Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dibalik Kilau Emas Binaraga, Sang ‘Anak Tiri’

6 Desember 2015   21:28 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:15 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rizal (tengah) meraih medali emas di Kelas Men’s Master Bodybuilding 50-59 Years di ajang kejuaraan dunia WBPF yang di gelar di Bangkok – Thailand, November 2015. (Sumber foto www.reps-id.com)"][/caption]

Mereka orang-orang yang mencintai dunianya, menggelutinya, dan mengharumkan nama bangsa di ranah internasional. Mengumandangkan kebanggaan dan keperkasaan lagu Indonesia Raya dan menarik bendera merah putih ke puncak tertinggi dengan tangan-tangan kekar, badan-badan tegap, dan jiwa-jiwa nasionalis yang bangga akan negeri kelahirannya. Meski tanpa puja-puji dan selebrasi dari para pemangku yang menyembunyikan gaung prestasinya dari para saudara. Prestasi dari mereka yang dianaktirikan.

PERAWAKANNYA sedang, dada bidang, otot bahu, biceps, triceps sekilas menyembul dibalik kaosnya yang ketat. Tak lebih tinggi dari saya. Senyum selalu terlihat. Begitu pun saat menjawab pertanyaan awalku, soal daerah asalnya, “Padang Mas,” jawabnya tersenyum.

Pria yang menampakkan pribadi yang cukup ramah. Tak heran, begitu diminta foto, sontak mengiyakan. Termasuk saat diminta untuk membuka kaosnya dan berpose menampilkan tubuh ‘sempurnanya’. Dua buah piala dan dua medali tergenggam di tangannya. Piala dan medali kemenangan cabang olah tubuh, Binaraga!

Dialah Syafrizaldi, seorang atlet binaraga yang mungkin belum banyak yang tahu, termasuk saya. Heheee. Padahal setelah mengetahui apa yang dilakukan Rizal (nama panggilannya) pasti akan berdecak kagum. Bagaimana tidak, Rizal adalah juara dunia Kejuaraan Dunia Binaraga World Body Buliding and Physique Federation (WWBF) yang berlangsung mulai 24 - 30 November 2015 yang lalu di Bangkok, Thailand. Rizal menyabet trofi dan medali emas di Kelas Men’s Master Bodybuilding 50-59 Years!

[caption caption="Rizal dengan piala dan medalinya. (Foto Ganendra)"]

[/caption]

Di ajang bergengsi kelas dunia itu, ajang kejuaraan WBPF itu Rizal sudah mengikuti sebanyak 4 kali. Dan November 2015, tahun ini Rizal disamping menjuarai Juara 1 Bodybuilding Masters 50-59 Years, juga menyabet Juara 3 Men’s Bodybuilding 75Kg. Tentu menjadi prestasi luar biasa di usia Rizal yang menginjak kepala lima. Rizal tidak berprestasi sendiri. Teman-temannya di cabang olahraga yang sama meraih kesuksesan melalui ‘olah tubuhnya’. Tercatat ada Jeffry Johanis Wuaten, Juara 3 Bodybuilding Masters 40-49 Years. Mheni, Peringkat 10 Men’s Bodybuilding 80. Dody Syahputra, Peringkat 7 Athletic Physique Men Senior Up To 170 cm (+4 kg). Nasrat, Peringkat 10 Athletic Physique Men Senior Up To 180 cm (+6 kg). Eva Irawan, Peringkat 7 Model Physique Women Senior Up To 170 cm. Maria Lourdesta Febriana: Peringkat 13 Model Physique Women Senior Up To 165 cm.

[caption caption="Medali Rizal Juara 1 Bodybuilding Masters 50-59 Years. (Foto Ganendra)"]

[/caption]

Tentu prestasi yang membanggakan, bukan saja untuk Rizal, namun untuk seluruh bangsa ini. Karena dirinya, bendera merah putih berkibar di negeri orang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya-pun berkumandang, jauh disana dari tanah air. Peristiwa yang masih hangat di negeri Gajah Putih itu, namun tak banyak yang mengetahui momen berharga itu. Kenapa?

Aku langsung teringat momen masa lalu, saat melihat di televisi waktu itu. Srikandi bulutangkis Indonesia, Susi Susanti terisak menangis sambil memegang medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Dalam derai airmata bahagia, mulutnya terbata masih menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ dengan khidmatnya. Aaah, merinding dibuatnya. Rasa bangga dan bahagia menyeruak di sanubari para pemirsa. Yaaa tayangan di televisi yang sangat membekas. Tayangan wajah menangis, haru dan bahagia yang disaksikan berjuta pemirsa di tanah air. Gelombang kebanggaan pada tanah air berhasil ditularkan Susi dan kawan-kawan yang berjuang di negeri orang, Spanyol. Aku mengingatnya, sangat lekat. Dan mungkin suara yang sama saat melihat momen itu, Indonesia negeri yang hebat!

Hingga kemudian, momen special itu lama tak berulang. Tak berulang? Mungkin sudah berulang namun kita tak mengetahuinya atau .. entahlah. Dan mendengar kisah kiprah Rizal dan teman-temannya yang menekuni dunia olahraga yang dicintainya, binaraga, membuatku tercenung. Meski semestinya tak cukup kaget dengan kondisi kepengurusan olahraga yang lebih diisi hiruk pikuk pertikaian pengurusnya daripada fokus ke penggarapan, pembinaan dan prestasi. Sepakbola contoh yang paling gamblang. Dan ternyata Binaraga dibawah otoritas binaraga nasional Indonesia, Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI), menyimpan kisah memprihatinkan.

Prestasi Rizal dan kawan-kawan tersebut diraih dengan kondisi memprihatinkan. Bukan saja persiapan yang minim, namun juga nyaris tanpa dukungan apapun dari pihak pemerintah. Meski untuk ajang di Thailand itu belakangan mendapat bantuan dana dari pemerintah setelah terblowup di media. Kondisi yang sudah lama terjadi.

“Dukungan pemerintah sangat minim. Setiap mengikuti kejuaraan dunia, kami membiayai sendiri,” tutur Rizal di depan Blogger yang menemuinya di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (3/12/2015) yang lalu.

Rizal hari itu hadir didampingi oleh Indra Kemalsyah Aziz Nasution selaku manajer tim, dan dua binaragawan, Dody Syahputra, Hendra Zein, Budiarto selaku Pengurus Bidang Pertandingan Binaraga, serta seorang manager tim lainnya.

Dana minim tanpa dukungan, mencari dana sendiri yang tidak sedikit mesti dilakukan Rizal untuk mengangkat nama negeri di dunia. Meski harus merogoh kocek dalam-dalam untuk persiapannya, seperti Pelatnas yang mencapai Rp. 18 juta tiap bulannya. Padahal butuh 14 bulan untuk persiapannya!

Belum lagi saat event di Bangkok dengan tanpa dukungan pemerintah, tiap atlet harus mengeluarkan dana Rp 15 juta. Sementara timnas mengirimkan 12 atlet dan empat ofisial. Total biaya? Tinggal dikalikan saja.

“Miris. Kami membela negara, namun tak mendapat perhatian,” jelas Kemalsyah Nasution, di sela-sela perbincangan dengan Blogger pada waktu yang sama.

[caption caption="Kemalsyah Aziz Nasution selaku manajer tim Binaraga. (Foto Ganendra)"]

[/caption]

Kemalsyah yang juga pernah menjabat di PB PABBSI, dengan raut muka keprihatinan mengisahkan, bagaimana kondisi pembinaan atlet binaraga. Meski para atletnya membawa kemenangan seperti di Asian Beach Games 2008 dan 2010, namun segala pemenuhan kebutuhan dan pembinaan kurang dilirik oleh organisasi yang menanunginya.

“Binaraga terus menjadi anak tiri PB PABBSI,” katanya sedih.

Bukan tanpa alasan Kemalsyah mengatakan demikian. Kemalsyah bingung dengan PABBSI, dimana kepengurusan binaraga berada di tangan pengurus angkat besi, dan bukan mereka yang memahami seluk beluk binaraga. Apalagi ada bayangan kepentingan politis di dalamnya.

“Jabatan ini menjadi jabatan politis, bukan dari para professional,” tambahnya.

Kira-kira pesan yang tersampaikan dari Kemalsyah adalah bagaimana binaraga bisa maju di bawah kepengurusan yang tidak memahami binaraga. Dia sangat berharap ke depannya Menpora, PABBSI, dan pemerintah, lebih memperhatikan cabang olahraga yang meski kurang populer namun mampu menorehkan prestasi puncak di dunia internasional ini.

Sekarang para pengharum nama bangsa di kancah dunia dengan ‘tubuh dan otot sempurna’ ini, bagaikan anak merindukan induk. Saat kemampuan sudah di tangan, dan berharap akan dukungan untuk bangsa dan negeri yang sama-sama dijunjung dan dihormati. Namun induk yang diharapkan tak hadir. Dan seperti dituturkan Kemalsyah, mestikah dirinya membentuk induk binaraga sendiri? Induk yang benar-benar bertujuan tentang prestasi dan mengembalikan fungsi ‘power’ olahraga sebagai sarana pemersatu, persaudaraan, sportivitas, dan bukan sebagai ajang politis. Induk yang mengedepankan kepentingan negeri dibanding serakahnya dan rakusnya politisasi?

Aaah… kembali perasaan miris menyeruak.

Entah bagaimana nasib ‘otot-otot perkasa’ mereka selanjutnya. Namun yang jelas, sama seperti harapan Rizal dan kawan-kawan serta Kemalsyah, semoga aspirasi mereka selama ini didengar dan direspon sebaik-baiknya. Menpora dan para pengurus terkait semestinya turun tangan demi perbaikan dan perkembangan yang lebih baik semua cabang olahraga, khususnya di cabang binaraga ini.

[caption caption="Mereka yang berjuang di Binaraga. (Ki-Ka) Rizal, Hendra Zein, Kemalsyah, Dody Syahputra, Manager tim, Budiarto (Foto Ganendra)"]

[/caption]

Sekali lagi miris merenunginya, saat pria kelahiran Medan, 10 Juni 1965 ini, bersama reaknya Dody Syahputra, dan Hendra Zein menuturkan bagaimana prestasi di pundak dirinya dan rekan-rekannya, di bandara saja tak ada penyambutan dari induk organisasinya maupun pejabat negara. Hanya sanak keluarga yang menyambut dengan airmata bahagia. Tentu saja itu, bukan sambutan gegap gempita yang mereka minta. Rizal dan kawan-kawan cukup terhibur dengan prestasi kemenangan mengharumkan nama bangsa.

Seakan menjadi muluk, berharap airmata yang sama saat Susi Susanti melantunkan Indonesia Raya bersama jutaan rakyat Indoensia. Negara tak hadir. Publikasi di media-media tiada. Tidak terlihat tayangan di televisi, agar saudara-saudara di seluruh penjuru tanah air, bisa menatap merah putih perlahan naik ke puncak tiang dan turut menyanyikan Indonesia Raya, meski dalam hati. Tak salah, jika kita turut menangis untuk momen keperkasaan binaraga saat ini, tangis kebahagiaan, di tengahnya pilu keprihatinan, sang anak tiri. Negara, dimana kamu?

@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun