Mohon tunggu...
Ragil Kuning
Ragil Kuning Mohon Tunggu... -

Wanita sederhana yang selalu ingin belajar, belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Raga yang Terpasung

17 November 2011   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Termangu aku duduk di sudut ruang

Gelap dan pengap..

Ragaku teronggok terabaikan

Tak selarik sinarpun menerobos ke dalam.

Ingin rasanya berlari

Menari-nari di ujung senja

Menebar senyum ke penghujung dunia

Bermain di bawah rinai hujan

Memetik warna-warni bunga yang menggoda mata



Aku rindu belai itu..

Lembut jemarinya menyisir anak rambutku

Kokoh pundaknya menjadi sandaranku

Bidang dadanya menjadi tumpahan tangisku

Aku senang mendengarkan detak jantungnya

Saat ku rebahkan kepala di dadanya.

Namun....

Akulah jiwa yang tersakiti itu

Remuk redam hati ini

Tercabik berkeping-keping

Berdarah dan perih di setiap sisinya



Aku diam saat dia berlalu..

Sejuta harapan terbawa pergi

Tak kan ada lagi belai mesra itu..

Tak ada lagi dada bidang tempatku bersandar

Semua sudah berpindah hati..

Dan aku di sini, hanya bisa meringkuk sepi..

Ditemani derit ranjang besi..

Terbelenggu dalam gelap yang pekat

Raga dan jiwaku sudah mati

Terpasung kayu jati

Dan merekapun memanggilku “Gelo”

***Gelo (bahasa Sunda) = Gila

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun