Mohon tunggu...
Rahayu SintaDewi
Rahayu SintaDewi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

bersenang-senabg

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Berdirinya Desa Tanjung Kukuh

20 Agustus 2023   01:20 Diperbarui: 20 Agustus 2023   01:33 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

       Agama Islam di nusantara telah menyebar sejak abad 13 M, penyebaran ini  telah sampai ke pelosok Sumatera, termasuk daerah sumatera selatan hingga Komering Ulu. Peresebaran agama islam di Desa Betung sudah terjadi sejak abad ke 16 sebelum bangsa penjajah tiba ditanah air. Pembawa agama Islam ke Desa Betung adalah Syaid Hamim 'Ukasyah Sultan Negri Pasay yang oleh masyarakat digelari Junjungan Kuasa. Bukti Sejarahnya dapat dilihat dari makam beliau yang berada di daerah Campang Tiga Ogan Komering Ulu, beliau adalah seorang perantau dari tanah Jawa. Setibanya beliau di Desa Betung beliau menikahi putri dari Betung yaitu Putri Robiah Bulan, yang bermukim di ulu Desa Betung. Kemudian keturunan beliau sampai pada abad ke-20 oleh masyarakat Desa Betung dianggap sebagai penghulu agama. Beliau membawa ajaran agama Islam tidak hanya membawa ajaran Syariat, akan tetapi beliau mengajarkan Tauhid yang tinggi yaitu tingkat hakekat makrifat atau tingkat kesempurnaan ilmu sejati, bersatunya jiwa dengan Tuhan.

            Dalam masyarakat Komering khususnya Desa Betung secara turun temurun seorang Puyang Junjungan mengelurkan Anggin-anggin (ramalan) dan Siwa-siwa (peringatan) yang berisi "Kapal Ulung Tihang Cundung Labuh di Lawok Botung, Kaunyin Anak Ompuku Haga Cakak". Artinya Kapal Hitam tiyangnya Condong berlabuh di Laut Desa Betung, seluruh anak Cucuku akan naik, kemudian anggin-anggin tersebut ditambah kalimatnya "Kapal Ulung Tihang Cundung Labuh di Lawok Botung, Kaunyin Anak Ompuku Haga Cakak, Haluanna Ti Tambang di Karahmat Tuan Tambikur Kamudina di Karahmat Tuan Junjungan". Artinya Kapal Hitam tiyangnya condong berlabuh di laut Desa Betung, seluruh anak Cucuku akan naik kapal tersebut, haluannya terikat di Makam Tuan Tambikur kemudiannya di Makam Tuan Junjungan.

            Kapal Ulung (Kapal Hitam) artinya Tanjung Kukuh itu bentuknya seperti kapal dan ilmu yang didalami Syariat, tarikat, hakikat,ma'ripat banyak dibenci orang, kata hitam pada kalimat  diatas mengambarkan warna yang kurang disenangi orang. Tihang Cuindang (Tiang Condong) labuh di laut Botung (berlabuh dilaut Betung) artinya berasal dari keturunan Desa Betung, Kaunyin anak ompuku haga cakak (semua anak cucuku akan naik kapal) artinya anak cucu poyang junjungan yang setia dan Istiqomahlah menjalankan ajaran Tasyauf yang akan menempati Desa Tanjung Kukuh. Kalimat  tersebut mengambarkan warna yang kurang disenangi orang. Tihang Cundang (Tiang Condong) labuh di laut Botung (berlabuh dilaut Betung) artinya berasal dari keturunan Desa Betung, Kaunyin anak ompuku haga cakak (semua anak cucuku akan naik kapal) artinya anak cucu poyang junjungan yang setia dan Istiqomahlah menjalankan ajaran Tasyauf yang akan menempati Desa Tanjung Kukuh.

Beberapa ratus tahun kemudian sebagai akibat yang ditimbulkan oleh kolonial Belanda maka terjadi pembauran antara budaya Barat dan pribumi sehingga terjadi penurunan kualitas keiilmuan, moral dan etika. Pada awal abad ke-20, di Desa Betung telah muncul beberapa guru agama atau Kiyai-kiyai guna mengembalikan pada ajaran Tauhid, ilmu Fian dan Tasauf yang mengandung ajaran Ilmu Syari'at, Tarikat, Hakikat dan Ma'rifat. Diantaranya adalah KH. Sulaiman gelar Radin Sultan Syach Alam., KH. Sultan Syah Alam bin H. Abdullah Dauid Al Akwani bin Abduir Ghori H. Raden Pasay adalah peindiri Desa Tanjung Kukuh. Keberadaan beliau yang terdapat di Desa Tanjung Kukuh disamping kanan Lombahan Balak (rumah besar).

Pada ayahandanya sendiri Yaitu KH. Abdullah Daud Al Akwani dan berguru pada Haji Abdurrahman Gudang Fatoni di Makkah, seorang ulama Syufi asal negara Thailand yang bermuikim di kota Makkah Al Musyarrofah. Selanjutnya beliau menetap di sana selama kurang lebih  tujuh tahun. Setelah KH. Sultan  Syah Alam kembal dari kota Makkah Al Musyarrofah lalu beliau menetap di Gunung Raya Lampung Udik, tempat mertuanya dan mengajarkan ilmunya disana. Sampai suatu saat saudara sepupu beliauiyang bernama Kiyai Tuan Kuasa yang dikemudian hari berglar Kiyai Banding Tuan Kuasa menjemput dan mengajak beliau untuk kembali ke Desa Betung guna mengajarkan Ilmu agama khususnya ilmu-ilmu Fiqih dan Tasauf.

            Beberapa tahun kemudian setelah beliau kembali ke Desa Betung muncul seorang Kiyai yang mengajar agama yang bernuansa keilmuian, hanya saja berlainan aliran dengan KH. Sultan Syah Alam. Kemudian pada awal tahun 1938 M datang seorang Kiyai dari daerah Selusui\ban Tanjung Karang Lampung yang bernama Kh. Muhammad Saleh bergelar Kiyai Agung. Beliau menganut paham Wakdatul Wujud sama dan sejalan dengan KH. Sultan Syah Alam. Mereka merasa sepaham dan  saling membutuhkan. Pada tahun yang bersamaan KH. Muhammad Saleh atau Ki Agung menganjurkan agar pindah dan mencari daerah yang cocok untuk mendalami ajaran Tasyauf. Ki Agung menunjukkan agar pindah kedaerah Tanjung Kukuh.  Menurut Ki Agung daerah Tanjung Kukuh adalah tempat yang paling cocok untuk ajaran Tasauf (Sufi) sebagaimana tujuan ajaran Tasauf adalah menjadikan diri muslim yang saleh, tidak menuruti kehendak hawa nafsu, tidak mengejar kesenangan dunia dan mencari kedamaian yang bersemboyan pada   kembali  ke  ke hidupan  sebagaimana yang diwarisi dari kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabatnya, pakaian yang sederhana, makan dan minum puyang sederhana pula.

             Beberapa waktu kemudian KH. Sultan Syah Alam mengumpulkan sahabat, serta murid-murid beliau untuk memusyawarahkan anjuran dari Ki Agung. Setelah sepakat maka diputuskanlah untuk melakukan pencarian daerah Tanjung Kukuh tersebut dengan ciri-ciri dikelilingi oleh pohon tembesu, pencarian daerah tersebut di lakukan oleh KH. Sultan Syah Alam bersama murid-muridnya yaitu Kiyai Tuan Kuasa, Kiyai Tanda Woli, Mangku Salam, H. Ali Lematang dan Panyimbang Purba Igama. Pencarian terhadap Desa Tanjung Kukuh memakan waktu berbulan-bulan dan baru ditemukan pada tanggal 5 Juli 1938  namuin secara resmi baru di tempati pada hari Sabtu tanggal 12 Juli 1938 M. bertepatan dengan  18  Djumadil  Awal  1357 H.  kemudian murid-murid beliau membuat pondok untuk KH. Sulton Syah Alam, pondok tersebut tidak beratap karena dalam keadaan kemaraui, malam harinya KH. Sulton Syah Alam bermimpi kedatangan  tiga baris serdadu berpakaian lengkap  sambil membungkuk, salah seorang diantara mereka yang merupakan pimpinan berkata "selamat datang Gusti, kami sudah lama menunggu kedatangan tuanku sekalian, tempat ini bernama Suka Bumi". Maka ditakwilkan oleh KH. Sulton Syah Alam bahwa bumi Tanjung Kukuh Suka dan menerima kedatangan rombongan KH. Suilton Syah Alam. Yang mengikuti beliaui pindah ke tanjuing kukuh mengaji, berguru kepada beliau yaitu:

  • Kiyai Tuan Kuiasa
  • H. Abdillah
  • Kiyai Ahmad Kamil
  • Maja Pahit
  • Haji Hasan
  • Jaya Sakti
  • Indro Pasai
  • Diwa Pasai
  • Ketip Husin
  • Radin Bandar
  • Kria Abbas
  • Sampurno Sangon Jaya
  • Mangku sahalam
  • Panggawo Uimar
  • H. Mazin
  • Dalom Said
  • H. Dulloh
  • Dahulu Pasai
  • Kanani
  • Sikop Pasai
  • Radin Hasim
  • Mangku Bosar
  • H. Uimar
  • Mangku Iro
  • H. Musa
  • Naga Ratu
  • H. Yunus
  • Dan lain-lain

Pada tanggal 30 Ramadhan 1358 H, tepatnya pada hari Senin 14   November   1939  M. Dipotonglah seekor kerbau untuk Ngaruat Desa (membersihkan desa) dan selanjutnya ditampilkan hiburan wayang orang, maksudnya adalah agar ajaran yang disampaikan oleh KH. Sulton Syah Alam bisa sukses seperti penyebaran Agama Islam yang disampaikan oleh para Wali Songo di tanah Jawa. Setelah menetap di Tanjung Kukuh, kemudian belajar Kitab secara rutin siang dan malam, kemudian didirikanlah Masjid yang diberi nama Masjid Jami' pada hari juim'at bulan Sya'ban 1358 H oleh KH Sulton Syah Alam. 

Pada mulanya mendirikan Desa Tanjung Kukuh ini bukanlah tujuan tetapi hanya untuk mencari tempat yang cocok untuk mendalami ajaran Tasyauf. Desa Tanjung Kukuh memiliki daratan  dan rawa yang luas, Desa Tanjung Kukuh terdiri dari tiga Kampung  yaitu : Tanjung Kukuh Lama, Sungai Balak dan Tulung Ki Alam, mempunyai batas-batas  Desa, yaitu arah Barat Daya Selatan  berbatasan dengan Desa Betung, arah tenggara  berbatasan dengan  Desa Margadadi, arah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo dan Desa Taman Agung, arah Barat Laut berbatsan dengan lokasi Transmigrasi Karang Panjang. Pada bagian paling Barat Desa tanjung Kukuh ini, jalannya buntuk dan terputus karena sudah dirintangi oleh rawa-rawa. Pada ujung jalan ini dibuat tempat seperti  pondok untuberistirahat yang diberinama "Tangga Rajo" . kira-kira 100 Meter dari Tangga Rajo terdapat "Lombahan Balak" (Rumah Besar)  yang didirikan sejak mula pertama  mendirikan Desa ini yatui pada tanggal 12 Juli 1938 M ataui 18 Djumadil awal 1357 H.  Lombahan  Balak adalah tempat segala kegiatan ritual keagamaan seperti perempuan, untuk musyawarah Desa, tempat tinggal Guru, penghulu Agama, dan pemangku adat.

Disamping kanan Lombahan Balak terdapat makam dari pendiri Desa yaitu Kh. Sulton Syah Alam, Tuan Tambikur, dan Tuan Kuasa. Pengajian, perayaan hari-hari besar islam (maulid Nabi, Isra' Mi'raj, sepuluh Asyura), Ngaruat Desa setiap delapan tahun, juga dijadikan tempat jamaah shalat.

            Setelah mereka menetap secara resmi, maka mulailah di atur segala sesuatunya. Pada masa itu masih banyak sekali babi hutan maka di bangunlah rumah-rumah bertiang kemudian mulai membuka hutan secara bergotong royong untuk ladang ubi kayu. Mata pencarian pendidik ada yang mencari ikan sebagai nelayan karena rawanya cukup kaya dengan berbagai jenis ikan, banyak juga yang bekerja sebagai pedagang yang mengikuti pasar-pasar mingguan yang ada di berbagai Desa Tetangga. Kemuidian ibu-ibunya membuat kerajinan anyaman dari tikar dan di jual di daerah-daerah lain, ada juga yang membuat Kemplang dari tepuing ubi kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun