Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Solusi Praktis untuk Persoalan Makan Bergizi Gratis

29 September 2025   07:00 Diperbarui: 28 September 2025   22:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari pertama MBG di SDN 15 Slipi, Jakarta, Senin (6/1/2025). (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga via Kompas.com)

Contoh pola umum yang terdokumentasi:

  • Program pangan sekolah yang dikelola dengan kesinambungan komunitas lokal dan standar teknis (mis. beberapa program di Brasil, melalui PNAE, memadukan pembelian dari petani lokal dengan standar kualitas dan pelaporan sekolah).
  • Intervensi yang menggabungkan pelatihan bagi penyiap makanan (food handlers), audit periodik, dan protokol darurat sehingga insiden bisa cepat ditangani.
  • Penggunaan data pendaftaran sekolah dan dashboard pemantauan untuk mendeteksi anomali (angka kejadian).

Pelajaran inti: keberhasilan bergantung pada kombinasi standar teknis (HACCP/WHO Five Keys), kapasitas organisasi lokal, dan mekanisme akuntabilitas sosial.

Landasan teori organisasi untuk solusi yang diusulkan

Solusi yang efektif harus didukung teori organisasi berikut:

  • Teori Kontinjensi (Lawrence & Lorsch): bentuk organisasi harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan; desa/kelurahan yang berbeda membutuhkan adaptasi SOP MBG sesuai kapasitas lokal.
  • Teori Principal-Agent (Eisenhardt): untuk mengurangi moral hazard dan informasi asimetris, perlu mekanisme insentif dan sanksi, serta pengukuran kinerja yang transparan.
  • Governance Polycentric / Elinor Ostrom: pengelolaan bersama oleh banyak pusat keputusan (desa, sekolah, kabupaten) meningkatkan kepemilikan, adaptabilitas, dan pemecahan masalah lokal.
  • Teori Jaringan dan Coordinated Networks: jaringan antarlembaga (sekolah-puskesmas-dinas pertanian) memfasilitasi aliran informasi dan sumber daya.
  • Manajemen Mutu & PDCA (Deming): rencana-laksanakan-cek-tindak lanjuti harus diterapkan untuk meningkatkan mutu makanan secara berkelanjutan.

Solusi praktis paling mudah: Struktur Satgas MBG berjenjang (desain organisasi)

Inti gagasan: membentuk Satgas MBG formal di setiap Desa/Kelurahan, yang menjadi unit implementasi, pendataan, koordinasi, dan pengawasan pertama.

Struktur berjenjang: Desa/Kelurahan >> Kecamatan (opsional) >> Kabupaten/Kota >> Provinsi >> Koordinasi Nasional (BGN sebagai pemangku kebijakan & fasilitator).

Berikut penjelasan detail desain organisasi Satgas MBG Desa/Kelurahan:

A. Komposisi dan fungsi Satgas MBG Desa/Kelurahan

  • Ketua: Kepala Desa/Lurah (kepemimpinan lokal dan legitimasi).
  • Anggota inti: perwakilan sekolah (Kepala Sekolah), Komite Sekolah (ketua), perwakilan kantin/pelaksana makanan, perwakilan orang tua/wali murid, perwakilan puskesmas (promkes), dan penyuluh gizi/pertanian setempat.
  • Fungsi utama:
    1. Pendataan sekolah penerima manfaat dan kondisi dapur/kantin.
    2. Verifikasi rantai pasok (supplier/petani lokal) dan dokumentasi penerimaan bahan.
    3. Pelatihan dasar hygiene & food handling untuk penyiap makanan.
    4. Pembuatan SOP MBG lokal (mengadopsi standar nasional seperti HACCP sederhana atau WHO Five Keys).
    5. Pengawasan rutin: pemeriksaan harian/mingguan dan laporan insiden.
    6. Manajemen insiden: prosedur respons cepat bila muncul kasus keracunan (isolasi, perawatan, pelaporan ke dinas kesehatan).

B. Supervisi dan fungsi Satgas MBG Kabupaten/Kota & Provinsi

  • Kabupaten/Kota: supervisi teknis, audit berkala (mis. 1x bulan), dukungan pelatihan, dan pengelolaan dashboard lokal; bertindak sebagai penghubung logistik (testing makanan, inspeksi mendadak).
  • Provinsi: analisis tren, koordinasi antarkabupaten, alokasi dukungan sumber daya (alat uji, laboratorium), dan evaluasi program.
  • BGN (nasional): menetapkan standar nasional minimum, modul pelatihan, platform data nasional, dan mekanisme pendanaan insentif (mis. reward bagi wilayah dengan catatan nol insiden).

C. Mekanisme akuntabilitas dan insentif

  • Pengukuran kinerja: indikator tetap (jumlah inspeksi, % sekolah terverifikasi, waktu respons insiden, jumlah kasus per 1.000 murid).
  • Transparansi: publikasi ringkasan bulanan/triwulan di tingkat desa dan kabupaten; orang tua dapat mengakses laporan sederhana (mis. papan informasi di sekolah atau aplikasi percakapan).
  • Insentif: dana operasional kecil/tambahan untuk sekolah yang memenuhi standar; sanksi administratif bagi penyedia yang melanggar (dihapus dari daftar supplier).
  • Partisipasi masyarakat: komite sekolah dan orang tua berperan sebagai pengawas sosial, mengurangi masalah principal-agent melalui "social monitoring".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun