Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kapan Terakhir Anda Ikut Kerja Bakti di Kampung Sendiri?

5 Oktober 2025   15:58 Diperbarui: 5 Oktober 2025   15:58 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana setelah selesai kerja bakti di RT 02 RW 05, kelurahan Baktijaya, Depok, Minggu (14/9/2025) pagi. (Foto: Dok. Pribadi)

Suasana kerja bakti. (Foto: Dok. Pribadi)
Suasana kerja bakti. (Foto: Dok. Pribadi)

Kedua, kerja bakti adalah ruang perjumpaan sosial. Di era media sosial, kita bisa dengan mudah tahu kabar orang lain melalui layar ponsel. Namun, di kerja bakti, kita berjumpa langsung. Kita bisa bercanda, berdiskusi ringan, bahkan merencanakan ide-ide baru untuk kampung. Kehangatan itu tidak bisa digantikan oleh percakapan di WhatsApp grup.

Ketiga, kerja bakti adalah pelajaran nilai untuk generasi muda. Anak-anak yang melihat orang tuanya ikut serta akan tumbuh dengan kesadaran bahwa lingkungan harus dijaga bersama, bukan diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah atau petugas kebersihan. Nilai ini, bila ditanamkan sejak dini, akan membentuk karakter gotong royong yang menjadi identitas bangsa kita.

Saya menyadari, di banyak tempat, kerja bakti sudah jarang dilakukan. Banyak orang sibuk dengan pekerjaan, ada pula yang merasa kegiatan ini sudah ketinggalan zaman. Namun, justru di situlah pentingnya kita menghidupkan kembali tradisi ini. Kerja bakti bukan hanya tentang sapu dan cangkul, melainkan tentang menjaga ikatan sosial dan membangun rasa peduli.

Selepas Kerja Bakti

Setelah kerja bakti selesai, suasana kampung semakin meriah. Ibu-ibu yang tadi selesai senam segera menyiapkan hidangan sederhana: teh hangat, pisang goreng, ubi rebus.

Anak-anak berlarian sambil membawa gelas plastik berisi sirup dingin, tertawa lepas tanpa peduli dengan debu yang masih menempel di baju.

Di teras rumah salah satu warga, bapak-bapak duduk melingkar. Ada yang bercanda tentang betapa beratnya cangkul pagi itu, ada yang mulai membicarakan rencana perbaikan pos ronda, bahkan ada juga yang dengan serius membahas bagaimana menggalang dana untuk kegiatan Hari Sumpah Pemuda dan karnaval Hari Pahlawan.

Di sinilah terlihat bahwa kerja bakti tidak hanya menghasilkan lingkungan bersih, tetapi juga menjadi forum musyawarah alami.

Tidak perlu rapat resmi di balai warga, obrolan ringan setelah kerja bakti seringkali melahirkan keputusan penting bagi kehidupan kampung.

Bagi saya pribadi, momen makan bersama usai kerja bakti adalah bagian yang paling berkesan. Bayangkan saja: semua makanan terasa lebih enak setelah keringat bercucuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun