Kerajaan Pajajaran yang juga dikenal sebagai Kerajaan Sunda merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di Jawa Barat yang berpusat di Pakuan Pajajaran (Bogor). Salah satu tokoh paling terkenal dari kerajaan ini ialah Prabu Siliwangi, yang merupakan raja Legendaris dan menjadi simbol kekuatan serta kebijaksanaan Sunda. Asal-usul kerajaan Pajajaran yang didirikan sekitar abad ke-14 dan mencapai puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana, dimana beliau berhasil membawa kerajaan Pajajaran ke masa keemasan.Â
Nama siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wawangi", yang artinya sebagai prabu wangi. Dengan adanya hal tersebut, "Pustaka rajyarajya I Bhumi Nusantara II/2 "mengungkap bahwa orang sunda menganggap sri baduga sebagai pengganti prabu wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi seperti ini dalam artinya. "Di medan perang bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karna prabu maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya dijajah dan di perintah oleh orang lain. Beliau juga berani menghadapi pasukan besar majapahit yang kala itu di pimpin oleh Sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karna itu, ia (Raja Siliwangi) bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa (dibawah kekuasaan majapahit).  Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya diseluruh bumi tatar sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran sang prabu maharaja membangkitkan (rasa bangga) kepada keluarga, mentri-mentri kerajaan, angkatan perang dan tatar rakyat sunda. Oleh karna itu, nama prabu maharaja mewangi, selanjutnya ia disebut prabu wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama prabu siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda."
Sejarah Nusantara, mengaggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah maharaja Linggabuana yang gugur di bubat, sedangkan penggantinya (silih'nya) buka Sri Baduga melaikan Niskala Wastu Kancana (Kakek Sri Baduga, yang menurut naskah wastu kancana disebut juga Prabu Wangisutah). Orang sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam carita parahiyangan disebutkan bahwa mahaprabu Niskala Wastu Kancana adalah "seuweu"Â Prabu Wangi. Mengapa dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh?. Karna dalam hubugan ini tokoh sri baduga memang penerus "Langsung" dari Wastu Kancana.
Menurut "Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4" Ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan susuktunggal) Hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Niskala Wastu Kancana Sebagai Penguasa Sunda-Galuh). Dengan demikian, seperti yang diutarakan oleh "Amir Sutaarga (1965)" bahwa, Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (Pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (Oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap sebagai putera Mahaprabu Niskala Wastu Kancana.Â
Ada beberapa kultus atau kepercayaan pada Prabu Siliwangi yaitu, Sunda Wiwitan Dimana dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal Masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai Karuhun atau leluhur para Menak atau bangsawan Sunda. Buddha, Prabu Siliwangi dipuja memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, Sukabumi. Prabu Siliwangi juga dihormati dan memiliki altar pada vihara Sakyawanaram, Pacet-Cianjur."Susi. 10 September 2012. TNOL, Wisata&Griya". Hindu Dharma dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jakatkarta, dilereng utara gunung salak, terdapat sebuah candi yang di bangun untuk memuliakan tokoh sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lalu yang terakhir ada Uga Wangsit Siliwangi Prabu Siliwangi memberi petuah dalam bentuk wangsit yang disebut sebagai Uga Wangsit Siliwangi.
Lalu, bagaimana dengan kepemimpinan Prabu Siliwangi?
Prabu Siliwangi adalah gelar yang di berikan kepada Sri Baduga Maharaja, yang memerintah kerajaan Pajajaran pada tahun 1482-1521. Kepemimpinan Prabu Siliwangi dikenal dengan kebijakan-kebijakan yang memperkuat kerajaan, seperti pembangunan infrastruktur, pembangunan pertanian, serta perluasan wilayah. Prabu Siliwangi juga dikenal sebagai raja yang sangat menjaga ketertiban dan keamanan kerajaan dengan sangat baik pada saat masa jabatannya.
Salah satu pencapaian terbesar Prabu Siliwangi adalah pembangunan ibu kota kerajaan di Pakuan Pajajaran (Bogor). Disana beliau mendirikan benyak bangunan yang penting, termasuk istana kerajaan Pajajaran dan tempat untuk beribadah. Beliau juga memperkuat sistem irigasi untuk mendukung pertanian yang menjadikan tulang punggung ekonomi kerajaan Pajajaran pada masa kepemimpinannya.
Dibawah kepemimpinan Prabu Siliwangi kerajaan Pajajaran menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan, masyarakatnya hidup dalam harmonisasi dengan adat istiadat Sunda yang kental. Seni, sastra, dan budayanya berkembang dengan pesat saat kepemimpinan Prabu Siliwangi, dengan pengaruh dari Hindu-Budha yang masu terasa kuat pada saat itu. Adapun peristiwa yang dialami dalam masa Kepemimpinan Prabu siliwangi Yaitu Peristiwa Carita Parahiyangan Dan Peristiwa Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2. Dimana peristiwa tersebut terjadi ketika dalam masa kepemimpinan Prabu Siliwangi Terhadap Kerajaan Pajajaran pada saat itu.
Dan akhir dari masa kejayaan atau masa keemasan itu Pajajaran mulai memudar setelah kematian Prabu Siliwangi. Kerajaan tersebut mengalami serangan dari kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon yang mulai menyebarkan pengaruh Islam di Jawa Barat. Lalu pada tahun 1579, Pakuan Pajajaran akhirnya jatuh ke tangan kesultanan Banten yang di pimpin oleh Sultan Hasanuddin menantu dari sunan gunung jati, yang menandai berakhirnya masa kejayaan Kerajaan Pajajaran.
Meski kerajaan ini telah lama runtuh warisan dari Prabu Siliwangi tetap hidup dalam budaya Sunda, kisah-kisah tentang kebijaksanaan dan keberanian Prabu Siliwangi masih diceritakan secara turun-temurun. Beliau dihormati sebagai simbol kebesaran dan identitas masyarakat Sunda.Â