Mohon tunggu...
A. Rafika
A. Rafika Mohon Tunggu... Penulis - a lifelong learner

kita bertemu lagi, akhirnya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Senjata Nuklir: Instrumen Efektif Perdamaian dan Keamanan?

1 Desember 2021   21:19 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:01 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman nuklir begitu nyata dan menyasar aspek multidimensial, tidak hanya merusak yang tampak, lebih dari itu radiasi nuklir dapat menyasar hal-hal yang tersembunyi di dalam tubuh korbannya, mengganggu kesehatan fisik hingga mental, merusak DNA, mengganggu tumbuh kembang, memicu kanker hingga menyebabkan kematian. Nuklir juga menjadi ancaman bagi keselamatan manusia secara berkelanjutan, tidak hanya pada generasi yang terpapar langsung, tapi juga generasi-generasi yang akan datang.

Bukti nyata dari dampak senjata nuklir dapat terlihat jelas dari hasil ledakan bom atom Hiroshima dan Nagasaki, yang menyebabkan kerusakan parah dari segi bangunan dan fasilitas, memberi trauma mendalam bagi korban yang selamat, juga menghadirkan penyakit kronis berkepanjangan.

Selain memberi dampak jangka panjang kepada umat manusia maupun lingkungan alam, ironisnya senjata ini jadi satu-satunya senjata pemusnah massal yang paling tidak manusiawi, tetapi memiliki status legal sampai kemudian diadopsinya TPNW (Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapon) sebagai Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir pada 2017 (IIS UGM, 2021).

Dengan pertimbangan berbagai kerugian di atas, hadirnya senjata nuklir tentu menimbulkan dilema bagi umat manusia. 

Di satu sisi, ada pandangan kuat bahwa keberadaan dan eksistensi senjata nuklir harus tetap dipertahankan. Sebab manusia tidak punya pilihan lain selain 'hidup dengan senjata nuklir'. Lagi pula, bukankah manusia selalu hidup dikelilingi berbagai senjata? Dan bukankah manusia secara lahiriah memperjuangkan keamanan, khususnya keamanan nasionalnya lewat kepemilikan dan pemanfaatan senjata konvensional atau non-nuklir?

Namun di sisi lain, sebenarnya tidak akan pernah ada keamanan yang berlangsung lama, kecuali kita 'hidup tanpa senjata nuklir'. Sehingga tidak ada pilihan lain selain mewujudkan perlucutan senjata nuklir secara universal dan permanen dari muka bumi ini.


Sebab semakin lama senjata nuklir itu ada, maka semakin besar pula kemungkinan penggunaannya, dan semakin besar lagi kemungkinan terjadinya perang nuklir yang tidak di inginkan.

Jadi bagaimana mungkin senjata nuklir mampu meningkatkan keamanan, jika pada akhirnya perang nuklir tetap menjadi bayang-bayang ancaman.

Sehingga muncul skenario baru, bahwa keamanan sangat mungkin akan terjadi di dunia, jika tanpa adanya senjata semacam itu.

Maka kita perlu meninjau kembali, mengapa keamanan di era nuklir hanya mungkin terjadi tanpa adanya senjata semacam itu. Kita perlu memahami lagi, perbedaan mendasar antara senjata konvensional dan senjata nuklir.

Dimana dengan senjata konvensional, negara dapat menggunakannya sebagai basis perlindungan yang aman bagi negaranya. Tetapi hal ini tidak berlaku dengan senjata nuklir. Negara tidak dapat menggunakan senjata nuklir untuk melindungi diri sekaligus mencapai keamanan. Negara hanya dapat berharap, bahwa kepemilikian senjata nuklir dapat memberikan rasa takut bagi lawan yang sama-sama memiliki senjata nuklir, untuk kemudian tidak menggunakan senjatanya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun