Mohon tunggu...
Rahel Maretha
Rahel Maretha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication

positive vibes✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perjalanan Surat Kabar di Indonesia: Konvensional hingga Digital

4 Oktober 2021   04:53 Diperbarui: 4 Oktober 2021   05:05 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media cetak. Sumber: mengeja.id

Para jurnalis atau perusahaan-perusahaan media kala itu wajib pro kepada pemerintah dan memproduksi berita-berita positif tentang pemerintah. Hal ini dilakukan media demi bertahan hidup.

Menghirup Napas Kebebasan Pers dan Surat Kabar Online

Kebebasan yang benar-benar terasa, baru terjadi di era Reformasi dengan dihapusnya aturan SIUPP dan Departemen Penerangan yang menekan pers di era sebelumnya.

Seperti memulai hidup baru, banyak perusahaan media yang baru lahir, seperti televisi, radio, dan media cetak lainnya. Kegiatan memproduksi produk jurnalistik mulai dirasakan kebebasannya dan tanpa tekanan. Bukti kebebasan pers lainnya adalah dengan terbitnya UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Kegiatan jurnalistik di Indonesia semakin diwarnai dengan hadirnya teknologi internet pada tahun 1990-an. Banyak perusahaan media yang kemudian melahirkan produksi konten melalui media online. Teknologi digital ini menjadi suatu inovasi baru dalam dunia jurnalistik.

Ilustrasi media online. Sumber:  sobatsekolah.com
Ilustrasi media online. Sumber:  sobatsekolah.com

Teknologi digital membuat suatu revolusi produksi informasi ke dalam bentuk digital. Inovasi ini memudahkan dan memberi kebebasan pada masyarakat Indonesia dan dalam memilih, memilah, dan membaca informasi secara daring tanpa terbatas ruang dan waktu.


Semenjak kehadiran internet hingga tahun-tahun berikutnya, surat kabar di Indonesia banyak yang memiliki format digital atau electronic newspaper. Informasi atau berita online tersebut dapat diakses dengan gawai dan jaringan internet yang memadai. Berbeda dengan media cetak atau surat kabar konvensional yang memerlukan kertas dan distribusinya memakan waktu lama.

Menurut tokoh Flew (2002), perusahaan media memiliki tiga alasan untuk terjun ke media digital. Pertama, pengeluaran untuk produksi, penyimpanan, dan distribusi konten lebih sedikit. Kedua, adanya peluang distribusi informasi yang lebih fokus pada kebutuhan atau keinginan konsumen dan tidak secara massal. Ketiga, publikasi konten secara online dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas.

Perusahaan media konvensional yang publikasinya melalui TV, radio, majalah, tabloid dan koran ikut melangkah maju dengan mendirikan situs atau portal berita online-nya. Contohnya seperti republika.co.id, antaranews.com, mediaindonesia.com, pikiranrakyat.com, Kompas.com, dan lainnya.

Perusahaan-perusahaan tersebut awalnya berkembang ke media digital dengan membuat versi online dari produk cetaknya. Namun, tidak menutup kemungkinan juga bagi media yang lahir secara langsung memproduksi beritanya melalui media online, seperti antaranews.com, detik.com, VIVA.co.id, dan lainnya.

Dari Harian Kompas Menjadi Kompas.com dan Kompas.id 

Kompas merupakan media berita yang besar di Indonesia dan menjadi salah satu cerminan perkembangan jurnalisme di Indonesia. Revolusi dan inovasinya yang bergerak dari media cetak dan berkembang menjadi media online menjadi bukti pemanfaatan teknologi dalam dunia jurnalistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun