Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelawak Istana, Dulu dan Sekarang

5 Februari 2025   09:46 Diperbarui: 5 Februari 2025   09:50 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Joseph Grimaldi sebagai karakter badut Joey. (Foto: Wikimedia/George Cruikshank via Kompas.com)

Court jester. Badut istana. Sebahagian menterjemahkannya juga sebagai pelawak istana. Konon, sebuah profesi penjaja hiburan jalanan yang usianya tertua di dunia. 

Cukup banyak kajian-kajian modern yang mencoba melakukan pendekatan ilmiah dalam konteks gejala-gejala sosial kemasyarakatan.

Court jester. Penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal, lipstick berkelir merah menyala, berpakaian aneh dengan sepatu besar-nya yang khas, dan fasih merekayasa gimmick dan mimik. 

Melalui sebuah pertunjukkan, mereka membuat tertawa semua penduduk di desa-desa, di jalanan, bahkan orang-orang kaya yang stres. 

Dengan kemampuan berpantomim dengan gerakan-gerakan slapstick yang konyol, boleh jadi merekalah salah satu profesi penjaja hiburan jalanan yang usianya setua peradaban manusia.

***

Kajian ilmu-ilmu sosial ada yang menyebutnya dengan 'Pelawak Istana'. Tahun 1858, Dr. John Doran menyusun sejarah pelawak istana yang berkembang di Eropa dengan tajuk History of Court Fools. 

Disini Doran menggunakan kata fools (orang bodoh) untuk mengganti kata jester (badut). Karena memang para pelawak di Eropa masa itu berperilaku meniru-niru kelakuan orang bodoh dan konyol.

Sebahagian kita mungkin keliru menilai mereka sebagai kumpulan manusia bodoh. Faktanya, tak sedikit court jester adalah kaum cerdik cendikia dan berasal dari keluarga terpelajar. 

Dengan demikian kata jester mengalami banyak pergeseran makna. Court jester tak melulu menampilkan kebodohan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun