Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(MPC) Rahasia ‘Membingkai Rasa’ dengan Kamera Smartphone

20 Oktober 2015   20:26 Diperbarui: 20 Oktober 2015   23:03 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itu pertanyaan krusial yang diajukan Om Didiet. Ya iya, harus mengetahui dulu, kenapa kita mau buat/ jepret foto. Apa peruntukkannya. Aku nangkepnya sih karena setiap foto yang dijepret harus sesuai dengan foto yang dibuat akan digunakan untuk apa saja. beda tujuan maka beda pula ‘style’ fotonya. Bener gak om? Awasss kalau ndak bener hahaaa.

Menurut Om Didiet, kebutuhan foto dibuat beragam, macam-macamlah. Laah apa saja sih? Umumnya untuk foto professional, dibuat untuk promosi baik itu restoran, warung makan, rumah makan dan semacamnya. Promosi itu bisa dalam bentuk iklan, banner, billboard dan lain-lain. Tentu promosi tempat makan mesti ada foto makanannya dong, untuk mempertegas dan memperjelas agar orang-orang yang melihatnya segera nangkep maksud iklan bersangkutan. Tanpa foto bisa juga sih, namun iklan tak cukup kuat dan meyakinkan alias kurang menarik.

Sedangkan kalau foto pribadi, yaaa kepentingannya untuk pribadi juga sih, misalnya buat postingan di blog, media sosial, website, buku dan lain-lain. Kalau yang ini mah aku banget. secara aku demen pameran foto dalam setiap postingan blog. Soalnya membantu banget dalam penjelasan yang terkandung dalam teks tulisan. Foto membantu mengajak bicara dan menjelaskan. Tanpa foto, buatku suatu tulisan berasa ‘garing’ kek gurun sahara… minimalis hehe.. Yaa gak siihhh?

Nah pembuat foto pun dibedakan antara Profesional dan pribadi. Biasanya yang disebut professional pakai DSLR dan lighting professional. Kayak om Didiet tuh, fotografer professional. Dukungan peralatan juga lebih lengkap. Satunya lagi adalah foto ptibadi, biasanya menggunakan ponsel/ smarphone/ semacamnya dan alat bantu. Alat bantunya meliputi pencahayaan. Sederhana saja misalnya dalam memotret makanan, perhatikan pencahayaan, jangan ada bayangan gelap di obyek. Caranya salah satu disarankan Om Didiet pake lampu senter!!

Nah selanjutnya mari kita mulai mengetahui seluk beluk memotret makanan. ketahui dulu unsure-unsur apa saja yang dipotret dalam ‘membingkai rasa’ dengan memotret makanan. Ada unsure makanan, aksesoris penunjang dan cahaya.

Makanan itu sendiri

Makanan mengandung unsur, bentuk, warna, cita rasa, tata penyajian dan cara menyantapnya. Jadi kita bisa memotret dengan mengambil bentuk, juga warna, mengeksplore citarasanya agar seakan-akan yang melihat sanggup merasakan makanan tersebut, atur sajian makanan sedemikian rupa agar terlihat menarik serta bisa juga memotret dari sudut cara menyantap.

“Kenali, rasakan dan cintai,” kata-kata mantra Om Didiet.

Aksesoris Penunjang

Aksesoris Penunjang misalnya sendok, gelas, garpu, pisau dan lain-lain. Bagaimana memaksimalkan deretan aksesoris itu untuk mendukung obyek utama.

Cahaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun