Saya tidak bisa membayangkannya. Tapi, mungkin adik iparnya itu enjoy karena pekerjaannya menyenangkan, main game dan dapat uang. Kerja di rumah lagi alias WFH.
Saya jadi tergelitik untuk bertanya, apakah hadiah yang didapat bisa banyak? Mama Enzo bilang, pendapatan adik iparnya tersebut fluktuatif.
Kalau lagi seret, bisa dapat 1 juta per minggu. Tapi kalau lagi banyak menang, bisa dua kali lipatnya. Artinya, adik iparnya itu bisa mengantongi 4 juta sampai 8 juta per bulannya.
Mama Enzo juga bercerita, jika adik iparnya hanya sekolah sampai SMP, berhubung saat itu ibu mertuanya yang merupakan single parent tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkannya.
Untunglah kemampuan bermain game adik iparnya itu tidak hanya dipakai untuk hiburan semata, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk bertanding dan dapat menghasilkan uang.
Saya lalu bertanya, bagaimana adik iparnya itu bisa sampai ke tahap bertanding dengan gamers luar negeri. Mama Enzo bilang, adiknya harus membeli dulu akun dan membayar 5 juta.
Saya tidak mengerti kenapa harus membeli akun, Mama Enzo juga tidak menjelaskan lebih lanjut karena tidak mengetahui terlalu dalam.
Hari semakin sore dan kami pun berpisah. Setelah saya sampai di rumah, saya kemudian menceritakannya pada putra sulung saya yang remaja.
Reaksi pertama putra saya adalah: "Aku juga pernah berencana jadi gamer online. Tapi kan gak dibolehin," ujarnya.
Saya pun tertawa mendengarnya. Saya jadi teringat kalau putra saya memang pernah bilang seperti itu, tapi saya menganggapnya tidak masuk akal.
Saya kemudian bertanya, kenapa gamers harus beli akun dulu untuk bertanding?