Mohon tunggu...
A. Rafika
A. Rafika Mohon Tunggu... Penulis - a lifelong learner

kita bertemu lagi, akhirnya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Senjata Nuklir: Instrumen Efektif Perdamaian dan Keamanan?

1 Desember 2021   21:19 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:01 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : wallpapertag.com

Hal ini berkaitan dengan logika universal senjata nuklir, yakni logic of deterrence. Sebuah strategi untuk melawan musuh, sekaligus menghindari perang. Bagaimana kemudian suatu negara dapat memanfaatkan senjata nuklir sebagai strategi mencegah negara lain melakukan berbagai intervensi dan ancaman, melalui pengembangan nuklir di negaranya. 

Adanya logika mengenai deterrence, menjadikan negara menahan diri untuk melakukan serangan terlebih dahulu, dengan merujuk pada kekhawatiran akan balasan lawan yang lebih besar dari apa yang sudah-sudah, atau kekhawatiran lain akan serangan yang mampu jadi bumerang kehancuran bersama. 

Sehingga melalui logika deterrence, senjata nuklir dianggap dapat mengurangi secara signifikan dorongan negara-negara yang memiliki ataupun mengembangkan senjata nuklir untuk memecah perang. Dimana di sisi lain, ketiadaan perang jadi definisi yang sempit dari perdamaian dunia.

Tidak pernah lagi digunakannya senjata nuklir secara terbuka pasca dijatuhkan pada 1945, tidak serta merta jadi pertanda optimis bahwa dorongan penggunaan senjata nuklir ini hilang dari peradaban. Apalagi pengembangannya yang besar-besaran dan uji cobanya yang gila-gilaan, apa mungkin negara yang memiliki senjata nuklir tidak tertarik menggunakannya tanpa embel-embel 'penggunaan nuklir dengan tujuan damai'? 

Berdasarkan studi Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tepatnya di awal tahun 2021, tercatat ada sekitar 13.080 senjata nuklir yang tersebar di dunia. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari kepemilikan senjata nuklir oleh 9 negara, lima diantaranya merupakan negara anggota tetap DK PBB sekaligus negara yang memiliki senjata nuklir secara sah (nuclear weapon states), sedangkan empat negara lainnya yakni India, Israel, Pakistan dan Korea Utara sebagai pemegang senjata nuklir tidak sah (states with nuclear weapons) (SIPRI, 2021).

Sehingga bisa  dipastikan dengan jumlah senjata yang tidak sedikit ini, dalam kurun waktu 76 tahun sejak 1945 pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dunia tetap berada di bawah bayang-bayang ancaman senjata nuklir yang kapan saja bisa pecah menjadi perang nuklir.

Ditambah lagi, beberapa tahun belakangan sikap saling ancam perihal nuklir datang dari Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump, dimana hal ini menggambarkan dengan nyata bahwa penggunaan senjata nuklir akan tetap jadi pilihan yang terbuka untuk digunakan oleh negara yang memiliki dan mengembangkannya (CNN, 2018).

Klaim Kedua: Senjata Nuklir sebagai Instrumen Keamanan

Pemikiran kedua yang mengasumsikan senjata nuklir dapat meminimalisir kemungkinan perang agaknya terdengar lebih memiliki peluang untuk terjadi, sebab hal ini dibenarkan lewat konsep balance of terror ataupun konsep deterrence yang mengupayakan keseimbangan dalam keamanan dunia. Sehingga pada praktiknya, nuklir masih dianggap bagian penting dari strategi pertahanan bagi negara-negara yang memiliki senjata nuklir.

Namun sebenarnya, pemikiran deterrence yang dijadikan pijakan dalam mengembangkan nuklir tak ubah hanyalah retorika belaka. Sebagai alat pembenaran akan kepemilikan, pengembangan, dan juga penyebaran senjata nuklir oleh suatu negara— dengan dalih menjaga keamanan nasional.

Saya tidak mengatakan hal ini salah, sebab negara selalu punya pembenaran atas apapun yang ia lakukan demi kepentingan nasionalnya. Terlepas dari dunia luar yang memandang kejam hal tersebut.

Jadi, benarkah senjata nuklir mampu meningkatkan keamanan?

Jika ditelisik lebih jauh, fakta berkata sebaliknya. Alih-alih meningkatkan keamanan, keberadaan senjata nuklir malah menimbulkan rasa ketidakamanan yang jauh lebih besar bagi kebanyakan umat manusia. Dimana penggunaan senjata nuklir, terlepas dari tujuan damai ataupun tidak, akan tetap berdampak buruk tidak hanya kepada negara-negara yang terlibat perang, tapi juga seluruh aspek kehidupan negara-negara di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun