Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng Sebelum Tidur

29 Mei 2019   01:07 Diperbarui: 29 Mei 2019   01:11 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

""Apa kita akan berjumpa lagi?, semoga kita tak bertemu hanya karena aku membutuhkan pengobatan saja ya"",

""Tentu saja tidak, kau bisa menemuiku kapan saja Red"".

"Pertemuan yang mengesankan Red lecewing dan membuatnya ingin menemui Firda lagi. Di atas gladak aktivitas masih sibuk, walau hanya tinggal sisa-sisa saja. Para awak dengan sisa tenaga, membenahi beberapa kayu yang patah dan beberapa awak kapal yang terluka mulai memperoleh perawatan. Aktivitas di kapal berubah menjadi hiruk pikuk medis",  

Masih di awal isi buku, terlihat anak perempuannya mulai beberapa kali menguap, matanya juga mulai redup. Gerimis di luar masih bertahan, membuat malam menjadi lebih dingin dari biasanya. Ia berencana melanjutkan cerita itu di keesokan hari saja, pikir sang Ayah.

"Sayang, kita lanjutkan besok lagi ya ceritanya, sekarang tidurlah, besok Ayah akan lanjutkan",

"Benar ya Ayah, aku akan penasaran dengan Red Lecewing dan Firda,apa mereka akan bisa bertemu lagi atau tidak, aku harap mereka bisa bertemu lagi ya Yah", suara sang putri mulai sangat pelan namun masih berusaha mengucapkan yang diinginkan.

"Tentu saja sayang, besok Ayah bacakan lagi, kita akan tahu apakah kapal dengan susunan kupu-kupu itu dapat bertemu daratan yang mereka impikan, sekarang kau tidur ya, esok harus sekolah", sang Ayah mengecup kening putrinya, tersenyum dan membenahi selimut yang sempat tersingkap.

"Selamat tidur sayang".   

*******

Setelah hari itu tak pernah lagi sang ayah melanjutkan cerita untuk putrinya, walau selalu ditagih. Kesibukan pekerjaan yang hampir membuat mereka jarang bertemu dan melewatkan waktu bersama.

Anak perempuannya mulai bosan dan akhirnya berhenti berharap bahwa Ayahnya akan menepati janji. Hingga setahun berlalu, rupanya sang Ayah memang benar-benar lupa akan janjinya, bisa saja anak perempuan semata wayang itu membuka dan membaca sendiri isi buku itu, namun enggan saja melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun