Tangannya yang cekatan merangkai manik-manik mungil itu, menjadi bentuk yang estetik dan bernilai. Siapa sangka, di balik warna-warni roncean itu tersimpan kisah kelam tentang kehilangan, luka, dan perjuangan bertahan. Dialah Shinta Nur Rahcman, gadis 23 tahun asal Kota Malang, pemilik akun usaha @vilascraft dan lulusan Universitas Negeri Malang, yang menyulap kesedihan menjadi karya kreatif penuh makna.
Kisah Dibalik Usaha Roncean
Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Kak Shinta tumbuh dalam keluarga penuh kasih. Ayah dan ibunya adalah sosok yang sangat peduli terhadap kebahagiaannya sejak kecil. "Apa pun yang aku inginkan selalu diusahakan orangtuaku," tuturnya mengenang masa kecil.
Namun kehidupan berubah drastis ketika sang ayah meninggal dunia, tepat saat ia sedang menyusun skripsi di jurusan Bahasa Arab. Sosok ayah yang selama ini menjadi tempat bergantung dan arah hidup, tiba-tiba pergi. "Keadaan saat itu benar-benar carut-marut. Aku kehilangan arah, bahkan ingin menyerah," kenang Shinta.
Kepergian ayah membuatnya jatuh ke titik nadir. Ia mengalami mental breakdown parah, hingga IPK sempat anjlok menjadi 0,76. Ia bahkan nyaris memutuskan berhenti kuliah. Tak hanya itu, masalah keluarga dan sexual harrasment dari orang dekat membuatnya mengalami trauma berat, hingga harus berkonsultasi ke psikolog dan psikiater. Dari situ, ia didiagnosis mengalami Mixed Anxiety and Depressive Disorder (MADD).
Dari Hobi Menjadi Terapi Hidup:
Saat semua tampak gelap, secercah cahaya datang dari adik perempuannya, Rossy. Di tengah pandemi COVID-19, Rossy meminta kak Shinta membuat strap handphone untuk dijual di pondok. Awalnya Shinta ragu, tapi dorongan sang adik membuatnya mencoba. Dari satu karya, berlanjut ke banyak pesanan, lalu berkembang menjadi strap masker lucu seperti strap yang sering dipakai oleh selebgram Ria ricis , gelang manik-manik aesthetic, gantungan kunci, dan aksesoris roncean lainnya.
Melalui akun Instagram usahanya yakni @vilascraft, Shinta memasarkan karyanya ke publik. Tak disangka, produk buatannya disukai banyak orang. Strap masker buatannya bahkan sempat viral banjir orderan meledak hingga terjual lebih dari 800 pcs di Shopee. Namun bagi Shinta, nilai terpenting bukan soal angka penjualan, melainkan makna yang terkandung dalam setiap karyanya.
"Setiap hasil roncean itu adalah rangkaian emosi dan kesadaran yang aku susun untuk mengendalikan diriku sendiri," ungkapnya. Ia menyebut bahwa proses meronce menjadi terapi pribadi---jalan untuk menyembuhkan, menerima, dan membangun kembali jati dirinya yang runtuh.
Bangkit Berkat Cinta & Dukungan:
Shinta tidak menutupi bahwa motivasi terbesarnya untuk bertahan datang dari sosok istimewa: pasangannya, Mas Nanta. "Dia yang bilang, 'jangan pergi, nanti aku sama siapa?' -kalimat itu menyadarkan aku," katanya dengan haru.
Mas Nanta bukan hanya hadir sebagai penyemangat, tapi juga ikut berjuang bersamanya: mendampingi di masa krisis, mencarikan bantuan hukum saat kasus pelecehan, memberi modal awal usahanya, bahkan menjadi figur protektif yang mengingatkannya pada sang ayah.
Di momen ketika keluarga bahkan menjauh, Shinta justru mendapatkan perlindungan dari orang yang tak sedarah. "Aku banyak melihat sosok ayahku dari dirinya. Bahkan orangtuanya pun merelakan anaknya untuk mendampingiku saat itu," tuturnya.
Dari Trauma Menuju Makna Hidup:
Kini, melalui brand kecilnya @vilascraft yang memiliki slogan "Made by Endless Love", Shinta tak hanya menjual barang estetik, tapi juga menyampaikan pesan emosional. Setiap desain roncean punya tema seperti "fairy", "laut", dan lainnya, yang mencerminkan proses batin dan refleksi dirinya. Ia juga sering menggelar bisnis nya di bazaar kampus yang membuat dikenal banyak khalayak.
Menurutnya, kehilangan adalah proses pendewasaan. "Dengan kehilangan, aku belajar melepaskan kemelekatan, dan ternyata Tuhan kasih banyak titipan lain yang lebih besar meski dengan cara yang tak kuduga," jelasnya.
Shinta juga aktif membagikan pengalamannya di Instagram melalui sesi sharing dua arah tentang mental health dan self-awareness. Banyak temannya bahkan mahasiswa lain dan remaja perempuan yang merasa terhubung dengan kisahnya lalu mengirim pesan dukungan.
Pemulihan yang Terus Berkarya:
Tak hanya berkarya dari rumah, Shinta juga rutin mengikuti komunitas meditasi di bawah pohon besar di Lapangan Rampal, Malang. Ia percaya bahwa kesadaran diri adalah kunci kehidupan. "Dengan sadar, kita bisa mengendalikan arah hidup kita. Tuhan memberi pilihan, tapi kita yang memilih," ucapnya bijak.
Kini, Shinta mulai kembali menata pendidikan dan kehidupan. Ia baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Negeri Malang tahun 2024. Harapannya sederhana, tapi penuh keyakinan: "Semoga usahaku terus berkembang, dan hidupku lebih baik ke depannya." Link akun usaha Kak Shinta https://www.instagram.com/vilascraft?igsh=dGRnNWR0bjd3Z20=
Jadi, Untuk siapa pun yang saat ini sedang di titik paling rendah, Shinta punya pesan:
"Jangan menyerah. Ingat, bahkan mi ayam di luar rumahmu rasanya enak banget. Hal-hal menyenangkan itu sedang nunggu kamu. Jangan menunggu mereka, tapi kejarlah."
Dan untuk sang ayah tercinta, ia menyampaikan kerinduan dalam doa yang dalam,
"Terima kasih Ayah, telah menjadi penunjuk jalan bahkan setelah kepergianmu. Aku kangen, tapi aku bersyukur atas proses ini. Rinduku tak terbatas padamu." :)
Bio Penulis :
Feature Kepribadian yang ditulis oleh Radella Carissa Ruby, mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Cyber Asia Jakarta, yang tertarik pada isu sosial, human interest, dan kesehatan mental. Â
Aktif menulis di media digital dan percaya bahwa setiap orang punya kisah hebat yang layak diceritakan.Â
Salam satu pena! ^^
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI