Mohon tunggu...
Rafida Ilma N.
Rafida Ilma N. Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Kecerdasan Emosional Anak

23 Januari 2021   22:18 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:23 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang sangatlah cepat mengingat hasil dari perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Kita tidak bisa membendung atau menghambat kemajuan teknologi yang ada sehingga kita diharuskan untuk hidup berdampingan dengan kemajuan tersebut. Kemajuan teknologi informasi digunakan untuk menyelesaikan permasalahan manusia mulai dari edukasi, pengetahuan, kesehatan, maupun pekerjaan. Sehingga setiap aspek pada kehidupan akan mengalami perubahan pola dan manusia tidak dilepaskan dari teknologi.

Kemajuan teknologi yang memberikan ruang-ruang baru dalam segala aspek memberikan dampak bagi kehidupan manusia, dampak yang diberikan bisa menjadi positif dan bisa menjadi negatif tergantung bagaimana manusia itu sendiri menggunakan teknologi.  Pada industri 4.0 kegiatan masunia hampir seluruhnya sudah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan teknologi itu sendiri tidak hanya digunakan untuk orang-orang yang berkepentingan tapi sekarang teknologi dapat digunakan oleh segala umur mulai dari orang yang dewasa hingga anak-anak yang mungkin hanya menggunakan teknologi berupa media social dan game. Perlunya pengawasan orang dewasa maupun orang tua saat mendampingi anak-anak dalam melakukan kegiatan merupakan salah satu yang bisa dilakukan supaya anak tidak melewati batas ataupun mengakses sesuatu yang belum sesuai dengan umurnya. Dengan adanya perkembangan teknologi beriringan juga dengan berubahnya nilai-nilai  cara mendidik anak, apabila orang tua memaksakan anaknya untuk di didik sesuai dengan jaman mereka yang mungkin kemajuan teknologi belum se-luas sekarang anak-anak yang mereka di didik akan merasa tertekan, maka orang tua harus mencari solusi dengan berkomunikasi secara efektif kepada anak sehingga anak akan lebih mengerti dan memahami bagaimana dampak yang diberikan oleh perkembangan teknologi dan bagaimana cara menggunakannya secara baik sesuai dengan umur pada anak.

Anak secara tidak langsung merupakan aset sebuah Negara, maksutnya adalah masa depan dan nasib sebuah bangsa akan dipegang oleh anak-anak dan generasi selanjutnya. Menurut  Goleman (1995) menyatakan bahwa 80% penyebab kesuksesan anak disumbangkan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi cenderung lebih percaya diri, merasa lebih bahagia, populer dan sukses di sekolah. Anak dengan kecerdasan emosional yang tinggi lebih mampu menguasai emosinya sehingga dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, memiliki kemampuan mengelola stres dan memiliki kesehatan mental yang baik. Sisi positif yang diberikan dari kecerdasan emosional pada anak akan meningkatkan prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik serta baik dalam menjalin relasi di lingkungan sosialnya.

Kecerdasan emosial menurut Martin (2003) adalah kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang. Beriringan dengan itu Goleman (2002) menyatakan bahawa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dulewicz dan Higgs (1998) dalam melakukan analisis isi terhadap tujuh penulis masalah kecerdasan emosional. Merekamenemukan tujuh elemen utama:

1. Penyadaran diri (self awareness);

2. Manajemen emosi (emotional management)

3. Motivasi diri (self motivation);

4. Empati (empathy);

5. Mengelola hubungan (handling relationship)

6. Komunikasi interpersonal (interpersonal

communication); dan

7. Gaya pribadi (personal style).

Kecerdasan emosional tidak sebatas hanya memiliki rasa dan empati tapi kecerdasan emosional mengharuskan untuk belajar mengakui serta menghargai perasaan , pada diri sendiri dan orang lain, serta memberikan tanggapan yang tepat, menerapkannya dengan baik dan efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan emosional bisa dipengaruhi beberapa faktor seperti kondisi lingkungan dan kebiasaan. Kecerdasan emosional anak bisa dilihat dan dilatih sejak usia dini, salah satunya dengan bermain. Survey kompas (21/02/2014 : 35) menunjukkan bahwa 64,5 % anak-anak menyukai permainan modern, sedangkan hanya 33,3 % menyukai permainan tradisional. Dari survey ini dapat dilihat bahwa memang permainan modern memiliki peminat yang lebih tinggi daripada permainan tradisional. Berbagai permainan teknologi digital seperti playstation, video games, dan game online yang dihasilkan oleh budaya industri modern saat ini tanpa sadar telah menggiring anak-anak menjadi sosok individualis dan agresif. Granic dkk (2013) menyatakan bahwa meskipun anak-anak yang bermain video games tidak terisolasi secara sosial, namun "gaming" membawa efek psikologis yang negatif seperti meningkatkan kekerasan, ketergantungan dan dapat menyebabkan depresi pada anak.

Dari penelitian dari jurnal yang berjudul Pengaruh Mendongeng Sambil Bermain Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 8-11 Tahun Di Sd Negeri 8 Dauh Puri Denpasar yang dilakukan oleh Ni Luh Mirah Laksmi Dewi dan I Made Rustika pada tahun 2017 menemukan bahwa aktivitas mendongeng sambil bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk melatih kecerdasan emosi dan aspek lainya dalam diri anak tersebut. Aktivitas bermain merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan mental anak karena melalui panca indra dan sensorimotornya, anak-anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan berbagai macam ketrampilan dan kemandirian. Bermain selama masa kanak-kanak sangat diperlukan untuk mengoptimalkan aspek-aspek kognitif, motorik, emosi, bahasa dan sosial, serta sebagai media pendidikan moral.

Goleman (1997) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional lebih banyak diperoleh melalui proses belajar dan terus berkembang sepanjang hidup sambil belajar dari pengalaman sendiri. Goleman (1999) mengungkapkan anak-anak yang kurang terampil secara emosional cenderung lebih mudah menagis, kacau bila menghadapi stres, secara emosional kurang wajar, penakut, muram atau merengek, menanggapi kekecewaan kecil secara berlebihan dengan amarah, sulit menunda pemuasan, terlampau peka terhadap kritik, atau bersikap penuh kecurigaan. Kecenderungan ini berdampak pada hubungan mereka dengan anak-anak lain yang akan menjadi semakin sulit. Fakta sebaliknya, ditemukan selama masa kanak-kanak, beberapa anak penakut akan tumbuh menjadi anak yang berani bila pengalaman terus-menerus menstimulasi jaringan otaknya. Salah satu tandanya adalah anak yang penakut memiliki tingkat keterampilan bergaul yang lebih tinggi, mau bekerjasama dan berbaur dengan anakanak lainnya, memiliki empati, mau saling memberi dan berbagi, bertenggang rasa dan mampu membina hubungan persahabatan dengan akrab.

Dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan (Intelektual, Spiritual, Emosional Dan Sosial) yang dilakukan oleh Saputra GW, dkk pada tahun 2017. Pada saat mereka memberikan pertanyaan terkait bagaimana pengaruh anak ketika diperintah oleh orang tua saat sedang bermain gadget sebayanyak 31 orang tua dari 60 orang tua yang menjadi responden menyatakan respon yang didapat kurang baik. Dari sisi inilah perkembangan teknologi bisa meberikan dampak negatif terhadap anak. Beriringan dengan itu dampak yang diberikan kepadada kecerdasan emosi anak karena pengaruh perkembangan teknologi informasi akan berbeda-beda pada setiap anakserta kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah dan dalam menjalin hubungan serta mengatur emosi bisa meningkat dengan adanya kemajuan terknologi. Dengan catatan bahawa orang tua harus turut berkontribusi dalam pengawasan dan melakukan kontrol pada anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun