Mohon tunggu...
Irwan121
Irwan121 Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis Budaya, Politik dan Filsafat

Penggagas Intelijen Maritim, Koordinator Gerakan Nasional Sadar Maritim, Penulis, Pengagum BUYA HAMKA, Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Iwan Piliang dan Karamnya Kapal Besar Bernama "Kejokowian"

14 April 2019   09:19 Diperbarui: 14 April 2019   09:32 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa jam lalu saya menerima pesan whatsapp berisi twit sahabat lama saya, Iwan Piliang. Twit berisi video vlog berdurasi hanya kurang dari semenit itupun segera saya putar. Video bung Iwan, begitu biasa saya memanggilnya, diawali dengan prologue tentang alam. 

Tetapi yang mengejutkan, secara cepat bung Iwan kemudian memutar kemudi penuturannya dengan penutup yang sangat tidak terduga, ia mengatakan mendukung pasangan capres cawapres Prabowo Sandi sambil mengacungkan ibu jari dan telunjuk, simbol pasangan nomor urut dua itu. Saya lumayan terkesiap.

Beberapa hari lalu, saya berkunjung kekediaman bung Iwan di bilangan Jakarta Pusat. Seperti biasa, kami berdiskusi soal bangsa dan kondisi politik terkini. 

Dan seperti biasa pula, obrolan kami akhirnya selalu tergiring kepada sosok Jokowi, yang dikenal bung Iwan sejak lama, ketika Jokowi masih menjabat Walikota Solo.
Diruang kerja bung Iwan, di sudut rumah nan asri ditengah kota, kami hari itu mendiskusikan tentang satu kata sakti yang dibuat oleh bung Iwan kala Jokowi akan bertarung menjadi Gubernur DKI. 

Kata itu adalah 'kejokowian'. Sebuah kata yang menjadi simbolisasi dari sikap tawadhu, jernih pikir, bersih hati dan luhur budi. Kesederhaan Jokowi kala itulah yang kemudian menginspirasi bung Iwan melahirkan kata kejokowian.

Dalam diskusi malam ketika saya berkunjung, kami pada akhirnya bersepakat, bahwa Jokowi telah lama kehilangan kejokowiannya. 

Ia telah ditinggalkan oleh ketawadhuan, kejernihan pikiran, kebersihan hati dan keluhuran budi. Jokowi telah mendurhakai sikap kejokowian yang telah mengantarkannya ke kursi kekuasaan tertinggi republik ini. Ia layaknya Malin Kundang bagi ibu bernama kejokowian.

Lalu apa konsekuensinya bagi Jokowi jika ia melupakan sikap kejokowiannya? Jokowi kehilangan "wahyu", ia sudah mendurhakai Tuhan yang telah menitipkan kejokowian kepadanya. Sikap tindaknya kemudian semakin menjauh dari keluhuran budi yang bersandar kepada kejernihan hati dan pikiran.

Padahal, 'kapal besar kejokowian'lah yang mengantarnya menjadi pemimpin tertinggi di republik nan besar ini. Ia telah ditunjuk Yang Maha Agung untuk membawa kapal besar itu menuju kemaslahatan, menuju kebaikan bersama bagi ratusan juta rakyat Indonesia. 

Ia yang bukan anak siapa-siapa, bukan anak tokoh, tidak berdarah biru, bahkan tidak memiliki sejarah aktivitas politik apapun sepanjang hidupnya, ditunjuk Tuhan memimpin bangsa besar menuju kejayaan dengan menakhodai kapal besar bernama kejokowian. 

Sayangnya, anugerah itu justru membuatnya tinggi hati, membentuknya menjadi pribadi yang tidak lagi mau mendengar. Ia telah mendurhakai misi yang diberikan padanya. Dan seperti kisah-kisah serupa, Jokowi akan membawa anugerah kejokowiannya tenggelam dalam sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun