Mohon tunggu...
raga
raga Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai! aku raga aku mahasiswa uin sarif hidayatullah jakarta hobi aku main bola makanan kesuaanku yg enak aja, moto aku beraniberubah untuk satu langkah kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tafsiran ayat, pembagia, ayat bahan bakar api neraka

8 Oktober 2025   18:04 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto mahasiswa - Search 
foto mahasiswa - Search 
foto santri - Search 
foto santri - Search 

Kajian rutin yg di adakan di ponpes Darul akhyar bukan hanya  di ikuti santri lokal saja tetapi, masyarakat luarpun ikut dalam kajian tersebut biasanya di kenal didalam atad istiadat pondok pesantren, khususnya pondok kitab yg biasa di dengar dengan sebutan sorogan dimana kiyai (pemateri) membaca dan para jamahnya, memaknai apa yg di bacakan. pada kajian yg di adakan sabtu tanggal 4 oktober 2025, Dr. K.H Syamsul yakin M.A selaku pimpinan pondok pesantren darul akhyar mengkaji kitab tafsir jalalain, kitab ini seing dikaji pada umumnya, sebagaisarana awal memahami isi teks Al-Qur'an.

       pada saat kajian ada beberapa pembahasan ygdi bahas, disini saya ingin menguraikan pembahasan dan penjelasanya sebagai berikut.

 1. landasan ilahi: Tafsir surah Al-jinn 13-14

 

"Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Maka barangsiapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu ia takut rugi atau berdosa."Al-jinn ayat 13

Ayat ini menjelaskan ketika jin-jin  mendengar Al-Qur'an yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, mereka langsung beriman kepadanya serta mengakui bahwa Al-Qur'an itu dari Allah.
Menurut Qatadah, ayat ini memiliki pengertian bahwa barang siapa beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang dibawa oleh para rasul, tidak ada kekhawatiran baginya tentang pengurangan pahala kebajikannya dan tidak ada pula dosa orang lain yang harus dipertanggungjawabkannya. Ia akan menerima pahala amal baik sepenuhnya tanpa pengurangan sedikit pun.Pengertian lafadz alhuda dalam konteks Al-Qur'an dan As-Sunnah

Dalam konteks Al-Qur'an: Al-Huda sering disebut sebagai nama lain Al-Qur'an (misalnya dalam Q.S. Al-Baqarah: Hudallil Muttaqin "petunjuk bagi orang-orang bertakwa").

Segangkan dalam konteks As-Sunnah: Secara hakikat, Al-Huda merujuk pada Islam dan kebenaran secara keseluruhan. Karena fungsi utama Nabi Muhammad adalah menjelaskan dan mempraktikkan Al-Qur'an, maka As-Sunnah (perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi) adalah penjelasan praktis dari Al-Huda yang terkandung dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, petunjuk sempurna (Al-Huda) yang wajib diikuti oleh umat Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah secara terpadu, sebagaimana disabdakan Nabi, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang teguh pada keduanya: Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasul-Nya."

"Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (QS. Al-Jinn ayat 14)"

Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa di antara jin-jin itu ada yang beriman menaati Allah, khusyuk dan ikhlas, serta beramal saleh. Ada pula di antara mereka yang berpaling dari ajaran yang benar. Oleh karena itu, barang siapa yang beriman kepada Allah dan menaati-Nya, sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan. Hal itu juga berarti bahwa ia telah melakukan sesuatu yang menyelamatkannya dari siksa neraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun