Mohon tunggu...
Rahadi Wangsapermana
Rahadi Wangsapermana Mohon Tunggu... Pemerhati Perang Asimetris

Kemajuan bangsa sangat bergantung pada kepemimpinan yang memahami kearifan lokal, mengoptimalkan kekuatan agraris dan maritim, serta menjaga kebhinnekaan dari ancaman perang asimetris, baik secara internal maupun eksternal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Pena hingga Cangkul: Ragam Bentuk Bela Negara

1 Agustus 2025   09:11 Diperbarui: 1 Agustus 2025   09:11 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ASN yang menolak pemberian uang yang tidak semestinya adalah sikap Bela Negara, Sumber : Istimewa

Di tengah riuhnya kabar tentang ancaman global, konflik regional, dan derasnya arus informasi digital yang kerap menyesatkan, istilah "bela negara" kembali menyeruak ke ruang publik. Namun, istilah ini sering disalahpahami. Di benak banyak orang, bela negara identik dengan laras panjang, seragam loreng, dan pelatihan baris-berbaris.

Padahal, makna bela negara jauh lebih luas. Ia bukan milik satu institusi bersenjata, melainkan milik seluruh rakyat Indonesia.

Bukan Militeristik

Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan: "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara." Di sinilah letak prinsipnya. Hak dan kewajiban. Dua kata yang menjadikan bela negara sebagai pilar kebangsaan, bukan sekadar tugas militer.

Bela negara adalah sikap. Ia tidak selalu mengandung unsur kekerasan atau persenjataan. Ia adalah kesadaran kolektif untuk menjaga tanah air ini dari perpecahan, kebodohan, ketidakadilan, dan ancaman lain yang bersifat nirmiliter.

Di masa damai---yang sebenarnya tidak pernah benar-benar damai---bela negara dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dengan cara yang bermacam-macam.

Wartawan, Guru, Petani, Dokter

Seorang wartawan, misalnya, membela negara ketika ia memverifikasi informasi sebelum menulis atau menyiarkan berita. Ia menjaga nalar publik tetap jernih, tidak teracuni hoaks, fitnah, atau agitasi yang membelah bangsa.

Guru membela negara setiap kali ia menyalakan pelita ilmu di ruang kelas, membentuk karakter generasi muda yang berpikir kritis dan cinta tanah air.

Petani membela negara saat ia memastikan ladangnya tetap hijau, sawahnya panen, dan lumbung negeri tidak kosong.

Dokter membela negara kala ia merawat pasien tanpa diskriminasi, mengabdi dalam krisis kesehatan, bahkan saat dirinya terpapar risiko.

Pekerja teknologi membela negara ketika ia menciptakan sistem keamanan data digital yang kuat, agar bangsa ini tidak jadi korban perang siber. Seniman membela negara dengan karya-karyanya yang membangun identitas dan memperkuat kebudayaan nasional.

Dan masyarakat biasa membela negara ketika mereka tidak membuang sampah sembarangan, patuh pada hukum, membayar pajak, serta saling tolong-menolong dalam kesusahan.

Di Tengah Krisis, Cinta Itu Diuji

Bela negara bukan slogan kosong di spanduk jalanan. Ia hidup dalam tindakan-tindakan kecil yang berdampak besar. Dalam situasi yang tidak baik-baik saja---krisis ekonomi, bencana alam, ancaman disintegrasi---kesetiaan pada bangsa diuji bukan di medan perang, melainkan dalam kesabaran, ketekunan, dan solidaritas.

Menjadi warga negara yang baik hari ini bukan berarti harus mengangkat senjata, tetapi mengangkat kesadaran. Bahwa negeri ini adalah milik bersama, dan membelanya adalah jalan sunyi yang ditempuh dengan hati.

Ketika Indonesia menghadapi tantangan berat, mari kita bertanya: apa yang telah kita lakukan untuk membela negeri ini, dengan profesi, kemampuan, dan cinta kita masing-masing?

Karena cinta pada tanah air bukan hanya tentang rela mati, tapi juga tentang rela berbuat, setiap hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun