Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Membangun LRT, Menyongsong Peradaban Baru

20 Februari 2019   22:25 Diperbarui: 20 Februari 2019   22:25 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proyek LRT Jakarta (Foto: Humas Ditjen Perkeretaapian Kemenhub)

Pembangunan transportasi massal Light Rail Transit (LRT) Jabodebek memang mendesak untuk segera ditunaikan. Dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, negara kita teramat terlambat memiliki transportasi publik. Durasi 26 tahun bukan angka yang sebentar. Bersyukur proyek Light Rail Transit / LRT Jabodebek sudah progress 58,3 persen. Sementara LRT di Palembang Sumatera Selatan sudah bisa dinimati publik sejak digelarnya Asian Games 2018 yang lalu.  Bukan hanya mengurai kemacetan menjadi faktor mendesak beroperasinya LRT, tapi perubahan kualitas hidup untuk selangkah lagi membangun peradaban baru.

Light Rail Transit (LRT) untuk Siapa? 

Setiap aku ke Bogor dari Jakarta, sampai di Cibubur kulihat tiang-tiang pancang yang akan digunakan untuk jalur LRT berjajar berdiri di samping ruas Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).

Tiang-tiang itu adalah tiang pancang yang nantinya akan menjadi jalur LRT Jabodetabek koridor Cawang - Cibubur. Itu perasaan sudah lama berdiri. Ya, gaung LRT ini begitu sexi, sampai-sampai kebayang, "Kapan yaa bisa naik LRT itu?"

Pernah seeh naik LRT saat di Kualalumpur 2 tahun lalu. Bermimpi kalau Jakarta nantinya juga memiliki. Ehh emang begitu mendesak ya, LRT diadakan?

"Kota dengan jumlah penduduk di atas 1 juta orang sudah perlu angkutan massal. Bentuknya bisa apa saja, yang membedakan adalah kapasitas," kata Ir Zulfikri, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di acara Focus Grup Discussion bertema "Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa?" yang digelar oleh Koran Warta Kota dan berlangsung di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta pada Rabu (13/2/2-19).

Bpk. Ir Zulfikri (Dirjen Perkeretaapian Kemenhub) di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Bpk. Ir Zulfikri (Dirjen Perkeretaapian Kemenhub) di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Sepakat bahwa untuk kota besar perlu angkutan massal seperti LRT. Pasalnya LRT mempunyai keunggulan dibanding jenis transportasi darat lainnya. Menurut Zulfikri, pembangunan LRT menghemat penggunaan lahan dan penggunaan energi paling hemat.

Nah biasanya kota yang sudah berpenduduk lebih dari sejuta orang, bermasalah soal kemacetan. Bahkan ada juga yang berpenduduk kurang dari sejuta orang sudah menghadapi masalah kemacetan. Khususnya kota di Pulau Jawa. Selain Jakarta, ada Bandung, Semarang, Surabaya.

Pemerintah pun sudah lama menginisiasi LRT di kota lain.  Di luar Pulau Jawa, seperti Medan berpenduduk di atas 1,5 juta, Makasar dan lain-lain. Sayangnya kemampuan fiscal negara kita belum memungkinkan. Jakarta saja sudah terbilang terlambat. Butuh 26 tahun hingga dibangun saat ini.

Sementara kota di negara lainnya seperti kota di Philipina, Singapura sudah memiliki LRT, padahal jumlah penduduk jauh lebih kecil dibanding Jakarta. 

Keberuntungan buat Kota Palembang yang berpenduduk 1,5 juta sudah beroperasi LRT, seiring adanya event besar yang harus dilayani yaitu Asian Games 2018. Bayangkan kalau Palembang tak pakai LRT, gimana ribetnya untuk transportasi 2500 atlet, official, dari 32 negara peserta.

Teruntuk LRT Jabodebek, menjawab kebutuhan atas situasi kondisi kemacetan yang harus segera ditemukan solusi.   Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga, yang juga menjadi narasumber di acara, memberikan gambaran kondisi kehidupan warga Jakarta dan kota penyangganya.

Perkembangan wilayah Jabodetabek, secara tak sadar kota-kota menjauh dari pusat kota Jakarta. Pada hari biasa (Senin-Jumat) kondisi jalanan macet gampang banget ditemui. Sementara pada Sabtu dan Minggu "mati suri".

Kebutuhan akan papan, rumah yang harganya kian mahal di Jakarta, membuat generasi basis milenial menjauh pemukimannya dari pusat kota. Mereka beralih ke Parung, Tangsel, Sawangan dan sekitarnya. Dampaknya mereka mengorbankan banyak hal. Interaksi keluarga, waktu, biaya, dan kesehatan. Sebagai ilustrasi: jam berangkat kerja sekira 05.30 WIB. Malah habis subuh sudah jalan. Jelas ini kesalahan. Hidup tak berkualitas.

Beralihnya lokasi pemunkiman di luar Jakarta membuat sarana transportasi menjadi kebutuhan utama. Akhirnya kendaraan pribadi semakin menumpuk di jalan. Kemacetan pun menjadi pemandangan yang biasa. "Tua di Jalan" pun mau tak mau harus mereka jalani. Jelas transportasi publik, massal yang cepat dan tepat waktu sangat dibutuhkan.

Narasumber Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? : Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Zulfikri; Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata; Vice President PMO Operation LRT Jabodebek, Iwan Eka; Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, dan Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga, yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Narasumber Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? : Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Zulfikri; Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata; Vice President PMO Operation LRT Jabodebek, Iwan Eka; Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, dan Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga, yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
LRT Jabodebek Seperti Apa?

Patut diketahui sejarah keterlibatan proses pembangunan LRT.  Menurut Iwan Eka  selaku Vice President PMO Operation LRT Jabodebek,  proyek LRT Jabodebek ini terealisasi berkat keberanian politik, Presiden Joko Widodo dengan melakukan percepatan,  Perpres No 98 yang diteken 2015. 

Terkait pendanaan APBN dengan kontraktor Adhi Karya. Operator akan dilelang. Kemudian Perpres no 65 tahun 2016 dengan operator PT KAI. Berlanjut Perpres No 49 tahun 2017 dengan kontraktor Adhi Karya. Untuk pendanaan dan operator PT KAI.  

PT KAI berperan sebgai pendanaan pembangunan, penyelenggara pengoperasian sarana dan prasarana, pengusahaan sarana dan prasarana, perawatan sarana prasarana dan AFC System.   

Lalu layakkah LRT dipilih? 

Narasumber lainnya, Pak Pundjung Setya Brata selaku Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, menjelaskan bahwa  LRT layak secara  ekonomis, karena selama ini kerugian terbilang mencapai Rp. 65 trilyun dengan tanpa adanya transportasi publik yang memadai.

Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
LRT didesain untuk  mengangkut sekira 26 ribu / jam, satu arah!   Ada fase 1 Cawang -- Cibubur  progress sudah 78%. Ini paling cepet. Cawang - Kuningan 46,%. Ini sempat ada kendala bebebrapa lokasi yang menghambat. Cawang - Bekasi timur. Perlu Depo, kaitannya dgn 52% karena Depo belum bisa dikerjakan. Perkiraan Depo baru selesai tahun 2020.

Targetnya April 2021 LRT bisa dioperasikan.  Rencana LRT Jabodebek akan ada17 Stasiun terdiri dari 16 Stasiun tipical dan 1 Stasiun transit. 1 depo. Rutenya?  

Rute JABODEBEK - Cawang - Harjamukti (26mnt) - Cawang - Dukuh Atas (21mnt) dan  Cawang - Jatimulya (26mnt) . Harga tiket Rp. 12 ribu.  Jam operasional 04.00-23.00 WIB. Pembayaran tiket dengan ngetap. Prinsip ticketing non tunai.    

Soal harga tiket segitu menurut Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno,  cukup wajar. Soalnya LRT Jabodebek membangun infrastruktur baru. Harga itu juga sudah disubsidi, dari harga awal Rp.  40 ribu.

Pekerja menggunakan alat berat mengangkat kereta LRT (Light Rail Transit) ke jalurnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (15/7/2018) dini hari. (wartakota)
Pekerja menggunakan alat berat mengangkat kereta LRT (Light Rail Transit) ke jalurnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (15/7/2018) dini hari. (wartakota)
Dampak Domino Pembangunan LRT

LRT dipercaya mampu memangkas waktu perjalanan dan kenyamanan yang berdampak  pada peningkatan kualitas hidup pengguna LRT. Kok bisa?

Membangun sarana angkutan massal adalah membangun peradaban. Jaman terus berubah. Menurut Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga,  rumah harga Rp. 300 juta tak mungkin ada di ibukota. Akibatnya banyak kaum urban berdomisili di kota-kota penyangga. Mereka pun harus mengandalkan tarnsportasi untuk mencapai tempat kerjanya di ibukota.

Menurutnya kondisi sekarang, diilustrasikan Pak Pundjung Setya Brata, misalnya dari Cibubur berangkat kerja ke Jakarta, jam 05.00-06.00 WIB, kita kehilangan waktu dengan keluarga, antar anak sekolah, beri makan si kecil dan lain-lain. Rutinitas itu berjalan hampir tiap hari. Berapa waktu termakan oleh rutinitas perjalanan?

Nah dampak adanya LRT semakin menghemat waktu.  Bukankah dengan demikian, bisa memiliki waktu bersama keluarga lebih banyak? Ini jelas sebuah kualitas hidup baru tanpa banyak waktu terbuang hanya untuk bermacet-macetan di jalan.  

Dampak yang kedua adalah LRT mampu mengurai kemacetan. Meniadakan mungkin tidak, namun jelas akan mengurangi kemacetan di jalur darat. Dengan catatan, semua orang memiliki kesadaran beralih menggunakan transportasi publik/massal.

Itu sebabnya LRT didesain rutenya langsung menusuk ke tujuan kota. Terintegrasi dengan Commuterline, Trans Jakarta. Lalu di bawah Stasiun LRT ada halte.  Maka pengguna LRT semakin mudah.  LRT sanggup mengangkut sekira 26 ribu / jam, satu arah!

Kapasitas sebanyak itu ditopang lagi dengan headway  LRT yang singkat. Seperti dijelaskan Iwan Eka  selaku Vice President PMO Operation LRT Jabodebek, semisal dari Cibubur -- Cawang hanya 6 menit. Cawang - Bekasi 6 menit. Cawang - Dukuh Atas cuma 3 menit.  

"Ketinggalan kereta, jangan khawatir," kata Iwan Eka.

Persinyalan seperti itulah yang memungkinkan daya angkut lebih banyak. Satu rangkaian kereta ada 6 gerbong. Normal mampu 740 orang. Penumpukan bisa 1000 orang.  

Tata Kota Peradaban Baru

Transportasi massal  selalu berhubungan dengan kota yang padat penduduknya. Kemacetan menjadi masalah utama, sementara kualitas terkadang dibawah rata-rata. Tata kota menjadi penting.

Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno menyebutkan bahwa tata kota adalah membangun peradaban baru, dimana perilaku warganya berubah. Peralihan dari penggunaan transportasi pribadi ke transportasi publik.  Menurutnya LRT Jabodebek diperlukan untuk membangun sistem, membangun peradaban. Bukan sekadar atasi kemacetan saja.

Hal itu ditajamkan lagi oleh Nirwono Joga  bahwa harus dilakukan membenahi kota. Joga menjelaskan tentang TOC (Transit, Oriented, Community), basisnya pembangunan pusat kota terpadu. Habit sehari-hari berjalan kaki atau naik sepeda, seperti ke pasar, sekolah, kantor.  Ongkos transportasi ditekan. Baru setelah butuh rapat, keluar dari kota, memakai moda transportasi massal.

Jadi menghidupkan kembali kawasan pusat kota, pemukiman di pusat kota. Lokasi strategis, bangunan hunian vertical, flat, kondominium dan semua kebutuhan sehari-hari ada disitu. Joga mengandaikan bahwa desain Stasiun LRT terhubung dengan MRT (Mass Rapid Transit) di bawah.  

Joga  menyarankan agar semua orang bisa terakses, sebaiknya bisa terintegrasi dengan  gedung perkantoran.  Juga di sepanjang koridor pemabangunan transportasi harus mengembangkan kawasan yang dilewati.

Suasana acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Suasana acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Welfie bareng Pak Zulfikri di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Welfie bareng Pak Zulfikri di acara Focus Grup Discussion (FGD) Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel Untuk Siapa? yang diselenggarakan oleh Harian Warta Kota di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2019). (Foto Ganendra)
Sharing Bermanfaat di Acara Focus Grup Discussion Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel untuk Siapa?

Pemaparan dari para narasumber yang hadir sangat bermanfaat. Menariknya lagi adalah saran dari seorang kompasianer, Pak Dian Kelana, yang menyoroti soal sarana prasarana Stasiun LRT bagi kaum disabilitas.  

Ini menarik. Seperti diungkapkan oleh Nirwono Joga  bahwa setidaknya ada 3 syarat pengguna LRT, seiring perlu jalan turun naik yang cukup sulit. Oleh karennya pengguna harus muda, sehat, dan tidak  disabilitas. 

Dian Kelana memberi catatan yang bagus untuk pihak PT. KAI dan Adhi Karya. Menurutnya beberapa sarana belum sesuai dengan pengguna kalangan disabilitas, seperti pengguna kursi roda konvensional. 

Ia mencontohkan seperti rambu-rambu ke lift  untuk disabilitas,  tak jelas/ tak terpasang.  Tombol emergency sulit terjangkau karena  tinggi.  Counter tiket terlalu tinggi, sulit menjangkaunya. Perlu counter  khusus untuk disabilitas. Juga mesin cek saldo tiket juga terlalu tinggi untuk disabilitas.

Semoga saja pembangunan LRT beseta sarana pendukungnya, didesain 'ramah' terhadap semua kalangan termasuk yang berkebutuhan khusus.  Aman, nyaman dan representatif menuju peradaban baru. Semoga.

@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun