Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Indonesia "Paling Sejahtera di Dunia"? Ironi di Balik Skor Global Flourishing Study

13 Mei 2025   17:45 Diperbarui: 13 Mei 2025   18:06 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederhananya, GFS tidak hanya mengukur tingkat upah, pertumbuhan ekonomi, hingga jumlah pengangguran semata.

Indeks ini menilai "flourishing" sebagai gabungan dari lima domain: (1) Kebahagiaan dan kepuasan hidup; (2) Kesehatan fisik dan mental; (3) Makna dan tujuan hidup; (4) Karakter dan kebajikan; dan (5) Hubungan sosial yang erat (Indonesiabusinesspost.com, 5/5/2025; Globalflourishingstudy.com, 2025).

Singkatnya, GFS mengukur aspek non-material. Atau bisa disebut menggunakan pendekatan kualitatif. Bukan, kuantitatif.

Hasilnya? Pada skala 0 sampai 10, Indonesia menempati skor tertinggi (8,47), disusul Meksiko (8,19) dan Filipina (8,11).

Peneliti menegaskan, negara-negara maju seperti AS, Inggris, Jepang memang unggul di aspek keamanan finansial, namun kerap "kalah" dalam makna hidup, relasi sosial, dan karakter pro-sosial.

Itulah kelebihan Indonesia, bukan? Gotong royong, zakat, sedekah, solidaritas sosial, empati, dan sebagainya.

Ironi Ekonomi: Sejahtera, Tapi Pengangguran Tinggi dan Pertumbuhan Ekonomi Stagnan

Jika membandingkan hasil GFS dengan data ekonomi makro Indonesia, muncul sejumlah ironi mencolok:

1. Tingkat Pengangguran: Meskipun menurun, tingkat pengangguran Indonesia pada kuartal I 2025 masih di 4,76%. Angka ini termasuk yang tertinggi di ASEAN, jauh di atas Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

2. Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5% selama tiga tahun terakhir, bahkan gagal mencapai target pemerintah. Proyeksi 2025 pun "hanya" 5,2%, kalah dari Vietnam (6,2%), Filipina (6,1%), dan Kamboja (5,6%).

3. Ketimpangan dan Kesejahteraan Material: Indonesia masih menghadapi tantangan ketimpangan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang belum tuntas. Banyak masyarakat belum menikmati akses pendidikan dan layanan kesehatan layak.

Terbaru dalam berita Kompas.com (9/5/2025) menulis, Indonesia masuk peringkat 4 negara dengan persentase penduduk miskin tertinggi di dunia tahun 2024, mencapai 60,3 persen.

Perhitungan itu menurut Bank Dunia yang menggunakan standar garis kemiskinan untuk negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country). Peringkat ini didasarkan pada data Macro Poverty Outlook edisi April 2025.

Perhatikan infografis di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun