaitu teh Cap Botol, teh Walini, dan teh Gaharu. Teh yang diproduksi di tiga tempat berbeda tersebut punya cita rasa dan cerita tersendiri.

Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam menikmati dan menyuguhkan teh, yang mencerminkan kebiasaan serta nilai budaya. Sebagai anak dari ayah yang orang Jawa dan ibu yang orang Sunda, saya memperhatikan ada perbedaan dari orang Jawa dan Sunda dalam kebiasaan meminum teh dan menyuguhkan teh untuk tamu.

Secara tradisional, orang Sunda lebih menyukai teh tawar. Misalnya, mereka makan ulen (ketan uli) atau rengginang dengan ditemani teh tawar panas. Di banyak restoran Sunda, teh tawar panas biasanya diberikan gratis. Setelah makan nasi, lauk pauk, dan sambal plus lalapan, memang paling nikmat kalau ditutup dengan minum teh tawar (asal jangan terlalu panas).

Gratisnya teh tawar panas di banyak restoran Sunda mungkin ada hubungannya dengan kebiasaan orang Sunda yang sungkan jika tidak memberikan minuman teh pada tamunya.

Jika ada tamu yang datang, pada umumnya orang Sunda menyuguhkan teh. Dulu, tidak enak rasanya jika tidak menyuguhkan teh pada tamu. Teh yang disuguhkan bisa berupa teh tawar atau manis. Tapi, dahulu kebanyakan teh yang disuguhkan pada tamu adalah teh tawar.

Selain sebagai tanda 'someah ka semah' (ramah pada tamu), menyuguhkan teh adalah bagian dari tradisi. Di Jawa Barat banyak terdapat perkebunan teh, sehingga teh mudah didapat dan jadi minuman sehari-hari. Oleh karena itu, tuan rumah akan lebih memilih menyuguhkan teh daripada hanya air putih.

Saya ingat, dulu di rumah kakek nenek saya, ada dua tempat untuk menyimpan air minum. Kendi dari tanah liat untuk menyimpan air putih dan teko plastik untuk menyimpan air teh tawar. Tapi tetap, kalau untuk tamu harus teh panas yang diseduh baru.

Teh yang digunakan adalah teh tubruk. Dulu kakek nenek saya suka dengan teh tubruk buatan lokal yang bernama teh 'cap termos', teh tubruk dengan kemasan yang sederhana. Tapi keberadaannya sekarang sudah sangat jarang.

Sebelum era teh celup beredar luas, teh tubruk memang pilihan untuk membuat teh. Buat saya, itu cukup ribet karena akan ada serpihan daun atau tangkai teh yang nyangkut di mulut. Rasanya tidak bisa minum teh dengan mulus dan lancar. Jadi, kalau mau minum teh, teh harus disaring terlebih dulu.

Kembali lagi tentang menyuguhkan teh pada tamu, saya dan adik saya sering disuruh ibu untuk membuat dan membawakan teh panas bagi tamu yang datang ke rumah kami.

Saya pernah punya pengalaman ketika masih SD. Waktu itu saya disuruh untuk menyuguhkan teh oleh ibu saya. Ketika berjalan ke ruang tamu dengan membawa dua cangkir teh panas di baki, teh nya tumpah dan membuat kedua tangan saya melepuh.

Walaupun begitu, di lain waktu saya tetap disuruh untuk membawakan teh panas untuk tamu, tentunya saya membawanya dengan lebih hati-hati. Ketika itu, rasanya menyuguhkan teh panas adalah wajib.

Dulu, teh juga merupakan minuman yang disuguhkan pada tamu ketika ada hajatan. Minuman yang disajikan untuk tamu adalah teh tawar panas yang disajikan dalam gelas bening. Di atas gelas, biasanya disimpan buah pisang. Menyuguhkan air teh pada tamu undangan lebih afdol daripada menyuguhkan air putih.

Seiring berjalannya waktu, menyeduh teh jadi lebih mudah karena hadirnya teh celup. Iklannya di televisi pun sangat masif dan menawarkan kepraktisan untuk tidak perlu menyaring teh lagi. Selain itu, air teh celup juga terlihat lebih bersih penampilannya.

Kemudian, datanglah era air mineral gelas yang lebih praktis lagi untuk dihidangkan pada para tamu. Cukup masukkan air mineral gelas pada cup holder yang disimpan di ruang tamu. Tamu tinggal ambil sendiri jika butuh minum. Jika ingin menyuguhkan teh pun tinggal menyimpan teh kemasan kotak atau teh botol di meja.

Air mineral dan teh kemasan ini mengubah kebiasaan masyarakat dalam menyuguhkan minuman pada tamu. Walaupun begitu, hingga kini menyuguhkan teh panas pada tamu tetap dilakukan oleh sebagian masyarakat karena terasa lebih memberi kesan hangat dan hormat pada tamu.

Jika di Priangan, teh bisa diminum tawar maupun manis, lain halnya di daerah Jawa. Di Tegal, daerah asal ayah saya berasal, membuat teh untuk diri sendiri maupun menyuguhkan teh pada tamu wajib manis.

Dalam satu gelas besar teh, gula yang diberikan bisa bersendok-sendok. Kadang saya mendapati gulanya masih mengendap banyak di dasar gelas karena tidak larut semua.

Saya pikir, mungkin karena di Tegal terdapat banyak perkebunan tebu dan ada pabrik gula. Persediaan gula banyak dan mudah didapat, sehingga masyarakatnya pun sangat menyukai minuman manis.

Tetapi, ternyata itu bukan alasan utamanya. Katanya, orang Jawa menganggap kalau menyuguhkan teh tawar pada tamu itu kesannya pelit. Pantas saja saya suka mendapati endapan gula pada teh yang disuguhkan.

Saya ingat, jika dulu kami mudik ke Tegal, pulangnya suka diberi oleh-oleh khas Tegal oleh Mbah, yaitu jenang, emping, teh, dan gula batu.

Saya pun baru sadar, kenapa banyak teh yang beredar di pasaran diproduksi di Tegal ya, padahal kan di Tegal tidak ada kebun teh. Kalau saya ke minimarket maupun supermarket di Bandung, merek teh lebih didominasi oleh produksi Tegal, seperti teh Tongtji, teh Poci, teh Cap Botol, teh 2 Tang, dan teh produksi Jawa Tengah lainnya.

Dari pengamatan saya pada rak bagian teh, teh yang sering wara-wiri iklan di televisi pun jumlahnya masih kalah daripada teh produksi Tegal yang bermacam-macam.

Deretan teh di rak swalayan (sumber: dokpri)
Deretan teh di rak swalayan (sumber: dokpri)
Teh produksi Bandung, seperti teh Walini, malah jarang didapat. Padahal Jawa Barat adalah sentra perkebunan teh. Setelah saya baca-baca, Tegal pun punya perkebunan teh di Kecamatan Bojong dan Bumijawa, tapi perkebunannya tidak terlalu luas dan produksinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Oleh karena itu, teh yang diolah di pabrik-pabrik di Tegal banyaknya didatangkan dari Jawa Barat.

Tegal membuktikan, bahwa walaupun daerah ini bukan sentra perkebunan teh, tetapi bisa menjadi sentra pabrik teh di Indonesia. Bahkan, ibu kota Kabupaten Tegal, yaitu Slawi, dijuluki sebagai 'Kota Teh Wangi Dunia'.

Saya akui, teh buatan Tegal memang terasa lebih enak, apalagi yang ada campuran bunga melatinya. Kalau diberi rasa melati, teh nya jadi wangi dan tambah memperkuat rasanya. Untuk persediaan teh di rumah, saya biasanya membeli teh Cap Botol atau teh Poci.

Teh Walini sejujurnya jarang sekali saya beli. Tetapi, saya tertarik ketika melihat teh Walini yang mix lima rasa dalam satu kartonnya. Selain rasa teh original, ada juga rasa melati, lemon, blackcurrant, dan leci. Setelah dicicip, menurut saya, rasa buah-buahan yang diberikan malah jadi merusak rasa asli teh.

Saya sendiri lebih suka minum teh tawar karena jadi bisa merasakan rasa asli dari teh nya, baik panas maupun dingin. Ayah saya yang sudah tinggal puluhan tahun di Bandung pun lebih menyukai teh tawar. Mungkin inilah yang namanya kebiasaan di suatu daerah dapat berpengaruh pada kebiasaan pribadi.

Selain dari daun teh (Camellia sinensis), teh juga bisa dibuat dari bahan lainnya, contohnya dari daun gaharu.

Waktu saya berkunjung ke rumah kakak ipar saya di Samarinda, kakak ipar menyediakan teh gaharu. Saya mencobanya dan rasanya lain dari teh biasanya.

Teh gaharu terbuat dari daun pohon gaharu yang dikeringkan dan dicampur dengan kayu manis. Rasanya seperti jamu, tetapi tidak terlalu pahit.

Pernah saya coba campur teh gaharu ini dengan susu dan rasanya jadi bertambah enak, jadi seperti rasa teh karak (rempah-rempah) dari Arab. Walaupun begitu, saya lebih suka meminumnya tanpa gula maupun susu.

Teh dari daun pohon gaharu ini memiliki banyak manfaat. Selain efek antioksidan seperti teh pada umumnya, dalam kemasannya ditulis jika teh ini juga bermanfaat untuk mengurangi gejala diabetes, kolesterol, sembelit, menjaga kesehatan kulit, dan pengelolaan berat badan.

Setelah mencicipi teh gaharu di rumah kakak ipar, saya pun tertarik untuk membelinya. Teh gaharu diproduksi di daerah Sekatup, Bontang, Kalimantan Timur.

Teh ini adalah hasil kreasi yang bermanfaat. Kalimantan Timur tidak punya perkebunan teh seperti di Jawa Barat maupun pabrik teh seperti di Jawa Tengah. Tapi mereka bisa memproduksi teh dari daun pohon gaharu yang sekarang menjadi ciri khas daerah dan sering dijadikan oleh-oleh.

***
Itulah cerita di balik tiga macam teh yang saya miliki di dapur rumah saya. Setiap orang maupun keluarga punya favoritnya sendiri-sendiri. Syukurlah Indonesia kaya akan berbagai macam merek teh lokal, mulai dari teh tubruk tradisional sampai teh celup, juga teh yang terbuat dari daun teh maupun teh herbal dari tumbuhan lainnya. Ragam pilihan itu menunjukkan bahwa teh sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun