Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dibalik Kilau Emas Binaraga, Sang ‘Anak Tiri’

6 Desember 2015   21:28 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:15 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kira-kira pesan yang tersampaikan dari Kemalsyah adalah bagaimana binaraga bisa maju di bawah kepengurusan yang tidak memahami binaraga. Dia sangat berharap ke depannya Menpora, PABBSI, dan pemerintah, lebih memperhatikan cabang olahraga yang meski kurang populer namun mampu menorehkan prestasi puncak di dunia internasional ini.

Sekarang para pengharum nama bangsa di kancah dunia dengan ‘tubuh dan otot sempurna’ ini, bagaikan anak merindukan induk. Saat kemampuan sudah di tangan, dan berharap akan dukungan untuk bangsa dan negeri yang sama-sama dijunjung dan dihormati. Namun induk yang diharapkan tak hadir. Dan seperti dituturkan Kemalsyah, mestikah dirinya membentuk induk binaraga sendiri? Induk yang benar-benar bertujuan tentang prestasi dan mengembalikan fungsi ‘power’ olahraga sebagai sarana pemersatu, persaudaraan, sportivitas, dan bukan sebagai ajang politis. Induk yang mengedepankan kepentingan negeri dibanding serakahnya dan rakusnya politisasi?

Aaah… kembali perasaan miris menyeruak.

Entah bagaimana nasib ‘otot-otot perkasa’ mereka selanjutnya. Namun yang jelas, sama seperti harapan Rizal dan kawan-kawan serta Kemalsyah, semoga aspirasi mereka selama ini didengar dan direspon sebaik-baiknya. Menpora dan para pengurus terkait semestinya turun tangan demi perbaikan dan perkembangan yang lebih baik semua cabang olahraga, khususnya di cabang binaraga ini.

[caption caption="Mereka yang berjuang di Binaraga. (Ki-Ka) Rizal, Hendra Zein, Kemalsyah, Dody Syahputra, Manager tim, Budiarto (Foto Ganendra)"]

[/caption]

Sekali lagi miris merenunginya, saat pria kelahiran Medan, 10 Juni 1965 ini, bersama reaknya Dody Syahputra, dan Hendra Zein menuturkan bagaimana prestasi di pundak dirinya dan rekan-rekannya, di bandara saja tak ada penyambutan dari induk organisasinya maupun pejabat negara. Hanya sanak keluarga yang menyambut dengan airmata bahagia. Tentu saja itu, bukan sambutan gegap gempita yang mereka minta. Rizal dan kawan-kawan cukup terhibur dengan prestasi kemenangan mengharumkan nama bangsa.

Seakan menjadi muluk, berharap airmata yang sama saat Susi Susanti melantunkan Indonesia Raya bersama jutaan rakyat Indoensia. Negara tak hadir. Publikasi di media-media tiada. Tidak terlihat tayangan di televisi, agar saudara-saudara di seluruh penjuru tanah air, bisa menatap merah putih perlahan naik ke puncak tiang dan turut menyanyikan Indonesia Raya, meski dalam hati. Tak salah, jika kita turut menangis untuk momen keperkasaan binaraga saat ini, tangis kebahagiaan, di tengahnya pilu keprihatinan, sang anak tiri. Negara, dimana kamu?

@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun