Mohon tunggu...
Raden Adil
Raden Adil Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

I review movie and else. Please be kind to yourself.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Umur Ke-20, Saatnya Menjadi Dewasa

13 November 2019   15:18 Diperbarui: 14 November 2019   15:44 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat gue masih remaja --di bawah 20 tahun--- gue masih dibatasi oleh apapun. Ngga boleh ini, ngga boleh itu, ngga boleh nonton ini, ngga boleh nonton itu, jangan pergi malam-malam, jangan main jauh-jauh. Sangat ngga enak, dibatasi terus oleh golongan tua -- orang tua. Padahal gue mau seperti orang dewasa, nonton film dewasa, main sampai larut malam, main jauh-jauh sama temen-temen tanpa harus dicari-cari. Itu yang gue alami saat masih remaja, pokoknya gue pengen cepet-cepet dewasa.

Itu 4 tahun yang lalu, sekarang gue udah di kepala dua, tinggal jauh dari orang tua, tinggal di kosan. Enak, bebas dari segalanya, peraturan, pantauan, dan waktu. Gue bisa main sama siapa aja, orang-orang yang ga cocok langsung tereliminasi, main ke mana aja, ga ada yang mantau. Saat udah dewasa pokoknya enak!

Enaknya sudah kepala dua, punya dunia milik sendiri, tapi seiring berjalannya waktu, ada kepala tiga ternyata! Gue belum kepikiran. Mungkin ada yang bilang, "Ya nikmatin aja kepala dua dulu.", tapi waktu kepala 1 aja gue ga menikmati, malah pengen cepet-cepet kepala dua.

Ternyata gue juga sadar, saat menginjak kepala dua, siapa bilang gue bisa melakukan apa aja? Saat kepala dua, siapa bilang udah ga ada yang mantau? Saat kepala dua, siapa bilang ga ada yang ngatur hidup gua?

Fundamentalnya, golongan tua yang ngatur kita saat masih remaja tentunya mereka pernah mengalami fase itu juga. Orang Tua pernah membuat kesalahan, tentunya mereka akan berfikir untuk mengingatkan yang muda untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Siapa si golongan muda yang bisa Golongan Tua ingetin? Ya anaknya sendiri.

Saat berumur 20, gue dipercayai oleh golongan tua untuk bisa mengatur diri sendiri. Saat berumur 20, gue dipercayai oleh Orang Tua gue untuk bisa memantau diri sendiri. Saat berumur 20, gue dipercayai oleh Orang Tua untuk bisa membuat aturan sendiri.

Kepala dua dan kepala selanjutnya adalah fase pendewasaan semua orang. Kalo apa-apa sendiri, tanggung jawab ada di tangan siapa? Sendiri. Saat kepala dua, kita bisa melakukan apa yang kita mau semasa remaja yang penuh larangan. Apakah pemikiran saat kepala 1 dan 2 sama? Ya ngga, harus udah bisa pilah-pilah.

Umur kepala dua boleh mikirin nikah, mikirin punya anak, mikirin ini, mikirin itu. Yang paling mendasarnya, apakah saat memikirkan itu kita sudah dewasa? Kalau saat kepala dua pemikirannya sama seperti kepala 1, apakah sudah siap untuk memikirkan hal-hal kepala dua? Jangan sampai pemikiran sudah dewasa baru di kepala 3. Walaupun kata orang-orang jalan cerita kita tidak sama dan waktu yang ditentukan adalah beda, pendewasaan harusnya terus berkembang.

Mau itu berumur 20, 10, atau 30 tahun, tidak ada yang namanya, "Thing just got real!", karena semuanya harus dipikirkan matang-matang, dengan pemikiran yang tenang, dan sabar. Karena apapun di tangan sendiri itu, tanggung jawabnya berat.

 Di mana kita harus bisa memilih mana yang baik dan buruk -- Free Will. Di mana kita harus bisa mempertanggung jawabkan pilihan kita. Di mana kita harus bisa memilih orang-orang yang cocok sama kita.

Umur ke-20, di mana kita harus bisa melihat apapun dari dua sisi yang berbeda. Di mana kita harus menerima kekurangan orang-orang di sekitar kita.

Di mana kita sudah menjadi dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun