Konon, Semar bagian dari Punakawan, merupakan titisan dari Sang Hyang Ismaya. Bersama Petruk, Gareng, dan Bagong, mereka diyakini sebagai penjelmaan dewa yang bertugas sebagai penghibur, penasihat spiritual, dan pengamong.
Inggris abad ke-16 juga pernah memiliki pelawak istana perempuan, bernama Jane Foole. Bertugas menghibur para pejabat istana dan beberapa Ratu termasuk Anne Boleyn.Â
Masih dari Negara yang sama, kurang lengkap jika tidak menyebut Joseph Grimaldi, badut paling popular di Inggris pada era Raja George III.Â
Grimaldi adalah pencipta karakter badut bernama 'Joey'. Badut model baru dan paling modern saat itu yang mengombinasikan karakter penjahat, bodoh, nakal, lengkap dengan mimik wajah tidak berdosa.
Era modern, praktik court jester diaplikasikan dengan nama corporate jester. Maskapai British Airways, sejak 1995 menyewa jasa Paul Birch.Â
Meski hanya 18 bulan menjadi corporate jester, Birch berhasil mendongkrak popularitas British Airways di media massa. Publik kelas menengah Inggris makin akrab dengan jasa maskapai tersebut. Saham perusahaan pun ikut terseret ke posisi puncak.
Dr. Maman Lesmana dari Universitas Indonesia dalam sebuah artikel berjudul Court Jester Zaman Now di jurnal Kajian Humor Indonesia dan Mancanegara, menulis tentang karya Tony Mitchell Methuen tahun 1984 bertajuk Dario Fo: People's Court Jester.Â
Jika diterjemahkan secara harfiah, judul buku tersebut adalah Dario Fo: Badut Istana Rakyat. Padahal yang dimaksud adalah bukan demikian.Â
Istilah court jester pada bukunya, artinya bukan badut istana yang terdapat pada definisi pada zaman dahulu, melainkan julukan yang diberikan kepada Dario Fo, pemenang Nobel untuk sastra tahun 1997.Â
Dario Fo dijuluki sebagai jester dalam bidang tradisi lisan pada abad pertengahan di Italia, karena telah membuat satire politik dan intervensi militan terhadap kehidupan politik di Italia.