Mohon tunggu...
Lulu Rahayu
Lulu Rahayu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PIAUD Universitas Pembangunan Panca Budi Medan

I do what i love and I love what i do

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini "Zaman Now"

29 April 2019   06:48 Diperbarui: 29 April 2019   08:43 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dunia yang lubang ozon moralnya terus melebar, seiring tumbuh dan berkembangnya perubahan peradaban bangsa menuju puncak peradaban dunia, sehingga banyak sekali terjadi pergeseran nilai-nilai agama dan moral di masyarakat, hal ini tentu saja banyak menimbulkan pergesekan-pergesekan yang pada akhirnya menyebabkan perselisihan dan pertikaian. 

Dalam proses perubahan itu,banyak fenomena-fenomena yang terjadi berkaitan dengan menurunnya nilai karakter. Sebagai contoh kasus yang baru saja terjadi baru-baru ini yaitu murid yang menganiaya gurunya sampai menghembuskan nafas terakhir karena alasan tidak suka ketika gurunya menegur untuk tidak tidur di dalam kelas dan banyak kasus-kasus lain yang berkaitan dengan hal tersebut.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Fenomena apakah ini?Siapa yang patut disalahkan pada kasus ini? Apa dampaknya pada generasi berikutnya?Bagaimana penanganan kasusnya?Apa reaksi pemerintah atas kasus ini? Bagaimana reaksi pemerhati anak terhadap kasus ini mengingat murid tersebut masih dibawah umur?Apakah masih pantas dilakukan pembelaan kepada murid tersebut? Demikianlah serentetan pertanyaan yang muncul dan berlintasan di benak saya.

Betapa malunya wajah pendidikan negara kita yang pada saat ini sedang gencar-gencarnya mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam setiap aspek sendi pembelajaran disekolah. Apanya yang salah? Kurikulumnyakah? Rasanya seperti mencari kambing hitam di dalam kubangan lumpur.

Hal ini tidak akan terjadi apabila pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan bukan hanya sebagai slogan semata. Sebab karakter merupakan kumpulan nilai-nilai baik yang menjadi landasan atau pedoman sikap dan perilaku seseorang. Karakter memiliki nilai-nilai atau virtues karakter yang dianggap baik atau buruk secara universal. 

Karakter adalah proses perkembangan, dan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tak pernah berhenti (never ending process) selama manusia hidup dan selama sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis. Sebab, hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu mencapai puncak peradaban dunia. Maka untuk membentuk karakter yang baik ini diperlukan pendidikan karakter.

Sejatinya ukuran kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari aspek kognitifnya saja, tetapi juga menyangkut aspek afektif yang berkaitan dengan sikap dan karakternya.Namun ironisnya di Indonesia, masih banyak sekolah yang mengedepankan dan berorientasi pada aspek kognitif  dalam proses penerimaan siswa baru. 

Dengan menetapkan standar nilai tertentu yang menjadi patokan batas minimal diterima tidaknya siswa disekolah tersebut. Bahkan sampai tingkatan paling rendah sekalipun seperti sekolah dasar favorit yang menerima siswa baru apabila sudah mampu CALISTUNG.Sehingga banyak sekolah-sekolah meningkatkan kuantitas dan bukan kualitas lulusan lembaganya. Dan pada akhirnya segala macam cara dilakukan agar dapat masuk ke sekolah favorit tersebut. Padahal belum tentu anak yang lulus dari aspek kognitifnya, lulus juga dari aspek afektif.

Proses Pendidikan karakter akan melibatkan ragam aspek perkembangan peserta didik, seperti kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai suatu keutuhan (holistik) dalam konteks kehidupan kultural. Karakter tidak dapat dibentuk dalam perilaku instan yang bisa langsung disajikan. 

Pendidikan karakter harus menyatu  dalam proses pembelajaran yang mendidik, disadari oleh guru sebagai tujuan pendidikan, dikembangkan dalam pembelajaran yang transaksional dan bukan instruksional, dan dilandasi pemahaman secara mendalam terhadap perkembangan peserta didik.

Mulai Sejak Dini

Pendidikan karakter adalah pendidikan sepanjang hayat, sebagai proses perkembangan kearah manusia kaafah. Oleh karena itu, Pendidikan karakter memerlukan keteladanan, pembiasaan dan sentuhan mulai sejak dini. Periode yang dikenal dengan golden age merupakan masa peka (sensitive period) terhadap segala stimulasi yang diterimanya dengan panca indera. 

Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat. Pada masa ini anak membutuhkan stimulasi dari lingkungannya, apabila anak mendapat stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan optimal begitu juga sebaliknya.

Usia dini merupakan masa emas perkembangan yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya, oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang fundamental dan sangat menentukan untuk perkembangan anak selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian anak lahir dengan 100 milyar sel otak,ketika memasuki usia dini, koneksi tersebut berkembang sampai beberapa kali lipat dari koneksi awal yaitu sekitar 20.000 koneksi dan pada fase ini pula otak berkembang mencapai 80 persen sampai usia 8 tahun. 

Hal ini menyebabkan anak mampu menyerap segala sesuatu dari lingkungannya dengan sangat luar biasa. Sehingga fase ini sangat menentukan kualitas anak dimasa yang akan datang dan kesuksesan anak mengatasi konflik pada usia dini menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa selanjutnya. Dengan demikian pendidikan karakter potensial untuk dibentuk sejak dini terkait masa keemasan anak.

Pendidikan karakter harus bersifat multilevel dan multi channel karena tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh sekolah. Pendidikan dalam keluarga adalah Pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang perannya tidak dapat digantikan oleh lembaga pendidikan manapun.

Pola asuh (Parenting style) adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Sebab pembentukan karakter perlu keteladanan, pembiasaan dan contoh nyata dalam setting kehidupan otentik dan tidak bisa dibentuk secara instan.

Oleh karena itu, Pendidikan karakter harus menjadi gerakan moral yang bersifat holistik, melibatkan berbagai pihak dan jalur, dan berlangsung dalam setting kehidupan alamiah. Namun yang harus dihindari jangan sampai tersesat menjadi suatu gerakan yang pada akhirnya hanya membentuk karakter peniru ulung yang berorientasi pada kepentingan sesaat,yang akan semakin merusak karakter dan martabat bangsa.

Pendidikan karakter tak ubahnya seperti mengukir diatas sebuah media, butuh kesabaran,ketelatenan dan komitmen dengan cara memberi sentuhan agar media tersebut memiliki value. Itulah sebabnya mengapa ukiran lebih sering bernilai dari pada harga media yang digunakan.

Nilai karakter juga tidak terlepas dari nilai agama dan nilai kultural yang berkembang di Indonesia. Kita tidak mungkin membangun karakter yang terlepas dari nilai agama dan nilai budaya kita sendiri. Pendidikan karakter merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan harus diberikan sedini mungkin dan dilakukan sejak sekarang serta menjadi fokus utama dan penting  dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sosial. Dan sebaik-baiknya warisan yang diberikan bagi generasi penerus kita adalah Pendidikan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun