Mohon tunggu...
Ragil Yunansyahtika
Ragil Yunansyahtika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Baca

Menyukai bacaan sejarah, psikologi, dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Orang Dewasa terhadap Bacaan Anak

7 April 2023   17:05 Diperbarui: 7 April 2023   17:16 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku The Cat In The Hat karya Dr. Seuss. Sumber Gambar: https://www.goodreads.com/book/show/233093.The_Cat_in_the_Hat

Apa jadinya jika orang dewasa membaca buku anak? 

Saat membaca karya sastra para pembaca akan menginterpretasikan cerita yang disuguhkan berdasarkan perspektif masing-masing. Dalam buku bacaan anak-anak, tentu pesan yang hendak disampaikan kepada target pembacanya yaitu anak-anak hanya bersifat informasi kecil, maupun hiburan untuk merangsang kreativitas anak. Berbeda jika orang dewasa yang membaca buku anak-anak tersebut. Orang dewasa yang penulis maksud adalah sosok yang mampu berpikir lebih kritis, memiliki pandangan yang jauh kedepan, dan mampu menggunakan penalaran yang baik dalam menginterpretasikan karya sastra. Hal ini berlaku demikian dengan karya sastra lain seperti film. 

Cinderella Mengepel Lantai. Sumber Gambar: Tangkapan layar dari https://www.youtube.com/watch?v=5fIpf9_-3i8
Cinderella Mengepel Lantai. Sumber Gambar: Tangkapan layar dari https://www.youtube.com/watch?v=5fIpf9_-3i8

Contohnya, saat kita menonton film Cinderella, anak-anak akan berpendapat bahwa film itu mengajarkan untuk tidak berbuat jahat dengan orang lain. Pandangan orang dewasa tentu akan lebih luas dan kritis, film atau cerita Cinderella mengandung isu feminism misalnya, karena Cindrella hanya menjadi perempuan yang bekerja di sektor domestik, yaitu mencuci, beres-beres rumah, dan memasak. Bahkan, untuk terbebas dari penderitaan, Cinderella membutuhkan sosok laki-laki seorang "pangeran" penyelamat hidupnya untuk hidup bahagia. Hal ini menyiratkan bahwa laki-laki adalah sosok penyelamat dan sumber kebahagian perempuan. Karya sasta lainnya yang dapat dibahas seperti dalam buku "The Cat In the Hat" karya Dr. Seuss yang memberikan perbedaan pandangan serupa, yaitu pandangan anak-anak dengan pandangan orang dewasa yang akan dibahas di bawah ini. Buku ini juga sudah diadaptasikan ke dalam film, sehingga jika tertarik dengan ceritanya bisa menonton filmnya.

Sinopsis buku The Cat in The Hat karya Dr. Seuss

Cerita dimulai dengan menceritakan dua anak bersaudara yang sedang duduk merenung di depan jendela menatap ke luar yang sedang hujan deras. Tiba-tiba datang seekor kucing yang menggunakan topi. Anehnya, kucing bertopi datang untuk menghibur anak-anak tersebut yang sedang bosan karena hujan lebat. Kucing itu mencoba untuk melakukan sedikit pertunjukan sulap, tetapi anak-anak tidak terlalu terkesan. Kucing itu tidak menyerah dan semakin sering melakukan pertunjukan sulap, tetapi yang dilakukan kucing hanyalah mengacaukan seluruh rumah. Hingga akhirnya sosok Ikan yang merupakan hewan peliharaan anak-anak tersebut berbicara dan memberi nasihat kepada anak-anak untuk membersihkan rumah sebelum ibu mereka pulang ke rumah. Anak-anak meminta kucing untuk menghentikan pertunjukan sulap dan meminta Kucing tersebut untuk meninggalkan rumah mereka. Hingga akhirnya Kucing itu berhenti memainkan sulapnya dan memulai untuk membantu anak-anak membersihkan rumah sebelum ibu anak-anak itu pulang ke rumah. Pada karya sastra anak The Cat In The Hat karya Dr. Seuss yang telah penulis ceritakan secara singkat tersebut akan penulis analisis berdasarkan perspektif anak dan perspektif orang dewasa dalam menginterpretasikannya.

Pertama, perspektif anak-anak berdasarkan pendapat penulis. Pesan moral yang dapat diambil oleh anak-anak adalah tentang kedisiplinan. Anak-anak dianjurkan jika selesai bermain dengan mainannya harus membereskan kembali mainannya untuk melatih kedisiplinannya. "I always pick up all my playthings (Saya selalu mengemasi semua mainan saya)" (Dr. Seuss, 1957, hlm. 57). Baris ini secara langsung memberitahu pembaca anak-anak, untuk membereskan kekacauan, memungut mainan, dan meletakkannya kembali pada tempatnya setelah selesai bermain. Setelah anak bermain dengan mainannya, sebaiknya dirapikan kembali untuk melatih kedisiplinannya. Dalam kutipan tersebut dan analisisnya, kebanyakan anak kecil akan menginterpretasikan karya sastra anak "The Cat in The Hat" seperti penjabaran di atas.

Kedua, perspektif orang dewasa tentang "The Cat In The Hat" merujuk pada isu yang dibahas dalam buku tersebut, dapat diambil isu yang membicarakan tentang gangguan kejiwaan. Anak-anak dalam cerita tersebut secara pandangan orang dewasa dapat dikatakan bahwa mereka menderita gangguan jiwa berat, yaitu skizofrenia. "Halusinasi, orang dengan skizofrenia mungkin mendengar, melihat, mencium, atau merasakan hal-hal yang tidak dilakukan orang lain" (WebMD, 2020, para.6). Buku tersebut menceritakan beberapa hal yang menunjukkan anak-anak sebagai karakter memiliki gejala skizofrenia. "Then our fish said, LOOK! LOOK (Kemudian ikan kita berkata, LIHAT! LIHAT)" (Dr. Seuss, 1957, hlm. 47). Melalui kutipan yang diambil dari buku tersebut, anak-anak tersebut mengatakan bahwa ikan peliharan mereka dapat berbicara. Hal tentu bertentangan dengan akal sehat manusia biasa, sangat tidak mungkin ikan dapat berbicara dengan manusia. Analisis ini menunjukan bahwa anak-anak dalam cerita tersebut berhalusinasi, seolah-olah ikan peliharaan mereka dapat berbicara dengan mereka. Pada kenyataannya, kita tidak dapat berkomunikasi dengan hewan dan kita tidak dapat memahami satu sama lain dengan berbicara. Dalam ceritanya, anak-anak dapat berbicara dan memahami apa yang dikatakan oleh hewan peliharaan mereka. Contoh nyata lain adalah saat karakter si Kucing masuk kerumah lalu menunjukan keahlian sulap yang dimiliki si kucing kepada anak-anak tersebut. Ini adalah bukti bahwa anak-anak dalam cerita tersebut memiliki gejala gangguan jiwa berat yaitu, skizofrenia. Begitulah analisis sudut pandang orang dewasa dalam karya sastra berjudul "The Cat In the Hat" karya Dr. Seuss.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa cara pandang anak-anak dengan orang dewasa sangat berbeda demikian juga dalam buku The Cat In The Hat memberikan pesan moral berupa anjuran agar anak disiplin dengan cara membersihkan mainan setelah digunakan. Sementara itu, perspektif orang dewasa memberi tahu pembaca bahwa anak-anak sebagai tokoh dalam cerita tersebut memiliki indikasi bahwa anak-anak tersebut menderita gangguan jiwa berat.

Tulisan di atas merupakan hasil analisis sendiri, tidak ada niatan untuk menghakimi secara sepihak untuk menjatuhkan maupun memberi citra buruk kepada karya sastra yang dibahas maupun penyesatan pikiran kepada pembaca tulisan ini. Pesan yang hendak disampaikan adalah terkait berpikir kritis, menganalisis, dan menghargai perbedaan pandangan, entah itu berupa interpretasi dalam menilai, menganalisis, dan mengkritisi karya sastra, maupun di luar konteks yang telah penulis jabarkan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun