Court jester. Badut istana. Sebahagian menterjemahkannya juga sebagai pelawak istana. Konon, sebuah profesi penjaja hiburan jalanan yang usianya tertua di dunia.Â
Cukup banyak kajian-kajian modern yang mencoba melakukan pendekatan ilmiah dalam konteks gejala-gejala sosial kemasyarakatan.
Court jester. Penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal, lipstick berkelir merah menyala, berpakaian aneh dengan sepatu besar-nya yang khas, dan fasih merekayasa gimmick dan mimik.Â
Melalui sebuah pertunjukkan, mereka membuat tertawa semua penduduk di desa-desa, di jalanan, bahkan orang-orang kaya yang stres.Â
Dengan kemampuan berpantomim dengan gerakan-gerakan slapstick yang konyol, boleh jadi merekalah salah satu profesi penjaja hiburan jalanan yang usianya setua peradaban manusia.
***
Kajian ilmu-ilmu sosial ada yang menyebutnya dengan 'Pelawak Istana'. Tahun 1858, Dr. John Doran menyusun sejarah pelawak istana yang berkembang di Eropa dengan tajuk History of Court Fools.Â
Disini Doran menggunakan kata fools (orang bodoh) untuk mengganti kata jester (badut). Karena memang para pelawak di Eropa masa itu berperilaku meniru-niru kelakuan orang bodoh dan konyol.
Sebahagian kita mungkin keliru menilai mereka sebagai kumpulan manusia bodoh. Faktanya, tak sedikit court jester adalah kaum cerdik cendikia dan berasal dari keluarga terpelajar.Â
Dengan demikian kata jester mengalami banyak pergeseran makna. Court jester tak melulu menampilkan kebodohan.