Mohon tunggu...
Rahadi Wangsapermana
Rahadi Wangsapermana Mohon Tunggu... Pemerhati Perang Asimetris

Kemajuan bangsa sangat bergantung pada kepemimpinan yang memahami kearifan lokal, mengoptimalkan kekuatan agraris dan maritim, serta menjaga kebhinnekaan dari ancaman perang asimetris, baik secara internal maupun eksternal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pujian itu Candu: Refleksi Pencegahan NPD Sejak Dini

23 Juli 2025   09:28 Diperbarui: 23 Juli 2025   09:28 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di titik itu, saya mulai memahami satu hal yang sering luput dari mereka yang terjebak dalam NPD: dunia tidak akan selalu menyorot kita. Dunia tidak peduli seberapa hebat kita dulu. Itu benar!

Beruntung, di tengah kejatuhan itu, saya masih punya keluarga yang baik. Istri yang tidak meninggalkan saya, orang tua dan mertua yang tetap menerima saya apa adanya. Nilai-nilai yang dulu mereka tanamkan perlahan tumbuh kembali. Saya belajar menepi dari sorotan. Menerima bahwa tidak semua hal harus berujung pada tepuk tangan. Tidak semua aksi harus mendapat standing ovation.

Prosesnya tidak mudah. Membangun kembali diri sendiri butuh waktu. Dari mental yang remuk, spiritual yang harus di recharge, hingga finansial yang porak-poranda. Tapi satu kesadaran baru muncul: hidup yang tidak haus pujian, ternyata lebih tenang.

Kisah itu sudah lama berlalu. Kejadian kejatuhan dan kesengsaraan itu tentunya membuat trauma mendalam juga. Sama seperti trauma masa kecil bebannya. Tapi dengan segala keyakinan, saya mengabaikan meskipun tidak melupakan. Setelah melalui itu semua, keluarga kembali hangat. Lingkungan sosial kembali akrab. Bukan karena saya lebih hebat, tapi karena saya kembali menjadi manusia biasa yang apa adanya.

Pujian Itu Candu, Tapi Kesadaran Adalah Obat

Apakah menulis tentang hal itu memalukan bagi saya untuk dibagikan kepada orang lain? Tentu saja tidak, justru saya merasa beruntung bisa lepas dari jerat NPD, dan saya yakin dengan hal kecil seperti tulisan ini, banyak orang dengan benih NPD tumbuh bukan hanya karena kesombongan alami, tapi karena luka masa lalu bisa tersadarkan untuk tidak terbuai oleh pujian. Haus pujian sering kali lahir dari luka harga diri yang tidak pernah sembuh. Dan pujian itu, sebagaimana candu lain, bisa menyesatkan jika tak dikendalikan.

Maka jika Anda punya anak, teman, saudara, atau bahkan diri sendiri yang mulai menunjukkan gejala ingin selalu dikagumi, berhati-hatilah. Ingatkan dengan lembut. Karena jika dibiarkan, akan tumbuh menjadi kepribadian yang manipulatif, egoistik, bahkan merusak.

Kita tidak harus selalu bersinar terang untuk diakui. Kadang cukup menjadi lilin kecil yang terus menyala dalam sunyi, namun memberi terang bagi sekelilingnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun