Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Traveler Madyanger Fiksianer #MuseumLover

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger #MuseumLover email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bumi Gerah

31 Maret 2014   22:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

***

resah gelisah sang dewa mentari gundah termenung di siang bolong dunia yang dikuasai tanpa hirau penghujan yang menyemangati kala sinarnya menyakiti tiada berbias cahaya indah pelangi

gerah menyengat terik membakar

tak hendak sinar kehidupan menghancurkan tak inginkan nafas nafas berpeluh dalam penderitaan tak harap kulit tunas layu menghitam tanpa harapan hingga dahaga makhluk, kering kerontang menyakitkan bermurung durja kala doa terpanjatkan

"mentari masihkah tersisa cinta? untuk penikmat hangat cahaya menghidupi segala makhluk dunia tanpa beda, semua sama?"

tidak! tidak akan! cinta tak berbatas perjalanan ber-adaku tiada halang ban cinde ban siladan cintaku adalah sejati murni kekal jelmaan Ilahi hingga akhir nanti

asal diri dicintai sepenuh hati makhluk penghuni bumi lepaskan segala perusak alam satu ikat nafas tali pada perilaku berbudi bagi semesta pada efek rumah kaca pada pemanasan global yang menerpa pada resah atmosfir oleh karbon dioksida

manusia jaga aktivitasmu jaga perilaku jaga bumi satu

***

Jogjakarta - 31 Maret 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun