Mohon tunggu...
Rahel Maretha
Rahel Maretha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication

positive vibes✨

Selanjutnya

Tutup

Film

Lima Film Karya Ernest Prakasa: Lucu tapi Menyentuh

27 September 2021   15:14 Diperbarui: 27 September 2021   15:25 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Franois Truffaut. Sumber: newyorker.com

Franois Truffaut. Sumber: newyorker.com
Franois Truffaut. Sumber: newyorker.com

Istilah Auteur ini pertama kali digagas oleh tokoh Franois Truffaut. Ia memaparkan mengenai auteur, bahwa seorang sutradara tidak hanya sekedar membuat film yang bagus hasil tulisan dan produksinya, namun juga memiliki keunikan dan personality (Stam, 2000, h. 83-91).

Selain Truffaut, ada juga tokoh bernama Andrew Sarris yang ikut menambahkan dan melengkapi mengenai pemahaman tentang istilah auteur ini. Sarris memaparkan bahwa sebutan auteur dapat diberikan kepada sutradara ketika dirinya memenuhi tiga kategori dalam film.

Tiga kategori tersebut adalah kemampuan teknik sinematografi dari sang sutradara yang baik. Kedua, dapat menghasilkan film yang tidak hanya memiliki personality, namun juga keunikan yang menonjol. Ketiga, film yang dipandang sebagai seni dan memiliki suatu makna atau pesan yang dapat diterima penonton.

Ketiga kategori tersebut dapat tercermin dari karya film yang diproduksi oleh sang sutradara dan hal ini dapat terlihat dari konsistensi sutradara dalam membuat film, sehingga personality film dapat dengan mudah terbaca dan mencerminkan sang sutradara.

Kalau kita lihat dari kelima film karya Ernest Prakasa tadi, kira-kira Ernest bisa disebut sebagai seorang Auteur tidak, ya?

"Filmnya Ernest"

Mulai dari hal yang paling kentara dari kelima film Ernest Prakasa, bahwa dirinya sendiri ikut terlibat menjadi salah satu pemain atau aktor dalam film-filmnya tersebut. Walaupun tidak selalu menjadi aktor utama, kehadiran Ernest cukup menjadi sebuah ciri khas dalam karya filmnya.

Bahkan, dalam empat dari lima film karyanya, Ernest ikut hadir dalam poster utama film tersebut. Seperti dalam film Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017) dan Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (2018).

Konsistensi lain yang dapat kita lihat dari film karya Ernest adalah penggambaran etnis Tionghoa yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukannya dengan tujuan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia agar dapat lebih bisa menghormati masyarakat etnis Tionghoa tersebut.

Seperti pada film Ngenest (2015), Ernest menyajikan cerita tentang dirinya yang merupakan keturunan Cina mendapat diskriminasi dari orang-orang pribumi ketika masa orde baru. Dibalut dengan komedi, film adaptasi dari novel ini secara gamblang menceritakan bagaimana perlakuan yang diterima etnis Tionghoa di Indonesia (Susanto, 2017, h. 8-9).

Poster film Cek Toko Sebelah (2016). Sumber: wow.tribunnews.com
Poster film Cek Toko Sebelah (2016). Sumber: wow.tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun