Mohon tunggu...
Rahel Joanne
Rahel Joanne Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga

Look for what's there, not what you want to be there

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Nyata atau Maya, Siapa Diriku yang Sebenarnya?

13 Mei 2023   19:14 Diperbarui: 20 Mei 2023   15:15 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecanduan media sosial. (sumber: OcusFocus via kompas.com) 

While online, some people self-disclose or act out more frequently or intensely than they would in person. -John Suler

Pernahkah kalian merasa menjadi dua orang yang berbeda ketika kalian bermain di sosial media dan di dunia nyata? Mungkin di sosial media kalian merupakan sosok yang menyenangkan, aktif berkomentar, dan berani berpendapat. 

Namun di dunia nyata, kalian sebenarnya adalah orang yang pendiam, sulit bergaul dengan orang lain, atau sulit berekspresi di depan umum.  

Atau sebaliknya? Di sosial media kalian merupakan sosok yang sopan, pemalu, atau sering menyebarkan quotes tentang berbuat baik kepada sesama. Namun di dunia nyata, kalian merupakan orang yang kasar, berbicara sesuka hati, dan suka merundung orang lain. 

Kalian merasa lebih aman saat menjadi sosok di sosial media dan seolah-olah lupa akan kepribadian asli di dunia nyata. Nah, bisa jadi nih, kalian terkena yang namanya Online Disinhibition Effect. 

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata "Disinhibition" sendiri memiliki makna disinhibisi atau kelakuan yang tidak sesuai budaya dan norma-norma sosial yang berlaku karena terganggunya atau hilangnya fungsi pengendalian diri. 


Maka, dapat disimpulkan bahwa Online Disinhibition Effect merupakan ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku, pikiran, dan perasaannya di dunia maya atau online.  

Faktor penyebab sekaligus pendorongnya pun bermacam-macam. Pertama, kepercayaan diri yang kurang atau bermasalah dalam mengerekspresikan perasaannya sehingga seseorang cenderung akan lebih menutup diri pada dunia luar dan memilih titik ternyamannya dengan sering berkomunikasi melalui media sosial. 

Sumber: istockphoto.com
Sumber: istockphoto.com

Kedua, faktor ketika dunia maya memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjadi  anonym alias tidak bernama. Pernahkah kalian melihat orang lain melontarkan komentar negatif  atau kata-kata yang kurang pantas di sosial media menggunakan fake account? 

Artinya, pengguna bisa saja tidak menggunakan nama asli untuk akun media sosialnya. Kesempatan ini lah yang secara psikologis mendorong orang untuk menjadi orang lain. 

Ketiga, kurangnya perhatian atau kedudukan yang diberikan di dunia nyata. Hal ini terjadi ketika seseorang yang tak mendapatkan atensi yang ia inginkan di dunia nyata pada akhirnya mencari validasi di sosial media. 

Karena, status atau kedudukan seseorang di dunia maya juga setara antara satu pengguna dengan pengguna lainnya. Sehingga seseorang akan lebih berani menyampaikan komentar atau pendapat agar bisa dilihat. 

Lalu apakah hal tersebut merupakan hal yang buruk? Bukankah hampir semua orang memiliki  sikap seperti itu di sosial media? Jawabannya adalah tergantung sejauh mana kita mengubah sifat kita antara dunia maya dan dunia nyata. 

Selama tidak digunakan untuk melakukan hal-hal buruk  yang merugikan orang lain seperti cyberbullying, mengunggah ujaran kebencian, atau menyebarkan hoax untuk kepentingan sendiri, ODE bukanlah hal yang buruk. 

Ambil sisi positif dari hal tersebut. Misalnya, kalian malu berpendapat mengenai sistem pendidikan di sekolah kalian. 

Nah, kalian dapat menulis hal apa saja yang menurut kalian salah  dan mungkin solusi yang menurut kalian efektif untuk diterapkan. Tentunya dengan  menggunakan bahasa yang sopan dan tujuan kalian adalah murni untuk berpendapat. 

Sosial media bukan lagi menjadi sekedar alat untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Kita dapat menjadi siapa saja ketika menggunakan sosial media, sekalipun harus menjadi sosok yang berbeda. Karena dunia maya memang selalu menerima apapun sifat atau karakter yang kita  miliki. 

Namun perlu diingat jangan sampai hal tersebut merugikan orang lain atau mungkin pada  akhirnya menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita tidak boleh terlena dengan adanya dunia  palsu yang ada dalam ponsel sampai-sampai kita melupakan kehidupan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun