Secara historis, kajian hadits di Indonesia dimulai dengan kitab-kitab sederhana, seperti Matn al-Arba'in al-Nawawiyah (m. 676H) dan terminologinya oleh Imam al-Nawawi (Imam al-Nawawi), dan Ibn Hajar al- ' Asqalani (m. 676H) Bulugh al-Maram. 852H). Ilmu hadits adalah "Matn al Baiquniyyah" oleh al-Suyuti (M. 911 H), H.M. Termat al-Muhadditsin. Arsyad Thalib Lubis (sekitar 1972M) dan Ilmu Mustalah al-Hadits Mahmud Yunus (sekitar 1982M). Buku-buku tersebut diajarkan di berbagai pesantren dan pesantren di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
M. Isa Anshari, "Manefesto Perjuangan PERSIS", (Bandung: Pimpinan Pusat PERSIS, 1958). Hal. 6. (1)
Harun Nasution, "Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan", (Jakarta: Bulan Bintang, 1992). Hal. 9. (2)
Subhi al Sahih, "Ulum al Hadits wa Mustalah", Beirut: Dar al Ilm al Malayin, 1997. Hal. 3 (4)
Ali Mustafa Yaqub, "Cara Benar Memahami Hadits", Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016. Hal. 6 (3)
Buku:
Khaeruman Badri, "Islam ideologis: perspektif pemikiran dan peran pembaruan PERSIS", Jakarta: Misaka Galiza, 2005. Hal. 141. (5)
Howard M. Federspiel, "Persatuan Islam: Islamic reform in twentieth century Indonesia", Jakarta: Kuala Lumpur: Equinox Publishing, 2009. Hal. 50. (6)
Bisri Afandi, "Syekh Ahmad Surkati (1874-1943): Pembaharuan dan Pemurni Islam di Indonesia", Jakarta: Pustaka al Kausar, 1999. Hal. 93. (7)