Hallo Sobat Kompasiana! Apa kabar? Kali ini saya akan menganalisis unsur intrinsik dari film pendek asal Yogyakarta yang berjudul " Kuliah di Jogja" . Mari kita bahas !!
Film pendek merupakan salah satu bentuk seni audiovisual yang memadukan cerita, gambar, dan suara dalam durasi yang relatif singkat.
 Salah satu film pendek yang menarik untuk dianalisis adalah "Kuliah di Jogja" karya Paniradya Kaistimewan.
Film ini menggambarkan kehidupan mahasiswa di Yogyakarta, tempat yang dikenal dengan budaya yang kaya dan atmosfer akademis yang khas.
Dalam artikel ini, kita akan menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam film tersebut, meliputi tema, alur, tokoh, sudut pandang, latar, gaya bahasa dan amanat.
1. Tema
Tema yang diangkat dalam "Kuliah di Jogja" adalah tentang perjuangan dan harapan mahasiswa yang merantau untuk mengejar cita-cita. Film ini mengeksplorasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa, seperti adaptasi terhadap lingkungan baru, tekanan akademis, dan pencarian jati diri. Yogyakarta, sebagai latar belakang, menjadi simbol dari harapan dan kesempatan, di mana mahasiswa tidak hanya belajar secara akademis, tetapi juga memperoleh pelajaran kehidupan.
2. Alur
Alur cerita film ini bersifat linear (berlangsung secara kronologis dari awal hingga akhir) , mengikuti perkembangan karakter Shinta dari seorang gadis kota yang asing dengan budaya Jawa hingga akhirnya mampu beradaptasi dan menemukan kenyamanan di Yogyakarta. Alur yang sederhana ini justru membuat penonton dapat fokus pada perkembangan karakter dan pesan yang ingin disampaikan.
3. Tokoh
Shinta: Tokoh protagonis yang mengalami perkembangan karakter paling berarti. Awalnya ia merasa canggung dan kesulitan beradaptasi, namun seiring berjalannya waktu, ia menjadi lebih terbuka dan menghargai budaya Jawa.
Om Agus dan Tante Siti: Sebagai tokoh pendukung, mereka berperan penting dalam membimbing dan mengajarkan Shinta tentang budaya Yogyakarta. Keduanya menjadi contoh dari keramahan dan kehangatan masyarakat Jawa.
4. Latar
Latar Tempat: Yogyakarta menjadi latar utama film ini. Kota pelajar ini digambarkan dengan keindahan alam, bangunan-bangunan bersejarah, dan kehidupan masyarakat yang masih kental dengan nilai-nilai tradisional.
Latar Waktu: Film ini tidak secara langsung menyebutkan latar waktu yang spesifik, namun setting yang ditampilkan memberikan kesan bahwa cerita ini terjadi pada masa sekarang.
5. Sudut Pandang
Film ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini memungkinkan penonton untuk melihat cerita dari berbagai sudut dan dapat memahami perasaan para tokoh.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam film ini cukup sederhana dan mudah dipahami. Penggunaan bahasa Jawa yang dipadukan dengan bahasa Indonesia sehari-hari semakin memperkuat kesan autentik dari kehidupan di Yogyakarta.
7. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari film ini adalah pentingnya menghargai keberagaman budaya dan membuka diri terhadap hal-hal baru. Selain itu, film ini juga menyoroti pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter seseorang.
Film pendek "Kuliah di Jogja" karya Paniradya Kaistimewan berhasil menyampaikan pesan tentang perjuangan dan harapan mahasiswa dengan menggabungkan berbagai unsur intrinsik secara harmonis.
Dengan tema yang relatable, karakter yang kuat, plot yang jelas, setting yang mendukung, serta gaya bahasa yang menarik, film ini memberikan gambaran yang autentik tentang kehidupan mahasiswa di Yogyakarta.Â
Karya ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah dalam mengejar impian mereka, sekaligus menghargai proses belajar yang berlangsung di setiap langkah kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI