Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tan Sri Puteh Ramlee, Seniman Hebat Keturunan Indonesia yang Pernah Dilupakan Malaysia

7 September 2011   05:49 Diperbarui: 28 Maret 2018   12:29 33862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempat yang dituju adalah Shaw Studio di Jalan Ampas, Singapura. Mereka gagal setelah ikut tes dan membuat teman P.Ramlee pulang ke Penang, sedangkan P.Ramlee tetap di Singapura. P.Ramlee tetap di studio dan melakukan apapun pekerjaan karena kecintaannya terhadap seni. 

Mulai dari pembantu perlengkapan syuting, bagian lampu, penyanyi latar, hingga diberi kepercayaan bermain di film pertamanya berjudul Chinta tahun 1948. Film itu menjadi titik awal dimulainya karir cemerlang P. Ramlee di industri showbiz. 

Setelah itu ia bermain di beberapa judul film hingga dipercaya menjadi sutradara. Beberapa film terkenal dan pernah saya tonton adalah Pendekar Bujang Lapok, Seniman Bujang Lapok, Ali Baba Bujang Lapok, Nujum Pak Belalang, dan Madu Tiga. Semuanya adalah film laris pada masanya dan masih banyak film lain yang semuanya masih hitam putih. 

Saya terfikir, film hitam putih saja dapat dibuat dengan sangat baik dan kualitas jalan cerita yang baik pula. Bagaimana jika P. Ramlee hidup pada masa sekarang dengan teknologi kamera dan pengambilan gambar yang sudah maju? Mungkin akan menghasilkan film yang lebih baik.

Setiap bertambah film yang dibintanginya, maka semakin bertambah popularitas dan kebintangannya. Tetapi popularitas ini juga menjadi titik awal kejatuhan P. Ramlee. Pada saat itu, ia membuat film berjudul Panca Delima tahun 1957, adalah satu-satunya film yang disutradarai tapi tak dibintangi oleh P.Ramlee. Jalan ceritanya dibuat oleh salah satu anggota keluarga Shaw, pemiliki Shaw Studio.

Pada saat penayangan film, maka semua sutradara di bawah shaw studio ikut menonton film yang jalan ceritanya dibuat oleh sang induk semang tsb. Di pertengahan film, Run Run Shaw si induk semang tiba-tiba teriak menyuruh menghentikan film, menghidupkan lampu dan berdiri. 

Ia memaki para sutradara yang hadir tsb dengan kata-kata lebih kurang spt ini, "Sutradara macam apa kalian ini, satu anak muda bisa buat film yang bagus seperti ini, tapi kalian sutradara berpengalaman tak bisa bikin film seperti yang dia buat ini". 

Makian dari Run Run Shaw meninggalkan kebencian para sutradara senior tersebut terhadap P.Ramlee yang mulai saat itu digelari anak emas sang induk semang. Setelah tahun itu, bermunculan film-film baru yang semuanya menjadi film laris dan mendatangkan banyak uang, diiringi dengan penghargaan internasional. 

Pada masa-masa itu menjadi masa jaya P.Ramlee, tapi di lain sisi para wartawan dipengaruhi oleh para sutradara dari Shaw Studio untuk memboikot pemberitaan terhadap P.Ramlee. Walaupun diboikot, saat itu P.Ramlee semakin menjadi anak emas hingga Run Run Shaw berkata kepada studio manager,"what he wants, give it to him".

Tapi keistimewaan ini tak diberikan kepada sutradara lain. Maka semakin bertambahlah kebencian orang kepadanya. Hinaan dan cercaan dari wartawan tak menghalangi P.Ramlee untuk terus berkarya hingga lahirlah  film komedi pertamanya dengan judul "Bujang Lapok" yang sukses besar hingga memiliki trilogi. 

Kemudian semakin bertambah lagu ciptaannya untuk soundtrack film yang juga disutradarai dan dibintanginya. Bahkan pada Festival Film Asia ke 10 tahun 1963 di Tokyo, panitia mencipatakan 1 penghargaan khusus untuk P. Ramlee lewat film Ibu Mertuaku, Most Versatile Talent atau Pemeran Serba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun