Mohon tunggu...
Rafi Ramadhan
Rafi Ramadhan Mohon Tunggu... Jurnalis - Student, Blogger, Journalist

catch your dream, make them happen. Homo Jakartanesis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita dan Budaya "Mendoro-ndoro"kan Senior

15 Agustus 2021   21:55 Diperbarui: 15 Agustus 2021   22:09 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang asisten rumah tangga zaman kolonial Belanda (kanan bawah) berfoto bersama ndoro-nya 'majikan'. Foto: Koninklijk Instituut voor de Tropen

Sepertinya prinsip egaliter kurang tumbuh subur di sekitar kita. Sikap sadar akan kesetaraan dan rendah hati masih sulit untuk dilakukan. Melanggengkan "senioritas" dilakukannya dengan tak berdosa. Biasanya seorang senior tersebut menolak mentah-mentah kata "senioritas". Namun, tindakannya jelas tidak egaliter.

Menulis tulisan ini tentunya bukan menjadi seorang yang melawan "kesopanan". Namun, bisakah kolaborasi terwujud oleh senior dan junior? Tentunya sangat bisa. Akan tetapi, orientasi budaya kita di Indonesia nyatanya belum ramah akan hal itu.

Pikiran saya terus berlari. Nilai kesopanan akan berjalan berdampingan dengan kolaborasi. Tak ada lagi budaya "mendoro-ndoro"kan senior di depan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun