Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Traveler Madyanger Fiksianer #MuseumLover

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger #MuseumLover email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Air Mata Mata Air (2)

26 April 2015   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430057221835264717

***

airmataku
mengalir menganak sungai
membenamkan bunga-bunga indah kehidupan
di pelupuk mekar anak-anak bunga negeri
di rahim-rahim kesalahan yang tersadari
dan di benak-benak sombong jiwa tak peduli

airmataku
membawa pedang-pedang tajam
merobek harapan yang dirajut pedih kelam
membunuh kehidupan perlahan saat terabaikan
bersama keringat deras sang dewi hujan
yang lama tak terpedulikan

airmataku
menggenang di paras menguning sawah padi
menyapu sudut kota yang lama alpa
mencoreng tubuhku dengan tinja kesewenangan
merajam kulit dengan tato-tato sampah berserakan

airmataku
kering bersama mata air
saat kau rancah sirkulasi tubuhku
kau nodai sejati aliran butiran air nafas panjangku
kau cabut hijau batang-batang teduhku
dan deras airmataku, mengalir bersama mata air yang terbunuh
oleh tangan-tanganmu
yang mencekik leher rumah-rumahku
di laut
di udara
di tanah
dan di sisa kehidupan mautmu

***

Air adalah sumber Kehidupan. Cintai air dengan peduli terhadap sistem alami sirkulasi.

Bogor - 26 April 2015

@rahabganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun