Mohon tunggu...
Rafah Nida Ghaida Silmi
Rafah Nida Ghaida Silmi Mohon Tunggu... Mahasiswa UNNES

Mahasiswa UNNES

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul Pembelajaran Makanan Tradisional Wujudkan Pembelajaran Bermakna di TK Alam Jungle School

17 Oktober 2025   12:17 Diperbarui: 17 Oktober 2025   12:27 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto peninjauan modul

Anak-anak TK Alam Jungle School tampak begitu antusias ketika mengikuti pembelajaran bertema "Kebutuhanku" dengan subtema "Makanan Tradisional". Saya menyadari bahwa sebagian besar anak mengenal jajanan tradisional hanya sebagai makanan enak yang sering dijumpai di pasar, namun belum mampu menjelaskan bentuk, ciri khas, atau makna budaya di baliknya. Dari situ, muncul ide untuk menggunakan modul ajar tematik agar anak dapat belajar mengenal klepon, lemper, dan kue putu melalui kegiatan nyata yang menyenangkan dan bermakna.

Awalnya, saya mengamati bahwa anak-anak sering menyebut nama jajanan dengan keliru atau mencampur bentuk satu dengan yang lain. Misalnya, mereka menyebut lemper sebagai lontong atau bingung membedakan kue putu dengan kue lapis. Anak juga tampak pasif saat ditanya tentang ciri khas masing-masing makanan. Berdasarkan pengamatan tersebut, saya memanfaatkan modul pembelajaran makanan tradisional untuk menghadirkan kegiatan yang lebih konkret dan berlapis. Modul ini mengajak anak mengeksplorasi makanan tradisional selama lima hari, mulai dari pengenalan bentuk dan warna hingga bermain peran pasar tradisional.

Kegiatan dimulai dengan apersepsi dan pemutaran video proses pembuatan klepon, lemper, dan kue putu. Anak-anak diajak berdiskusi tentang warna, bentuk, dan aroma khas setiap makanan. Pada hari pertama, mereka mengamati secara langsung dan mencoba menyebutkan nama serta cirinya. Hari kedua, anak membuat tiruan klepon dari bahan sederhana dan melakukan "Tepuk Klepon" bersama, sehingga suasana kelas menjadi hidup.

Dokumentasi bersama kepala sekolah
Dokumentasi bersama kepala sekolah

Hari selanjutnya, kegiatan berfokus pada lemper. Anak-anak menyanyikan lagu bertema lemper dengan nada "Balonku", berdiskusi ciri khasnya, lalu membuat kolase tulisan "Lemper". Kegiatan berikutnya, mereka belajar tentang kue putu dengan menirukan suara khas penjual putu, berdiskusi bentuk serta warna, lalu membuat tiruannya.

Puncaknya, pada hari kelima, diadakan pameran mini karya anak dan bermain peran pasar tradisional. Anak-anak mempresentasikan hasil karyanya dengan penuh percaya diri dan menceritakan pengalaman belajar mereka sepanjang minggu.

Melalui rangkaian kegiatan ini, saya belajar bahwa modul pembelajaran yang kontekstual dapat menghidupkan suasana belajar dan mendekatkan anak dengan budaya lokal. Tantangan terbesar adalah mengatur alur kegiatan agar semua anak aktif berpartisipasi. Namun dengan perencanaan yang matang, kegiatan berjalan lancar dan penuh semangat.

Anak-anak tidak hanya mampu menyebutkan nama dan ciri khas klepon, lemper, dan kue putu, tetapi juga menunjukkan rasa bangga terhadap makanan tradisional Indonesia. Modul ini membuktikan bahwa pembelajaran tematik yang dirancang dengan kreatif dapat menumbuhkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai budaya sejak usia dini 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun