Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pak Prabowo dan Pak Anies yang Saya Tau dan Yang Teman-teman Saya Kenal

15 Februari 2017   03:39 Diperbarui: 15 Februari 2017   04:28 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah seminar selesai, Pak Anies bersiap menuju bandara untuk langsung pulang ke Jakarta. Sebelum masuk ke dalam mobil yang mengantar, beliau diberi goody bag oleh panitia yang isinya adalah sertifikat, beberapa hal lain dan juga amplop. Selanjutnya goody bag diambil tapi amplopnya dikembalikan. Padahal itu wajar saja jika beliau ambil. Anggap saja fee sebagai pembicara.

“Untuk hal-hal yang baik, beliau rela tidak dibayar.”

Saya mengangumiPak Anies Baswedan. Saya terkesima dengan kemampuannya dalam menyusun kata menjadi kalimat hingga menyampaikannya dalam bentuk verbal yang runut. Saya pun tergugah dengan tulisan-tulisannya.

Indonesia Mengajar

Saya mendaftar dan diterima sebagai Pengajar Muda 8. Selain karena gagasan tentang pendidikan, saya akui ada faktor “Pak Anies” yang membuat saya ikut mendaftar. Saya ingin bertemu beliau seperti angkatan yang sudah-sudah. Namun setelah diterima, Pak Anies malah mundur sebagai Ketua Yayasan Indonesia Mengajar (ada banyak berita, googling saja dengan kata kunci “Anies mundur dari Indonesia Mengajar).

Pak Anies secara sadar tidak ingin memanfaatkan potensi alumni dan lingkaran relawan Indonesia Mengajar demi tujuan Politiknya. Pun begitu, walaupun tak dilibatkan, Indonesia Mengajar yang telah menjadi bagian dari rekam jejak Pak Anies tetap tabao rendong kalau kata orangMinang. Terbawa-bawa padahal tidak dibawa dalam pentas Pilgub DKI. Wajar saja, rekam jejak tak bisa dihapus, bukan?


Pak Anies dan Pak Prabowo

Yang saya tau dari si A, Pak Anies tidak pernah meminta untuk menjadi Calon Gubernur. Ketika akhirnya Pak Prabowo memilih Pak Anies ketimbang Pak Sandi sebagai Calon Gubernur, Sak-Gerindrapun tak terima dan kurang bersimpati. Karena faktor rekam jejak Pak Anies yangada di “kubu seberang” saat pilpres 2014. 

Namun bagi Pak Prabowo itu tak jadi soal. Kata beliau, “Dalam perjuangan besar bagi bangsa dan Negaramu, tidak boleh ada ruang untuk perasaan pribadi,” begitu kata Pak Prabowo berdasarkan cerita si A.

Seperti kata Bang Napi yang dulu pernah tenar di RCTI, “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena kesempatan.” Maka pembuktianpun hanya bisa terjadi jika ada kesempatan. Seperti Pak Ahok yang dulu telah diberikan kesempatan oleh Pak Prabowo untuk menjadi Cawagub dari Gerindra. Sehingga hari ini Pak Ahok bisa berkata “kami sudah memberi bukti”. Mungkin jika Pak Anies diberi kesempatan, pada akhirnya beliau bisa beri bukti jauh lebih baik dibanding Pak Ahok.

“Pembuktian bisa terjadi jika ada kesempatan”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun