Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pancasila di Basilika Santo Petrus

4 Oktober 2025   00:46 Diperbarui: 4 Oktober 2025   00:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misa syukur peringatan 75 tahun persahabatan Indonesia dan Vatikan, di Basilika Santo Petrus (30/9/2025).(Foto: DOK. KBRI Vatikan via Kompas.com)

Suara itu bergema sejalan dengan seruan Paus Fransiskus yang menyatakan, "Tidak ada perdamaian tanpa pengakuan atas hak kedua bangsa untuk hidup berdampingan dengan aman."

Indonesia dan Vatikan bahkan mendorong two state solution sebagai jalan keluar atas konflik berkepanjangan di tanah Arab tersebut.

Kedua, dalam isu ketahanan pangan global, kedua pihak sama-sama menekankan pentingnya solidaritas internasional untuk mengatasi kelaparan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan ekonomi.

Vatikan dengan kekuatan moralnya, dan Indonesia dengan posisi strategisnya sebagai negara berkembang yang berpenduduk besar, berkontribusi membangun wacana tentang kemandirian pangan dan pembangunan berkeadilan.

Ketiga, pada isu hak asasi manusia (HAM), RI dan Vatikan seringkali berada dalam barisan yang menyerukan penghormatan terhadap martabat manusia.

Meski dengan pendekatan berbeda, keduanya menolak praktik-praktik yang melanggar prinsip kemanusiaan universal.

Diplomasi Lintas Iman dan Identitas Indonesia

Hubungan diplomatik dengan Vatikan juga mencerminkan karakter diplomasi Indonesia yang inklusif dan berakar pada nilai-nilai dasar bangsa. Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjiwai pendekatan ini.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, membuka ruang bagi dialog dan persahabatan lintas iman. Sementara semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi dasar sosial yang memungkinkan Indonesia tampil percaya diri di panggung global sebagai bangsa yang mengelola perbedaan dengan harmoni.

Tidak bisa diabaikan bahwa Indonesia memiliki komunitas Katolik yang cukup signifikan, sekitar 3 persen dari total penduduk atau lebih dari 12 juta jiwa di tahun 2024. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kedua setelah Filipina sebagai negara dengan populasi Katolik terbesar di Asia Tenggara.

Kehadiran umat Katolik di Indonesia menjadi jembatan alami dalam hubungan bilateral dengan Vatikan, sekaligus bukti bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, melainkan realitas sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun