Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Yuk Cinta dan Beli Produk Dalam Negeri untuk Perekonomian Negeri yang Mandiri

17 Desember 2017   11:56 Diperbarui: 17 Desember 2017   12:15 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring Kompasiana bareng Kemnperin. (Foto Rahab Ganendra)

“Uangnya gak kemana-mana, belikan bahan baku di sini, beli disini, uang berputar di dalam negeri. Barometer sebuah kemakmuran adalah ada uang yang berputar di dalam negeri,” ungkap Ari lebih jauh di acara Nangkring Kompasiana abreng Kemenperin.

Jelas bahwa industry makin bessar, rakyat membeli, kebutuhan bahan baku besar, ga perlu impor, pakai sendiri. Fakta menarik disampaikan Ari, bahwa kolaborasi industry Indonesia makin tinggi no 3 dunia mengalahkan Thailand. Sementara per Juli 2017, pertama kalinya mobile internet Indoensian connection nomor 3 di bawah Thailand dan Singapura.  Pertumbuhan e commerce sebesar 27 kali lipat, dan menjadi terbesar di Asia Tenggara.

Pertumbuhan ekonomi Indoensia menjadi penting untuk dikembangkan. Untuk kemandirian ekonomi negeri. Bahkan di masa depan perekonomian Indonesia menjadi arah ekonomi dunia.

“Pada 2030 ekonomi dunia akan bergerak ke Asia dan Indonesia menjadi salah satu bagiannya,” jelas Ari.

Jakarta Creative, Bentuk Kecintaan Indonesia

Menarik sharing dari Iwet Ramadhan selaku Founder TIK by Iwet Ramadhan, Jakarta Creative Hub, yang juga sebagai Penyiar Radio. Menurutnya kesadaran warga negara terhadap produk local, dalam negeri harus ditumbuhkan. Ini seiring banyak yang tak memahami soal produk negeri sendiri.


Misalnya soal batik diklaim Malaysia dulu, kita marah. Iwet pernah bikin voting di radio soal batik, ternyata tak ada yang tahu. Kecintaan hampa. Dia seirng memperkenalkan batik ke anak muda, gak laku.  

Pernah Iwet jalan ke Pulau Jawa, cari motif sendiri. Hasilnya gak laku. Banyak yang idealis. Pakai batik tulis, mahal. Poduknya aja Rp. 600 ribu, jual berapa?

Itulah yang membuat Iwet mendirikan Jakarta Creative.

“Pengen banget Jakarta punya merchandise. Di New York, Hongkong ada. Masak di Jakarta gak ada,” katanya.

Benar apa yang dikatakan Iwet, sebagai warganegara KTP DKI Jakarta, aku merasakan betul saat mencari merchandise untuk teman-teman. Susah. Dengan apa yang dilakukan Iwet menjadi hal yang positif dilakukan. Bukan saja memberi peluang ekonomi lebih luas namun juga menumbuhkan kecintaan akan produk dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun